Setelah pertemuan kedua keluarga itu, Pradivta kembali ke rumahnya bersama Eyang Sari. Bahkan pria itu juga melakukan hal yang tidak diduga sebelumnya oleh Galexia, dia benar benar melakukan hal yang dikatakannya pada sang gadis- yaitu mengatakan kalau Galexia setuju dan meminta untuk segera dilamar pada Galaska.
Lalu jawaban apa yang di berikan si mantan mulut cabe setan itu pada Pradivta? Siapa sangka Galaska langsung menyetujuinya dan memberikan waktu pada Pradivta dan Eyang sari untuk mempersiapkan semuanya.
Dan tindakan yang Galaska ambil sontak membuat Galexia membenturkan keningnya ke tembok, gadis itu terus saja menyumpah serapahi sang Ayah dengan kata kata manis.
Semoga Papi diberikan umur panjang, dimurahkan rezeki, makin bucin sama Mami, duitnya gak abis abis.
Masih banyak kalimat kalimat absrud yang Galexia ungkapkan, walaupun jujur dirinya saat itu ingin berteriak sekencang mungkin dan mengatakan BANGSAT KAU PAK GALASKA! Tapi ya nyalinya tidak sebesar itu, dia tidak mau melihat Sang Ayah terkena sawan.
Dan sekarang Pradivta juga Galexia sudah resmi menjadi calon tunangan, lumayan signifikan bukan hubungan mereka berdua. Ya walaupun saat Pradivta pulang kemarin malam dari kediaman Galaska, gadis itu hanya memberikan tatapan datar dan deheman sebagai tanda perpisahan.
Lalu pagi ini Pradivta kembali ke aktivitas yang belum diketahui oleh calon tunangannya, dia harus kembali bertugas dilapangan sebagai pengintai dan penyergap. Bahkan tidak jarang Pradivta menjadi introgan saat berhasil menangkap para tikus got yang mampu membuat napasnya ngos ngosan.
"Kamu gak pulang nanti malam, Div?"
Eyang Sari mendekat pada cucunya, kedua matanya menatap sendu pada Pradivta yang saat ini tengah memakai sepatu kets hitam lusuh yang biasa menemaninya kemana pun saat bertugas.
"Ya kayak biasa Eyang. Tugas aku kali ini sampai malam, ada sesuatu yang harus aku dan tim selesaikan. Tapi Eyang jangan khawatir, aku janji bakalan hati hati dan jaga diri. Eyang jangan lupa makan terus minum vitaminnya." Pradivta bangkit, dia mendekat pada Eyang Sari lalu memberikan satu kecupan di pipi keriput wanita tua itu sebelum berjalan keluar.
Jaket hitam serta topi hitamnya berhasil menutupi sebagian anggota tubuhnya. Berpenampilan seperti itu saja mata Eyang Sari sudah tidak mengenali sang cucu, apa lagi saat nanti Pradivta merubah penampilannya lagi.
Pradivta segera menaiki motor bebek hitam yang memang menjadi alat transportasinya menuju tempat bertugas. Dia sengaja memakai kendaraan butut itu demi kelancaran misi yang sering dijalankannya. Padahal tanpa orang lain tahu, didalam gudang rumahnya ada sebuah motor dan mobil yang tidak pernah Pradivta gunakan sehari hari.
Dia hanya memanaskan dan kembali menyelimuti kedua kendaraan itu agar selalu hangat.
Perjalanan yang pria itu tempuh cukup lama. Motor bebek yang dinaikin ya tidak sekencang motor keluaran baru yang dimiliki orang lain, terlebih para pelajar yang sering mengebut dijalanan seakan milik bapaknya.
