Satu minggu berlalu...
Pertunangan antara Galexia dan Pradivta tidak lama lagi akan di gelar. Keluarga Galaska dan Crystal di sibukan oleh persiapan acara putri semata wayang, mereka, hampir separuh keluarga Prayoga dan Samudera hadir di kediaman mereka- termasuk Ragata dan istrinya.
Hanya mereka berdua sementara ketiga anak kembar mereka masih berada di Spanyol bersama Eyang Reina. Kesehatan Eyang Reina yang semakin tidak stabil membuat mereka berlima secara bergantian menjaga wanita tua itu, hingga tidak bisa menghadiri pertunangan Galexia dan Pradivta.
Tapi sepertinya gadis yang akan menjadi pusat perhatian di hari H nanti itu untuk saat ini tidak dapat mereka lihat, Galexia tengah berada di kediaman calon tunangannya- lebih tepatnya tengah bersama Eyang Sari di pasar, sekali lagi di pasar.
Ya, beberapa hari yang lalu Eyang Sari meminta Galexia untuk mengantarnya ke pasar- bukan ke pusat perbelanjaan mewah atau sejenisnya. Kedua wanita beda usia itu terlihat sibuk memutari area pasar sedari pagi demi bisa mendapatkan apa yang dicari.
Seperti sekarang ini, entah apa lagi yang Eyang Sari ingin cari. Semua barang yang ada didalam kertas catatan sudah terbeli dan kini berada di tangan Galexia. Gadis berambut kurir kuda dengan celana jeans selutut dan kaos polos berwarna putih gading itu terlihat menurut, kedua kaki berbalut sandal jepit murahan itu bergerak kesana kemari mengikuti langkah wanita tua di hadapannya.
Wajah khas bulenya menambah bebannya saat ini, karena tidak sedikit warga pasar menatap terang terangan penuh dengan rasa penasaran ke arahnya- terlebih para pejantan.
"Kamu haus, Nak?"
Galexia tersentak, gadis itu menatap ke arah Eyang Sari yang terlihat menghentikan langkahnya dan mengedarkan pandangannya ke penjuru arah.
Wanita tua itu tengah mencari seseorang? Tukang Es!
"Kalo Eyang capek kita istirahat aja." sahut Galexia.
Dia kembali mengambil langkah, Galexia ingin cepat keluar dari area pasar yang terasa bagaikan neraka bocor- panas sekali. Keringat sudah mengalir dari pori pori punggung hingga boko*ngnya, ingin sekali Galexia membuka kaos yang di pakainya kalau saja ini bukan tempat umum.
"Kita nyari tukang es dulu ya, Eyang haus. Kamu pasti juga haus kan?" Eyang Sari menarik lengan calon cucu menantunya keluar dari pasar.
Dia berencana ingin mencari sesuatu yang bisa membuat dirinya dan Galexia sedikit merasa segar. Hanya butuh waktu beberapa menit akhirnya keduanya sampai di area gerbang pasar, kedua mata Eyang Sari mengedar- dia mencari apa yang diinginkannya sekarang.
"Kita kesana!" tanpa bisa membantah Galexia hanya bisa menurut, gadis itu terlihat sudah pasrah saat Eyang Sari membawanya kesana kemari. Suasana pasar yang kian ramai membuat gadis itu harus berusaha mengimbangi langkah calon Eyang Mertuanya yang masih terbilang gesit untuk wanita tua seusianya.
Hingga akhirnya mereka berdua sampai di tepi jalan yang penuh dengan jajaran para pedagang kaki lima, mulai dari makanan berat, ringan, dan berbagai macam minuman segar- termasuk minuman yang sekarang diinginkan oleh Eyang Sari.
Es Dawet Ayu
"Kamu duduk disini, biar Eyang yang pesan!"
Eyang Sari menarik Galexia agar menduduki kursi yang sudah disediakan oleh sang pedagang. Gadis berwajah bule itu sempat ingin menolak, tapi tetap saja wanita tua bersanggul itu yang menang, hingga pada akhirnya Galexia lebih memilih mengalah, diam dan menurut, duduk anteng seperti gadis baik.
Kedua mata Galexia terus saja menatap punggung Eyang Sari dengan seksama, dia khawatir wanita tua itu akan kelelahan dan sakit saat pulang nanti. Tapi sepertinya rasa khawatir yang dia rasakan percuma untuk saat ini, karena Eyang Sari terlihat cukup gesit dan kuat untuk wanita tua seusianya.
Langkah Eyang Sari kian mendekat, dia terlihat tenang dan terlihat berbinar saat pedagang es itu sudah tidak lagi ramai.
"Dua gelas minum ditempat ya," cetus Eyang Sari tanpa basa basi.
Pedagang es itu sedikit tersentak, dia reflek menoleh- kedua matanya menatap lekat pada wanita tua yang ada didekatnya saat ini.
