...🍀🍀🍀...
Ivana, Theo dan Aiden syok mendengar berita jatuhnya pesawat yang kemungkinan besar ditumpangi oleh Natasha. Dalam hitungan menit, bandara itu sudah penuh dengan keluarga para penumpang pesawat yang tadinya akan berangkat ke Singapore itu. Mereka menanyakan tentang keadaan keluarga mereka, selamat ataukah tidak. Tentu saja mereka berharap keluarga mereka baik-baik saja, sama seperti Aiden, Ivana dan Theo yang berharap Ivana baik-baik saja.
"Kak Theo, bagaimana ini? Kak Nath...dia dan keponakanku baik-baik saja kan?" Ivana menatap Theo dengan mata yang penuh buliran air mata. Dia berharap Theo akan menjawab bahwa Natasha dan bayinya baik-baik saja.
"Dia dan bayinya pasti baik-baik saja...kita berdoa untuk keselamatan mereka ya?" Theo mengusap lembut air mata yang membasahi pipi Ivana. Dia juga berharap Natasha baik-baik saja.
Theo melihat Aiden menelpon seseorang. Entah apa yang Aiden bicara dengan orang itu, wajahnya terlihat tegang. Kemudian Theo dan Ivana melihat Aiden berlari kencang menuju ke salah satu tempat pribadi di bandara itu, yang tak lain tempat kru pesawat.
"Kak Theo, kakakku mau kemana?" tanya Ivana.
"Dia pasti mau menemui Bill, Bill adalah teman kuliah kami dulu. Sekarang dia bekerja di bandara. Pasti Aiden mau menemuinya." ucap Theo menjelaskan.
Ya, Aiden benar menemui temannya yang bernama Bill itu. Dia menanyakan tentang korban kecelakaan pesawat dan menanyakan data-data penumpang dengan cepat. Bill sendiri terlihat sangat sibuk sebab banyak yang menanyakan informasi padanya tentang kecelakaan yang belum lama terjadi di selat Inggris.
"Tolong bantu aku Bill! Akan ku berikan apa saja padamu, asal kau bisa memberitahuku keadaan Natasha! Kumohon...dia harus baik-baik saja. Kumohon Bill!" mohon pria itu seraya mengatupkan kedua tangannya didepan Bill.
"Aiden, bukannya aku tidak berniat untuk membantumu. Akan tetapi, kau tau sendiri bagaimana keadaannya saat ini. Semua orang juga sedang menunggu kabar dari sana. Jika kau ingin menemukan Natasha secepatnya, aku sarankan kau pergi ke selat Inggris dan berkoordinasi dengan tim SAR yang ada di sana. Lalu kau juga bisa mendapatkan informasi lebih cepat." saran Bill pada temannya itu.
"Terima kasih atas sarannya, aku akan kesana sekarang." kata pria itu tanpa berpikir panjang. Dia tidak bisa hanya menunggu, sekarang ia harus bergerak untuk mencari Natasha dan mengejarnya.
"Aiden, semoga Natasha baik-baik saja." ucap Bill mendoakan dengan tulus untuk keselamatan Natasha.
Aiden menganggukkan kepalanya, ia langsung bergegas melakukan apa yang ada di kepalanya saat ini. Menemukan Natasha, meminta maaf, menyatakan cinta dan menghapus semua dendam di dalam hatinya pada wanita itu.
Satu Minggu telah berlalu, sejak kecelakaan pesawat itu terjadi. Selama itu pula Aiden tidak pernah berhenti untuk mencari Natasha, ia bahkan meninggalkan kantornya selama satu minggu itu dan bekerja sambil mencari Natasha.
Sedangkan Dixon, dia dalam keadaan baik-baik saja setelah koma selama 5 hari. Aiden sempat mengunjunginya dan menanyakan tentang Natasha padanya. Namun bukan jawaban yang ia dapat, melainkan cacian dan makian. Hari ini, Aiden juga menemui Dixon yang masih dirawat di rumah sakit dekat selat Inggris, dia sedang memulihkan tubuhnya disana.
"Kenapa kau menemui ku lagi? Bukankah kau tidak suka aku memakimu?" tanya Dixon sinis. Pria itu melihat betapa kacaunya Aiden saat ini. Wajah pria itu kusam, memiliki jenggot, kantong matanya hitam dan terlihat lesu. Dixon sangat suka melihat penampilan kacau Aiden.
"Bagaimana kabarmu?" tanya Aiden dengan wajah datarnya.
Bukannya menjawab, Dixon malah menanyakan hal lain pada Aiden. "Apa kau sudah menemukan Natasha?"
Aiden terdiam saat mendengar pertanyaan itu, Dixon dapat menebak dari raut wajahnya bahwa Aiden belum menemukan Natasha. "Biar ku tebak, kau pasti belum menemukannya?" tanya Dixon lagi dengan senyuman sinis dibibirnya.
"Tim SAR mengatakan bahwa ada kemungkinan dia jatuh ke air. Dan ada kemungkinan dia masih hidup." ucap Aiden yang memang berniat datang menemui Dixon untuk memberitahukan tentang Natasha. Itu karena Aiden tau, bahwa Dixon juga sangat mencemaskan Natasha.