Tidak lama akhirnya dia sampai di sebuah bangunan yang memang sering di kunjungi nya, bukan sebuah kantor bertingkat dengan fasilitas lengkap ber AC- tapi sejenis gudang penggilingan padi yang sudah tua dan diubah sedemikian rupa agar menjadi tempat pertemuan yang layak, dan letaknya ada di pinggiran perkampungan yang dulunya menghasilkan banyak lumbung padi. Tapi sekarang semua sawah banyak di tumbuhi gedung dan gudang.
Pradivta memarkirkan sepeda motornya di semak semak, pria itu bergegas masuk. Pemandangan pertama saat dirinya masuk adalah, sambutan dari gerobak gerobak jajanan yang sering dia gunakan untuk tugas.
Ada beberapa gerobak yang juga terlihat rusak, sapu, pengki, bahkan pakaian pakaian yang pernah melekat di tubuhnya.
"Selamat datang, Ndan!" seorang pria berpakaian layaknya badut menyambut kedatangan Pradivta.
Pria itu terlihat santai menikmati kopi hitam yang masih mengeluhkan asap tipis bersama sepiring pisang goreng.
"Mana laporannya?!" Pradivta mendudukkan dirinya disalah satu kursi, lampu sorot yang ada ditengah tengah meja menjadi penerang untuknya saat membaca kertas yang di berikan oleh sang rekan.
"Komandan utama memberi kita tugas lagi, kayaknya kali ini kita gak perlu pakai kostum. Cuma si Sigit aja yang pakai, buat ngintai, Ndan. Cukup pakaian tertutup dan jangan lupa rompi anti peluru, karena katanya kelompok ini punya senjata api lengkap- jadi Black Mamba harus lebih waspada!"
Pradivta mendengarkan penjelasan rekannya, dia membaca satu persatu kata dan melihat banyak gambar yang sedang diteliti nya. Ya memang benar, misi kali ini bukan di dalam kota dan di tempat ramai, melainkan disalah satu tempat terpencil yang sepi tapi lebih berbahaya.
"Oke, kita bersiap! Sigit, bersiap- kamu yang akan maju pertama!"
Pria yang bernama Sigit itu reflek bangkit dari duduknya dan mengangkat satu tangannya untuk memberikan hormat sebelum dia kembali menyeruput kopinya hingga tandas.
Disisi lain
Galexia terlihat sudah bosan mendengar ocehan Tantenya- Cia. Istri dari Pak Penghulu berlesung pipi itu tengah mengajari keponakan nakalnya mengiris bawang juga cabai. Tapi sepertinya Galexia tidak berminat melihat tutorial sang Tante dengan sungguh sungguh.
"Xia, coba kamu telepon Divta, tanya berapa ukuran celana sama bajunya."
Galexia yang tengah menatap malas ke arah telenan tersentak, gadis itu menoleh ke arah sang Mami yang terlihat sibuk membolak balikan majalah fashion ditangannya.
"Mau apa sih, Mi?" tanyanya jengah.
Galexia meraup wajahnya kasar, sedari tadi pagi Sang Mami dan anggota keluarga lainnnya termasuk Cia tantenya terus saja membahas pria yang tadi malam sudah berhasil membuatnya ngereog. Mereka sibuk sendiri membolak balikan majalah untuk mencari gaun pertunangan untuknya, padahal tanggalnya masih cukup jauh.
"Udah telepon aja Sayang, tanyain berapa nomor cela-,"
"Iya iya, oke aku telepon nih. Mana nomor hape nya?"
Galexia mengeluarkan ponselnya dengan malas, dia juga terlihat enggan menekan layar sentuh itu saat harus menuliskan beberapa angka disana.
"Loh bukannya kamu udah punya nomornya, kok tanya Mami. Coba lihat di nomor kontak kamu, tadi malam Papi ngasih nomor kamu sama Divta kayaknya. Divta udah nyimpen waktu hape kamu ketinggalan di ruang tengah."
Kedua mata Galexia membulat mendengar penuturan Mami nya. Gadis itu buru buru mengecek panggilan masuk dan tidak terjawab. Dan benar saja ternyata disana ada nama kontak baru yang tidak pernah disimpannya selama ini.
