Ivana berusaha menenangkan kakaknya yang menangis meraung-raung, ia memeluk kakaknya itu. Ivana bisa merasakan hancurnya hati Aiden mengetahui semua fakta menyakitkan ini. Akan tetapi yang paling menyakitkan hati Aiden adalah tidak bisa mengatakan maaf dan mengatakan cinta pada gadis itu.
Dunia pria itu seakan runtuh dan hancur sampai ke dasarnya. Dia bahkan tidak tahu harus bagaimana menjalani hidup ini tanpa Natasha dan calon anak mereka yang ikut tiada bersama gadis itu.
"Tidak! Kau tidak bisa pergi begitu saja! Aku tidak mengizinkanmu, kau tidak boleh pergi tanpa seizin ku! Kau tidak boleh pergi...aku ingin bicara padamu, jadi kau harus dengar! Kau, aku dan calon anak kita pasti baik-baik saja...kita akan hidup bersama-sama. Tapi...sebelum itu kau boleh menghukumku, kau boleh lakukan apa saja. Hina aku! Pukul aku, cekik aku, asalkan kau kembali... kumohon...hiks..." Aiden menangis histeris, dia sulit menerima kenyataan yang menyakitkan ini. Kenyataan yang bisa membunuhnya.
"Kakak, tenanglah...kumohon..." pinta Ivana yang masih memeluk kakaknya. Disisinya juga ada Theo yang mengusap-usap punggung Aiden dan Ivana. Ia juga sedih karena kehilangan Natasha, namun ia masih bisa berusaha menguatkan Ivana dan Aiden.
"Ini bukan dia, bukan...Natasha belum mati." Aiden tiba-tiba berdiri, dia menghapus air matanya. Ivana, Raphael, Dave, Joana dan Theo terkejut melihat Aiden berubah secepat itu. Aiden tertawa kecil, kemudian dia pergi meninggalkan jenazah itu dan semua orang disana. Aiden memerintahkan tim SAR untuk mencari lagi Natasha di laut karena ia yakin Natasha belum tiada.
****
Sementara itu sebuah rumah yang bisa terbilang sederhana. Luna dan George yang sudah resmi menjadi suaminya, tinggal disana. Sejak insiden di hari pernikahan Aiden dan Luna, Aiden langsung menceraikan Luna dan tak akan setelahnya, orang tua Luna langsung menikahkan Luna dengan George, ayah dari bayinya.
Sejak saat itu hidup Luna berubah, dia harus berusaha keras untuk kembali merangkak ke dunia modeling dan tarik suara. Reputasinya sudah hancur dengan menikahi seorang pemilik bengkel, siapa lagi kalau bukan George.
"Kosmetikku habis! Aku juga mau beli tas dan sepatu." gerutu Luna pada pria yang memakai seragam bengkel dan sedang menyesap kopi di dalam cangkir.
"Aku akan membelikannya untukmu, tapi kau harus bersabar ya sayang?" pinta George lembut, ia memegang tangan Luna. Segala keinginan Luna selalu berusaha ia penuhi, meskipun kerjanya pas-pasan. Orang tua Luna juga tidak mau mengakui Luna sebagai anak mereka lagi sejak gadis itu mempermalukan nama keluarga.
"Aku sudah mendengar ucapan ini 10 kali. Sampai kapan aku harus bersabar? Bagaimana dengan bayi kita nantinya kalau kau tidak bisa memenuhi segala keinginanku?!" sentak Luna sambil menangis.
George berdiri dari tempat duduknya, kemudian dia menangkup kedua pipi Luna dengan lembut. Luna menepisnya dengan kasar. "Sayang maafkan aku, aku belum bisa memberikanmu apa yang kau mau sekarang. Tapi aku janji pasti aku akan memberikannya." George tetap sabar menghadapi Luna.
"Kalau sampai nanti sore, kau belum membelikan apa yang kumau. Aku ingin bercerai!" seru Luna mengancam, lalu dia pergi begitu saja dari rumahnya. George menyusulnya, dia membujuk istrinya agar tidak marah karena nanti sore dia akan membelikan apa yang Luna mau.
