Sekali lagi Ivana tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh kakaknya sendiri, pria itu mengatakan bahwa dia akan menikahi Luna. Sedangkan Ivana tau sendiri bahwa kakaknya mencintai siapa. Di pesta ulang tahunnya yang ke 18, Ivana melihat kakaknya mencium Natasha dan menatapnya dengan penuh cinta. Ivana yakin bahwa kakaknya mencintai Natasha, lalu kenapa Aiden memutuskan untuk menikahi Luna?
"Kak,aku harap kakak hanya bercanda." ucap Ivana penuh harap. Dia masih menatap tajam pada kakaknya.
Aiden menghela nafas, wajah datarnya sama sekali tidak berubah. Tidak ada tanda-tanda pria itu bercanda dengan apa yang ia ucapkan, Ivana tau itu. Apalagi ketika pria itu sudah mengambil keputusan, pasti akan sulit untuk berubah.
"Ivana, kau tau kan kakak tidak pernah bercanda. Apalagi untuk urusan seperti ini." kata Aiden.
"A-apa?" Ivana tercengang untuk kesekian kalinya. Dia sampai menjatuhkan tas yang dibawanya.
"Ivana, apa kau baik-baik saja?" tanya Luna seraya mendekati Ivana. Dengan cepat Ivana menepis tangan Luna. Dalam hati Luna memaki Ivana yang sudah menepis tangannya.
"Kak, kenapa kakak menikahinya? Sedangkan kakak mencintai orang lain. Apa perlu aku sebutkan siapa orangnya?" Ivana benar-benar meledak, dia tidak tahan dengan kebodohan kakaknya ini. Bagaimana bisa Aiden menikahi wanita lain sedangkan hatinya untuk satu orang, yang dia kenal dan selalu ada didekatnya selama ini?
"Memangnya siapa yang aku cintai? Aku tidak mencintai siapapun, tapi aku menyukai Luna." jawab Aiden berkilah, matanya memutar. Otaknya berusaha mencerna apa yang dimaksud oleh Ivana.
"Kak Nath, kau mencintainya. Aku melihatnya sendiri, di hari ulang tahunku yang ke 18...kau mencium dan menggendong kak Nath."
Mata Aiden bergetar mendengar apa yang dikatakan oleh Ivana. Ternyata Ivana tau tentang kejadian di ulang tahunnya. Disisi lain Luna menahan kesalnya saat mendengar fakta itu, fakta yang tidak ingin dia dengar.
"Aku tidak mencintainya, Ivana." sangkal Aiden.
"Kakak benar-benar tidak punya otak, kakak CEO tapi bodoh! Kakak benar-benar jahat, baguslah kak Nath tidak bersama dengan kakak! Lebih baik dia dengan orang yang cerdas." cetus Ivana dengan tatapan sarkasmenya pada sang kakak.
"IVANA JAGA MULUTMU! Kau tidak tahu apa-apa..." Aiden meninggikan suaranya, dia tidak meneruskan ucapannya. Ivana tidak boleh tau alasan ia membenci Natasha.
"Iya, aku memang tidak tahu apa-apa. Aku bahkan tidak tahu kenapa kakak membenci kak Nath. Tapi satu hal yang aku tau, Kakak juga mencintainya." ucap Ivana kesal, lalu dia pun pergi dari sana tanpa berpamitan pada kakaknya apalagi Luna.
Lalu Luna mendekati Aiden sambil menangis. "Aiden, aku tidak tahu bahwa kau mencintai Natasha. Aku pikir hubungan kalian hanya sahabat saja. Aiden, jika kau memang mencintai Nath...lebih baik bagi kita untuk tidak menikah." ucap Luna terisak, bulir air mata terus mengalir deras membasahi pipinya. Aiden sampai tak tega melihatnya, ia tidak menyangka akan menodai sahabatnya sendiri.