Calon Suami💕💕
Apa apaan ini?!
"Cepatan telpon!"
Galexia tersentak, bukan hanya tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini, tapi dia juga semakin dibuat kesal karena sang Mami.
Dengan dengusan keras dia akhirnya terpaksa menekan tombol memanggil, gadis itu mengernyit geli melihat nama kontak dilayar ponselnya.
Lagian apa itu ikonnya lope lope pink seperti itu, benar benar membuat mata-
"Ya hallo, ada yang bisa saya bantu?"
Galexia menjauhkan ponsel dari telinganya, dia menatap heran ke arah benda pipih itu.
Dirinya tidak salah sambungkan? Tapi dari suaranya terdengar tidak asing dan suara seorang pria.
"Tolong spil nomor celana, baju, kolor, sem*pak sama boxer nya, Mami nanyain!"
Galexia bertanya tanpa basa basi, bahkan ucapan frontal nya itu berhasil membuat Cia dan Crystal mendelik. Kedua wanita itu menganga, Cia bahkan sampai hampir mengiris jarinya sendiri.
Keponakannya gak ada lawan!
"Ini Galexia?" sahutan dari seberang telepon.
"Hm, udah cepetan spil berapa nomornya pulsa gue udah sekarat ini!"
Crystal dan Cia menepuk dahinya kencang, kedua ibu ibu itu ingin sekali membenturkan kepalanya ke meja makan mendengar kata kata yang keluar dari mulut gadis berwajah bule itu.
"Bener bener anaknya Bang Galak, Kak Crystal cuma nampung aja- kasihan." seloroh Cia.
"Nanti saja ya, aku sedang-,"
"Sedang apa? Udah mana cepetan. Tuh si Mami udah melotin gue, nomor berapa?"
Galexia tetap kekeuh, dia ingin segera mengakhiri pembicaraan yang absrud ini. Sejujurnya dia malu karena harus menanyakan nomor benda pribadi pria itu. Tapi mau bagaimana lagi, kalau tidak dituruti sang Mami pasti tidak akan puas.
Sementara di tempat berbeda, orang yang Galexia telepon tengah sibuk mengisi peluru dipistolnya sembari bersembunyi di hamparan alang alang. Orang itu hanya mengaktifkan ear phone di telinganya, karena tidak memungkinkan untuk mengangkat ponsel.
Dia sedang berkutat dengan senjatnya, bersamaan dengan sibuk menjawab serta mengingat ingat berapa nomor celana serta kolor yang sering di pakainya setiap hari. Jujur dia tidak pernah memperhatikan berapa nomornya, yang penting bisa masuk dan nyaman dipakai.
"Nanti ya, aku nyari toilet dulu buat lihat berapa nomornya. Aku bakalan telepon kamu nanti setelah tahu, aku tutup teleponnya ya soalnya buruan aku sudah kelihatan!"
Tanpa berkata apa pun lagi sambungan telepon itu terputus, diseberang sana Galexia berkedip pelan menatap ponselnya yang tidak lagi memanggil siapa pun.
"Apaan apaan dia?! Masa nomor kolor sendiri aja gak hapal, ini lagi alasan macam apa coba? Buruan, Buruan apa? Lagi ngapain dia dihutan, buru babi?" tutuk kesal Galexia saat dirinya tidak mendapatkan jawaban yang diingkannya.
PERKARA NOMOR KOLOR AJA KAGAK NYAHOK, BIKIN GEMES
LAGI DITANYAIN NOMOR KOLOR🙈🙈🙈🙈🙈
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Nurmiati Aruan
Ampun dehh,😂
2024-11-15
0
Paramita Mita
ngakak 🤣🤣🤣
2024-11-12
0
then_must_nanang
ppffff.... hahahahahaha...
2024-10-10
0