"Galexia, dengerin Papi!"
Langkah gadis berwajah bule itu terhenti sejenak, dia semakin kesal saat mendengar pria paruh baya yang tadi menahannya kembali bersuara, kali ini terdengar cukup serius- bahkan gadis itu dapat melihat tatapan tajam sang Ayah yang begitu menusuk.
Emang dasar galak!
"Lexi udah bilang gak mau ya gak mau, Pi! Kenapa harus maksa sih? Papi sama Mami kira aku gak laku apa ya, Pi aku tuh gak mau dikenalin sama- PAPI!"
"BANG!"
Gadis itu memekik keras saat melihat pria yang tadi melotot dan menatap tajam ke arahnya tiba tiba saha memegangi dadanya dan ambruk di lantai, membuat wanita yang duduk tidak jauh dari pria itu terlihat begitu panik saat melihat suaminya tiba tiba seperti ini.
"Apa yang sakit? Kita kerumah sakit sekar-, "
"Papi g-ak pernah ngela-rang apa pun ya-ng kamu mau, Xia. Mau kamu ikut balapan, tawuran, berantem, Papi gak pernah larang. Ta-pi buat kali ini aja, Pa-pi mohon," ujarnya terbata.
Kedua matanya menatap sendu pada anak semata wayangnya yang memang tidak suka dengan namanya aturan, dan rencananya dia serta Crystal istrinya akan mengenalkan sang anak pada orang yang memiliki banyak aturan dalam hidupnya.
Semoga saja anak perempuannya ini akan berubah walaupun sedikit. Galexia memang bukan gadis nakal yang suka keluyuran setiap malam dan keluar masuk klub, gadis itu lebih sering berdiam diri didalam kamar sembari mengotak atik sesuatu. Tapi jangan salah, sekalinya Galexia keluar dari rumah dia mampu membuat seorang Galaska Gavy Ranendra kalang kabut dibuatnya.
Rumah sakit atau kantor polisi? Hanya dua tempat itu yang akan Galaska dan Crystal datangi.
"Tapi-,"
"Papi cuma punya kamu Sayang, tolong." rayunya lagi.
Kali ini Galaska benar benar merendah, pria yang dulu selalu bersikap galak dan bermulut bak cabe setan harus takluk oleh anak gadisnya.
Mungkin karma?
"Oke fine! Kali ini aja. Kalo aku gak setuju Papi jangan maksa lagi, jam berapa?"
Perlahan senyuman Galaska terbit, tapi hanya sebentar karena dia kembali meringis sembari memegangi dadanya. Ekor matanya melirik Crystal yang masih terlihat khawatir, ibu dari satu orang anak itu terus saja memberikan usapan lembut di dadanya.
Astaga wanitanya memang begitu polos.
"Jam 7, kamu jangan kemana mana! Mereka bakalan datang ke rumah kita malam ini!"
Galexia mendengus, tidak ada jawaban YA keluar dari bibir sexy nya. Gadis itu hanya mengangguk dan perlahan membantu sang Ayah untuk kembali duduk di sofa. Jujur saat seperti ini raut wajah Galexia terlihat begitu sangar, mata bulat abu abu, berwajah bule, bibir tebal, body bak gitar Spanyol membuat banyak nilai plus plus plus di mata para pria. Tapi sayang gadis judes itu tidak mudah untuk di jinakan oleh mereka.
Walaupun memang wajahnya terlihat judes, tapi sebenarnya Galexia jinak saat bertemu dengan pawangnya nanti.
"Kamu makan dulu ya Sayang, Mami tadi udah bikinin makan siang kesukaan kalian," kali ini Crystal ikut berbicara. Suaranya begitu halus, sepertinya memang benar Gakexia adalah produk ciptaan Galaska seorang karena Crystal hanya menampung tanpa dizinkan untuk memberikan sedikit gen nya, bahkan golongan darah Gakexia sama dengan Galaska.
"Aku gak lapar, aku mau kekamar. Kalo mereka udah datang Mami panggil aja!"
Galexia berlalu, dia tidak menghiraukan kedua orang tuanya. Crystal juga sengaja membiarkan putrinya pergi dan menahan Galaska agar tidak kembali menghalangi sang putri.
Dia tahu kalau Galexia marah dan masih tidak menerima semua rencana ini, tapi mau bagaimana lagi suaminya mengatakan ini demi Galexia. Kebebasan gadis itu harus segera dikontrol, walaupun Galexia tidak nakal melebihi ambang batas tapi Galaska tetap saja khawatir. Ternyata anak perempuan juga bisa sebengal laki laki, bahkan mungkin lebih parah.
Dulu Galexia pernah ikut tawuran di kampusnya, dan membuat beberapa mahasiswa kampus lain mengalami cedera kepala akibat hantaman balik yang dilayangkan gadis itu, alhasil dirinya juga yang turun tangan.