"Tidak Luna, kita akan tetap menikah. Dan kau bilang apa barusan? Aku mencintai Natasha? Tidak mungkin, yang ada didalam hatiku ini hanya benci untuknya. Dia bahkan bukan sahabatku lagi sejak saat itu." ucap Aiden serius. Dia menyangkal perasaannya pada Natasha hanya perasaan benci saja.
Luna tidak menjawab, dalam hati ia bersorak girang karena Aiden benar-benar akan menikahinya. Urusan Ivana, dia tidak akan mempedulikannya.
****
Keesokan harinya, Natasha sudah merasa tubuhnya lebih baik. Meski ada rasa perih saat dia buang air, tapi dia bisa berjalan dan bekerja seperti biasa. Pagi itu Natasha sudah tidak sabar ingin memberitahu Aiden bahwa semalam mereka sudah bercinta. Entah apa tanggapan Aiden nanti, yang jelas Natasha akan bicara padanya.
"Selamat pagi Presdir." Natasha menyapa Aiden dengan ramah, dia sudah berada di depan ruang Presdir seperti biasanya. Aiden melirik sekilas pada Natasha tanpa menjawabnya. Pria itu masuk ke ruang Presdir dan Natasha mengekorinya, dia biasa membacakan jadwal untuk Aiden setiap harinya.
"Hari ini bapak ada pertemuan dengan CEO M-Tech grup, sedangkan sore dan juga malam hari jadwal bapak kosong." jelas Natasha dengan senyuman dibibirnya.
"Baik, keluarlah." jawab Aiden datar seperti biasanya.
"Maaf Aiden, tapi aku ingin bicara sesuatu denganmu." ucap Natasha dengan bicara tak formal, mode teman, mode akrab.
"Ini di kantor, gunakan bahasa formal. Dasar tak sopan!" ketus Aiden yang selalu berhasil mengiris hati gadis malang itu.
"Maaf, tapi yang akan aku bicarakan ini adalah hal pribadi.Tentang kita, semalam kita sudah melakukannya. Apa kau ingat?" tanya Natasha seraya memperhatikan raut wajah pria itu.
Aiden berjengit dan langsung menatap Natasha dengan dalam. Kedua alisnya terangkat, dia beranjak dari tempat duduknya dan menghampiri Natasha yang berdiri tak jauh darinya. "Oh--jadi benar kau yang sudah menaruh obat perangsang didalam minumanku? Kau kan orangnya?" tuduh Aiden dengan tatapan sinisnya.
"A-apa maksudmu Aiden?" tanya Natasha tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh Aiden.
"Aku benar-benar tidak percaya, bahwa kau tega melakukan ini kepadaku." Aiden membuka ponselnya dan memperlihatkannya pada Natasha. Aiden memutar video berisi pengakuan seorang waiters yang mengatakan bahwa dia disuruh oleh Natasha untuk memasukkan obat perangsang di dalam minuman Aiden.
"Kenapa bisa begini? Aiden ini tidak benar. Aku tidak pernah melakukan ini Aiden!" seru Natasha penuh kebingungan, dia menyangkalnya karena memang dia tidak melakukannya.
Aiden mencekik leher Natasha, dari tadi dia sudah menahan diri untuk menyerang gadis itu, karena pagi ini dia menyelidiki tentang minuman yang diminumnya semalam. Minuman yang membuatnya hilang akal dan kepanasan.
"Kkkeuhhh...Aiden...le-lepas..." Natasha memekik kesakitan lantaran Aiden mencekik lehernya dan menyudutkan gadis itu ke tembok. Bahkan kakinya sekarang tidak menapak di lantai. Sungguh, Natasha bingung kenapa Aiden menuduhnya begini? Dan apa pula video yang menuduhnya telah menaruh obat perangsang itu? Lalu bagaimana dia menjelaskan kejadian semalam, sedangkan semuanya sudah runyam.
"Untung saja aku tidak tidur dengan wanita jalangg dan licik sepertimu! Kau memang benar-benar sama seperti ibumu!" geram Aiden, lalu ia pun mendorong Natasha dengan kasar setelah mencekiknya.
