Galexia menyumpal kedua lubang telinganya menggunakan earphone, gadis cantik yang hanya memakai hotpant dan crop top itu terlihat santai mengotak atik laptopnya.
Selepas kejadian salah tangkap pagi tadi dia tidak pernah sekalipun menghubungi Pradivta, bahkan Galexia mengoff kan ponselnya selama seharian ini. Crystal yang sedari tadi mengetuk pintu kamarnya pun dia abaikan, moodnya tengah anjlok- Galexia berusaha menghindar dari yang namanya manusia lain. Karena kalau sampai efek bad moodnya keluar, sudah dapat di pastikan orang yang tidak bersalah pun akan terkena imbasnya.
Saat kembali kekediamannya, Galexia bahkan sempat membuat orang yang mengantarnya tremor. Bukan hanya karena gadis itu menjadi pasif berbicara, tapi juga karena bantingan pintu mobil yang dilakukannya saat keluar. Mungkin kalau saja pintu mobil itu bisa berbicara dia akan berteriak sekencang mungkin, sayangnya tidak- dan yang menggantikan pintu itu berteriak adalah pemilik mobilnya.
Salah satu anggota tim yang menangkap Galexia, salah tangkap tepatnya- pria itu meringis, masalahnya yang dia bawa adalah mobil tugas bukan mobil pribadinya.
Tok
Tok
Tok
Untuk kesekian kalinya pintu kamarnya di ketuk seseorang, Galexia yang sudah menurunkan salah satu earphone yang di pakainya hanya menghela napas kasar. Tadi dia berpikir kalau Sang Mami sudah menyerah dan tidak akan lagi mengetuk pintu kamarnya- tapi ternyata wanita setengah baya itu kembali lagi.
"Lexia, buka pintunya Sayang. Di bawah ada Pradivta, dia nungguin kamu dari tadi!"
Suara Crystal menggema sampai kedalam kamarnya, sepertinya kedap suara yang Galexia pasang tidak cukup ampuh untuk menahan suara emas milik sangat mami. Padahal selama ini Crystal tidak pernah meninggikan suaranya pada siapa pun, wanita itu selalu lemah lembut dalam bertutur kata berbanding terbalik dengan Galaska suaminya yang selalu naik pitam, begitu pula dengan Galexia putrinya.
Dengan malas Galexia bangkit, dia berjalan cepat menuju pintu dan segera membukanya. Gadis itu menampilkan raut wajah yang masam, datar dan tidak enak di pandang. Tapi Crystal mencoba untuk terus memberikan senyuman manis pada putri pemarah nya, dia berharap aura positif dari senyumannya bisa membuat wajah cantik tapi judes itu sedikit manis.
"Dia udah datang?" tanya Galexia.
Crystal hanya mengangguk, senyumannya terus saja mengembang- padahal dia tidak tahu makna arti dari pertanyaan yang Galexia lontarkan yang sebenarnya. Crystal menganggap pertanyaan putrinya adalah sebuah harapan yang sejak tadi di tunggu sangat gadis, padahal arti yang sebenarnya adalah 'Akhirnya dia menyerahkan nyawanya secara suka rela'.
"Udah, ayo makanya kamu cepetan turun, tapi jangan lupa ganti bajunya dulu sama yang lebih sopan!" Crystal menyentuh salah satu pipi Galexia lalu segera melangkah pergi meninggalkan kamar sangat putri.
Sementara Galexia bergegas kembali kedalam kamarnya, dia harus segera turun ke lantai bawah untuk menemui orang yang sudah membuatnya kesal, marah, dan berakhir di meja interogasi karena salah tangkap.
💖
💖
💖
Pradivta terus saja memilih jari jemarinya, dia masih menunggu kedatangan gadis yang sudah di pastikan marah padanya saat ini. Tidak jauh darinya ada Crystal, Galaska dan Eyang Sari yang tengah berbincang ringan.