"Pakai es?" tanyanya.
Eyang Sari menoleh, " Kamu lagi jualan es kan? Ya pakai es dong, udah cepet Eyang sama calon cucu mantu Eyang udah haus!"
Deg!
Gerakan tangan pedagang bertopi dan berjanggut cukup tebal itu terhenti, ekor matanya kembali melirik pada Eyang Sari yang terlihat biasa saja dan bersikap seolah tidak terjadi apa pun.
"Banyak copet sama preman di pasar, hari ini kami sedang mencari otaknya. Pedagang pada resah karena banyak pungli yang besar terus memaksa, kalau tidak menurut lapak mereka jadi ancamannya," ujarnya pelan dan hati hati.
Eyang Sari menganggukkan kepalanya, wanita itu masih bersikap biasa dan mencoba untuk tidak terlalu mengumbar kalau dirinya mengenali pedagang es dawet ayu yang ada di dekatnya.
"Hati hati, Eyang gak mau lihat kamu pulang babak belur. Apa lagi kalau sampai Xia tau, penyamaran kamu di mata Eyang- belum sempurna. Lihat, jenggotnya berantakan! Lain kali suruh atasan kamu beli yang berkualitas tinggi, jangan bulu abal abal kayak gini!" Eyang Sari memicingkan matanya tajam, dia menatap penampilan pria yang tengah sibuk mengaduk gula merah didalam gelas.
Pria bertopi bulat dan berjanggut lebat tapi berantakan itu tidak menyahut, dia hanya diam mendengarkan ocehan wanita tua didekatnya. Beruntung tidak ada orang lain di dekat mereka, kalau pun ada sepertinya mereka sedang sibuk dengan urusan masing masing.
"Eyang!"
Panggilan seseorang yang tiba tiba berhasil membuat keduanya tersentak, tapi hanya sesaat karena tidak lama si pedagang es dawet ayu terlihat lebih menundukkan kepalanya untuk menghindari kontak mata diantara mereka. Sementara Eyang Sari tersenyum lebar berusaha menyembunyikan keterkejutan nya, dia mendekat pada gadis yang semakin mendekat ke arahnya dengan tatapan menyelidik.
"Eyang enggak apa apa?" tanyanya.
Ekor mata sangat gadis melirik pada pria bertopi yang tidak jauh darinya. Tatapannya begitu mematikan, menyelidik dan amat penasaran.
"Ayo kita duduk lagi! Eyang udah pesenin dua," Eyang Sari yang peka segera membawa gadis itu menjauh dari sang pedagang. Terlebih saat melihat tatapan penuh selidik yang Galexia berikan, Eyang baru menyadari kalau gadis keturunan darah Ilham Samudera itu memiliki rasa ingin tahu yang tajam dan kuat.
"Kayaknya gue pernah lihat lo deh, Bang. Tapi-,"
"Udah ayo, kaki Eyang udah pegel. Biarin dia nganterin esnya kesana, Eyang yakin kamu juga capek kan, Nak."
Eyang Sari menyela cepat, dia segera menarik lengan Galexia sebelum gadis itu mendekat pada pria yang dia ketahui adalah Pradivta- cucunya yang sedang menyamar demi untuk menjalankan tugasnya. Mungkin untuk saat ini penyamaran Pradivta masih bisa teralihkan oleh Eyang Sari, tapi Eyang Sari tidak yakin itu akan bertahan lama.
Entah kapan dan dimana Galexia akan mengetahui kalau calon suaminya adalah seorang intel. Karena yang Galexia ketahui Pradivta hanya seorang pria yang memiliki kerja serabutan bukan pekerjaan tetap. Apa yang akan gadis itu lakukan pada Cucunya saat tahu nanti, Eyang Sari pun tidak tahu. Semoga Galexia mau menerima pekerjaan Pradivta yang selalu banyak resiko saat menjalankannya.
ADA YANG KANGEN?
**BISMILLAHIROHMANIROHIM, AWAL PUASA MAK DUREN UP LAGI YA SEMOGA BISA LANCAR WALAUPUN HARUS BAGI WAKTU
KALAU UP NYA SUKA TELAT, JARANG, MAAP KEUN YA MAKLUM BELUM SEHAT SEPENUHNYA🙏🙏🙏
DOAIN MAK DUREN CEPET SEHAT, TERUS BABY GEN NYA BISA DIAJAK KERJA SAMA 🤭🤭😘😘😘
SELAMAT MENUNAIKAN IBADAH PUASA PARA PEMBACA SETIA KU, MARHABAN YA RAMADAN**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Cosmos
tau gak sih rasanya diseret emak pas di pasar /Hey/
2024-03-17
1
Abie Mas
napa ga jujur aja sih
2023-12-02
2
flowers city
😂🤣😂😂😂😂😂😂😂😂
2023-12-01
1