*****
Setelah jenazah yang diyakini sebagai Natasha dimakamkan. Aiden tetap mencari Natasha, ia yakin gadis itu dan calon anaknya masih hidup. Mungkin sikapnya sekarang ini karena dia masih belum bisa menerima kematian Natasha. Ketika semua orang menghadiri pemakaman Natasha, hanya Aiden seorang diri yang tidak datang. Meskipun keluarganya membujuknya, Aiden tidak bergeming.
Hari-hari Aiden bagaikan neraka, dia tidak pernah tersenyum lagi sejak Natasha pergi dari hidupnya. Satu hari, dua hari, satu Minggu, satu bulan, berbulan-bulan semua masih sama. Aiden merasa hidupnya tidak ada artinya lagi, ia merasakan apa yang dinamakan penyesalan terdalam. Setiap hari, pria itu bekerja tanpa henti dan hampir setiap malam ia menghabiskan waktu dengan minuman minuman haram. Aiden sangat frustasi, dia seperti mayat hidup. Bayangan Natasha selalu disisinya, padahal dia tidak ada membuatnya gila.
"Dad, jadi ini yang dirasakan Daddy saat Daddy kehilangan mommy dan aku dulu? Kini aku merasakannya dad, ini sangat menyakitkan. Rasanya seperti aku sudah mati, padahal aku masih hidup. Ah...mungkin akan lebih baik, aku mati menyusul mereka. Apa gunanya aku hidup di dunia ini lagi kan? Siapa tau dengan aku mati, aku bisa menebus kesalahanku?" gumam Aiden mulai tidak jelas dan kehilangan akal sehatnya.
Pria itu menangis melihat foto Natasha yang sedang dipegangnya sekarang. Di lantai juga banyak berserakan foto masa kecil mereka dan Aiden sangat merindukannya. Masa-masa disaat hatinya tidak memiliki dendam pada Natasha dan Tessa. Seandainya waktu bisa diputar, dia tidak akan berbuat sebodoh ini. Dia tidak akan kehilangan Natasha dan calon anak mereka.
Prang!!
Aiden memecahkan botol whiskey miliknya, hingga hancur berkeping-keping. Dia yang sudah kehilangan akal sehatnya, mengambil pecahan beling itu lalu menekannya pada pergelangan tangannya dengan kuat.
Tak lama kemudian, darah mengucur dari pergelangan tangannya dengan deras hingga menggenang di lantai. Aiden mulai kehilangan kesadarannya. Dia pun tergeletak di lantai, matanya sayup-sayup masih bisa melihat langit-langit kamarnya.
"Nath?" samar-samar Aiden melihat sosok Natasha yang menangis sambil memegang tangannya.
"Jangan mati, kumohon Aiden...kalau kau mati, bagaimana denganku dan anak kita!" suara Natasha membuat Aiden berusaha membuka matanya kembali.
"A...nak..." lirih Aiden dengan nafas terengah.
Tak lama kemudian, seseorang memegang tangannya dan mengangkat tubuh Aiden. Dia meletakkan Aiden di punggungnya. "Kau tidak boleh mati dulu, bodoh! KAU meyakininya masih hidup, maka kau tidak boleh mati sebelum menekan menemukannya!"
"Ya...aku...tidak boleh...ma--ti.." gumam Aiden yang saat ini sudah berada di gendongan pria itu.
"Ya! Benar! Kau tidak boleh mati, kau harus hidup dengan rasa bersalahmu...kau harus hidup! Kalau kau mati, bagaimana dengan adikmu? Dasar BODOH!" teriak pria itu pada Aiden, namun matang menyiratkan kekhawatiran padanya.
Sedetik kemudian, Aiden kehilangan kesadarannya di dalam gendongan pria itu yang tak lain adalah Theo sahabatnya. Dia bergegas membawa Aiden ke rumah sakit dengan mobilnya.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
rasakan penyesalan mu Aiden 😏
2024-05-12
0
Bila
Aku seneng Aiden hancur dulu
2023-03-16
3
pembaca novel
Mati terlalu mudah untukmu Aiden, jangan mati dulu sebelum nebus kesalahan sama Natasha
2023-03-16
1