Eyang Sari? Untuk apa Eyang Sari ikut kekediaman calon besannya? Apa ada hal yang akan mereka bahas mengenai hubungan antara cucu dan anak mereka? Atau ada hal lain yang membuat wanita tua itu ikut serta bersama Pradivta?
Jawabannya adalah Pradivta sendiri yang meminta Eyang Sari ikut bersamanya, entah apa yang sedang pria itu rencanakan saat ini untuk meredam kemurkaan calon istrinya, yang jelas Pradivta akan memastikan kalau Galexia tidak akan mengamuk seperti yang ada di dalam bayangannya saat ini.
"Kita senang Eyang Sari ikut sama Divta kesini, sering sering aja kamu ajak Eyang kamu kesini Nak, biar Mami ada temen ngobrol."
Pradivta mengangkat kepalanya, pria berwajah manis dan tampan itu tersenyum tipis dan mengangguk- mengiyakan ucapan calon ibu mertuanya. Masih terasa canggung, tapi Pradivta mencoba untuk bersikap selayaknya menantu yang baik dan berbakti pada mertuanya- ya walaupun saat ini dirinya sudah berhasil membuat putri semata wayang mereka marah.
Pradivta menghirup napas dalam, berulang kali dia membenarkan letak kacamata bening yang menghiasi wajah dan kelopak matanya. Penampilan Pradivta saat ini terlihat sangat rapi, bahkan rambutnya tertata, terlihat klimis dengan pomade.
Sekian lama menunggu, akhirnya orang yang dia tunggu datang. Pradivta mengangkat kepalanya dan menatap lekat pada gadis yang saat ini mulai mendekat ke arahnya dengan wajah tak berekspresi.
"Eyang," panggilnya.
Eyang Sari menoleh, senyuman tipisnya berubah melebar kala melihat calon cucu menantunya tiba.
"Cucu nya Eyang, gimana kabar kamu, Nak?"
"Baik, Eyang gimana, Sehat kan?" Galexia memberikan pelukan untuk Eyang Sari.
Tatapannya hanya tertuju pada wanita tua itu tanpa mau menoleh atau sekedar melirik pada calon suaminya yang sejak tadi menatapnya lekat.
"Baik, sangat baik. Tapi kayaknya Divta yang gak baik, dari tadi dia diem terus- kayaknya lagi galau nungguin seseorang,"
Eyang Sari tertawa kecil, disambut oleh Crystal, kedua wanita itu saling melempar tawa saat berhasil membuat suasana lebih mencair. Tapi sepertinya tidak untuk Pradivta, suasana yang dia rasakan saat ini masih sama malah lebih membeku dari sebelumnya kala melihat lirikan calon istrinya.
Entah kenapa dia merasa lirikan kecil yang Galexia berikan terlihat seperti ancaman, membuat jiwanya mengambil siaga satu.
"Oh iya? Kebetulan dong, aku juga lagi nungguin Mas Divta. Ada sesuatu yang mau aku kasih buat dia, jadi boleh kan aku minjem Mas Divta sebentar, Eyang?" nada bicara Galexia terdengar manis dan lembut di telinga Eyang Sari membuat wanita itu mengangguk dan kian melebarkan senyumannya.
Sedangkan Pradivta dan kedua calon mertuanya terlihat bergidik, entah mengapa setelah mendengar nada bicara Galexia yang tidak seperti biasanya. Terkesan angker dan penuh misteri bahkan Pradivta sampai menelan salivanya susah payah. Dia kembali teringat pada kejadian beberapa jam yang lalu, dimana gadis berwajah bule itu hampir mematahkan lengannya.
"Ayo Mas Divta, aku punya sesuatu buat kamu!" ajaknya pada Pradivta masih dengan nada yang sama.
Nada keangkeran!
LIRIKAN MU MAS🙈🙈🙈
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
rorosableng
matanya keluar percikan listrik⚡⚡⚡⚡
2024-04-22
2
Rafiru Rasya
sabar mas divta....😁
2024-04-20
0
Abie Mas
angker
2023-12-02
2