Dan sekarang Galaska akan memaksa Galexia untuk menuruti keinginannya, di kenalkan, dijodohkan, dinikahkan dengan pria yang hidupnya banyak aturan.
Lihat saja nanti!
🦇
🦇
🦇
Pradivta sudah rapih dan bersiap untuk menemui gadis yang akan di kenalkan padanya. Pria berkemeja batik lengan panjang itu terlihat tampan, tidak seperti kemarin saat dia pulang ke rumah. Jaket kulit hitam, sepatu lusuh, celana jeans robek, wajah berjanggut membuat penampilannya sedikit mengerikan.
Tidak bukan hanya sedikit, tapi memang terlihat mengerikan. Divta terlihat seperti preman pasar yang sedang kejar setoran, mungkin kalau gadis yang akan dikenalkan padanya itu melihat penampilannya saat bertugas sang gadis akan menolak tanpa basa basi.
Lusuh dan terlihat miskin.
"Haaahh!" Pradivta menghela napasnya kasar. Dia merapihkan rambut pendeknya dan membenarkan kaca mata bening yang membingkai dikedua matanya.
Mau dipandang dari sudut mana pun dirinya memang tampan, tapi sayang isi dompet dan rekeningnya tidak setampan wajahnya, malang sekali.
"Divta, ayo berangkat!"
Suara panggilan Sang Eyang membuat Pradivta tersentak, dia buru buru menatap penampilannya kembali di kaca lalu setelah memastikan dirinya siap jiwa dan raga pria itu segera keluar.
Tidak lupa berdoa agar perjalanan dan rencana Eyang nya berjalan lancar sesuai dengan keinginan wanita tua itu.
Sepanjang perjalanan Eyang Sari terus saja memberikan wejangan untuk cucunya. Wanita tua itu berkali kali memukul lengan Pradivta saat pria dewasa itu tidak menyahut atau mengabaikannya.
Perjalanan mereka cukup memakan waktu, hingga akhirnya tidak lama sampai dialamat yang dituju. Keduanya turun dari taxi, Pradivta terlihat mengedarkan pandangannya ke arah rumah dua lantai yang tidak jauh darinya.
Suasana sepi, tapi area ini cukup aman. Tidak ada bau bau yang mencurigakan walaupun tidak ada penjaganya.
"Ayo! Kok malah ngelamun!" Eyang Sari menarik lengan Pradivta, wanita tua itu kembali gemas dengan cucunya yang malah memperhatikan area rumah calon mertuanya.
Eyang Sari menggelengkan kepalanya, dalam situasi seperti ini saja Pradivta masih berperan sebagai pengintai. Padahal malam ini dia akan menemui calon istrinya dan berencana meminangnya, tapi pria itu malah sibuk mengasah mata dan hidungnya.
"Nanti kalo udah didalam jangan terlalu memasang mata sama telinga kamu, Div. Inget kamu lagi mau kenalan sama calon istri bukan calon buruan kamu, tolong bedakan tugas negara sama urusan pribadi. Eyang gak mau kalau keluarga calon kamu tahu apa pekerjaan yang kamu miliki sekarang. Inget pesan Almarhum Eyangmu, rahasiakan- jangan sampai ada orang yang tahu demi kebaikan kita semua."
Pradivta mengangguk, pria itu menghirup napasnya dalam, kedua matanya menatap lurus ke arah rumah yang akan dimasukinya sebentar lagi. Dari arah luar suasana rumah sudah ramai, banyak mobil yang terparkir dihalaman dan Pradivta yakin kalau didalam rumah sana sudah banyak orang yang menunggu kedatangannya bersama Eyang Sari.
"Rileks Pradivta rileks." gumamnya pelan.
Jujur, entah kenapa kali ini lebih menegangkan dari pada pertemuan pertemuan sebelumnya, saat dirinya dikenalkan oleh Sang Eyang Putri dengan para gadis. Kalau bisa memilih, dirinya lebih baik mengintai dan memburu seorang penjahat kelas kakap di salah satu pulau terpencil, dari pada harus kembali menerima penolakan dari gadis yang akan dikenalnya nanti.
Sakitnya memang tidak seberapa, tapi malunya itu walaupun sudah melewati tiga kali puasa tiga kali lebaran pun masih terasa.
Semangat Pradivta!
MASIH GANTENG KOK MAS DIVTA😘😘😘😘
YA EMANG GINI BENTUKAN ANAK SI GALAK MAH JUDES🤣🤣🤣🤣🤣🙈🙈🙈
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
💗 AR Althafunisa 💗
Karma ya bang Galak 🤣😂🤭
2024-10-06
0
Qaisaa Nazarudin
DRAMA di mulai, Biasanya kan gitu,Saat keinginan ortu tdk di turutin si anak,Pasti DRAMA SAKIT yang jadi pilihan 🤣🤣😜
2024-10-01
1
Qaisaa Nazarudin
Drama doang ini mah..🤣🤣
2024-10-01
0