"Aiden, video itu tidak benar...orang itu berkata bohong. Aku tidak pernah menaruh obat perangsang itu untuk menjebakmu! Percayalah padaku Aiden, aku tidak..."
"HENTIKAN! Aku sudah muak melihatmu, aku sudah tidak tahan dengan sikap jalangg yang pura-pura baik dan tidak berdaya di depanku. Lebih baik kau pergi dari sini, pergi dari hidupku!" ujar Aiden mengusir Natasha. Gadis itu terluka dengan sikap Aiden kepadanya, sangat terluka. Ini lebih parah daripada dihina, dia tidak bersalah dan dia tidak terima disalahkan.
Gadis itu berdiri, dia menatap Aiden dengan mata berkaca-kaca. Tangannya memegang lehernya yang masih terasa kebas dan sakit karena ulah Aiden.
"Jika aku bisa memilih, aku juga tidak mau terlahir dari rahimnya. Tapi tanpanya, aku tidak akan terlahir ke dunia ini. Aku tidak akan bertemu denganmu dan mencintaimu...namun aku dan dia berbeda Aiden." tanpa bertanya apa alasan Aiden membencinya, Natasha sudah tau. Dan sekaligus dia mengakui perasaannya pada Aiden. Dia mencintai pria itu, meski pria itu membencinya.
Natasha mencintaiku? Tidak, tidak mungkin. Kenapa aku merasa aneh saat dia mengatakan cinta? Batin Aiden.
"Apapun yang kau katakan, tidak akan mengubah fakta bahwa ibumu sudah membunuh ibu dan ayahku. Bahkan kau juga sudah ketularan jalangg olehnya." ucapan Aiden lagi-lagi menyakiti hati Natasha. Gadis itu sungguh kecewa, amat kecewa. Setelah kejadian semalam, dia malah diperlakukan seperti ini.
Plakk!
Natasha yang selama ini selalu diam saja ketika Aiden bersikap dingin dan melontarkan kata-kata kejam padanya. Kini berani memukul Aiden. Melampiaskan semua rasa kesalnya.
"Jika kau ingin aku pergi, baik--aku akan pergi. Aku juga tidak bisa bertahan dengan neraka mu lagi. Yang penting, aku sudah mengatakan perasaanku padamu...hiks..."
Natasha menangis, ia pergi keluar dari ruangan Aiden dan beberapa detik kemudian dia melemparkan sebuah amplop putih tepat ke wajah Aiden. "NATASHA!" hardik Aiden dengan tatapan nyalang pada gadis itu yang sudah bersikap tak sopan padanya.
"Aku PERGI, Mr. Dacosta!" ucap Natasha dengan suara keras, lalu dia pun melangkah pergi dari sana dengan perasaan terluka. Dia memutuskan untuk melupakan Aiden, meski tidak mudah seperti apa yang dikatakan oleh bibirnya.
Melihat kepergian Natasha, Aiden yang marah langsung menendang kursi ruang kerjanya dan mengacak-acak meja kerjanya, hingga semua dokumen berhamburan ke lantai.
"BRENGSEK!" umpat pria itu, seraya menyugar rambutnya ke belakang dengan gusar.
Di depan gedung kantor, Natasha masih berusaha menyeka air matanya tapi tak bisa. Gadis itu berjalan lebih jauh untuk mencari taksi, namun yang datang bukannya taksi. Melainkan seseorang di dalam mobil berwarna merah yang menghentikan mobilnya disana.
"Kim? Kau--"
Natasha menatap pria yang baru saja melepas kacamatanya itu dengan terheran-heran.
...****...
Masih ada satu bab lagi, tapi semoga review gak lama ya 🙏☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
siapa ya....
semoga kau akan menyesal Aiden apa lagi kalau sampai Natasha hamil anak mu.....
2024-05-12
0
Dewi Nurlela
suatu saat kau akan menyesal Aiden
2023-05-27
0
Kikan dwi
Aiden aku apain km yaa enaknya ,😤
2023-05-22
0