"Berdoalah semoga dia dan calon anak kalian baik-baik saja, atau kau akan hidup dalam penyesalan yang tidak ada ujungnya." tukas Dixon sinis.
"Aku tau aku salah, begitu dia kembali...aku akan menebus semua yang sudah aku lakukan kepadanya." kata Aiden yang sudah menyadari kesalahannya ketika Natasha tidak ada disini. Dia bersumpah jika Natasha kembali ke dalam kehidupannya, ia akan memperlakukan wanita itu dengan baik. Mengatakan padanya, bahwa ia sudah tidak memiliki dendam apapun lagi terhadap gadis itu. Apalagi saat ini Natasha sedang mengandung anaknya.
"Ya, tentu saja kau harus meminta maaf... kalau perlu kau bersujud di kakinya. Karena--jika sampai terjadi sesuatu padanya, aku pun bersumpah tidak akan pernah memaafkanmu!" tegas Dixon seraya melayangkan jari telunjuknya ke wajah Aiden dengan penuh amarah.
Aiden tidak menjawab, namun wajahnya datar dan matanya menyiratkan kesedihan. Bukan karena Dixon menyalahkan dirinya, memakinya, tapi karena Natasha belum bisa ditemukan. Dan sekarang hidupnya tidak berjalan dengan baik, tidur, makan, semua tidak teratur. Pekerjaannya pun terkadang di handel dulu oleh Arsen, pamannya yang masih berlibur di Inggris.
Hingga pada suatu hari, Aiden mendapatkan kabar dari salah satu bawahannya bahwa Natasha sudah ditemukan. Ia segera mengabari Joana dan Dave, bagaimana pun juga mereka adalah orang tua Natasha. Joana juga sayang pada Natasha, meski gadis itu bukanlah anak kandungnya.
Sore itu semua orang berkumpul di pinggir pantai, terlihat Joana memeluk jenazah yang berada di atas tandu. Raphael dan Dave juga menangis melihat jenazah itu.
"Hiks...bangun nak, ini Mommy Joana. Hiks...Nath, sayang." Joana menangis tersedu-sedu penuh kesedihan memeluk jenazah yang dibungkus kantong khusus jenazah.
Tubuh Aiden lemas, air matanya mengalir deras, ia berusaha menenangkan dirinya. Tidak mungkin jenazah di kantong itu adalah Natasha.
"Oh-ini dia orang yang sudah menyiksa saudara perempuanku? Bagaimana? Kau sudah puas menyiksanya? Dia sudah mati, Aiden. SUDAH MATI!" teriak Raphael pada pria yang sudah melukai adik dari ayah, tapi beda ibu dengannya. Ya, walaupun hubungan mereka tidak terlalu dekat sebagai kakak adik. Namun Raphael memiliki rasa sayang pada Natasha di dalam hatinya. Ya itu karena Natasha adalah gadis yang baik, terlepas bagaimana orang lain memperlakukannya. Dia tetap saja memiliki hati yang baik.
Aiden terdiam, saat Raphael menarik bajunya dan memukulnya, pria itu tak peduli. Tatapan Aiden tampak kosong saat melihat jenazah di kantong jenazah.
BUGH!
BUGH!
"Kau adalah yang terburuk, DACOSTA!" Raphael menumpahkan semua amarahnya pada Aiden yang selama ini menyiksa Natasha dan menahan gadis itu dengan rasa bersalah.
"Raphael, HENTIKAN!" Akhirnya Dave angkat bicara, ia berusaha menarik tangan Raphael dari Aiden. Wajah Aiden terlihat babak belur saat ini.
"Kau sudah selesai? Aku ingin melihatnya." ucap Aiden datar.
Aiden menepis tangan Raphael, ia berjalan dengan tertatih ke arah jenazah yang saat ini sedang di peluk oleh Joana. Aiden melihat wajah mayat perempuan berambut panjang dan wajahnya terbakar tidak bisa dikenali.
"Ini bukan dia...ini bukan dia..." lirih Aiden pelan, kemudian dia melihat gelang yang ada ditangan jenazah itu. Gelang persahabatan mereka waktu kecil. Meski tau itu gelang persahabatan mereka, akan tetapi Aiden berusaha menepis bahwa jenazah tersebut adalah Natasha.
"Aku berbohong, aku tidak bersungguh-sungguh menyuruhmu pergi. Aku berbohong padamu, Natasha...KENAPA KAU...AARGGHHH...." Aiden histeris, tangisnya pecah sejadi-jadinya. Ia tidak peduli ada banyak orang disana. Aiden memeluk jenazah yang diidentifikasi oleh tim SAR dan tim medis sebagai Natasha.
Aiden menangis didepan jenazah itu. "Aku bahkan belum minta maaf padamu... bagaimana bisa kau pergi begitu saja? KAU HARUS BANGUN DAN DENGARKAN AKU! Aku mencintaimu...aku sudah melupakan dendam diantara kita, tapi kau harus bangun...kau harus bangun...hikss.."
Tak pernah Raphael, Dave dan Joana melihat Aiden yang angkuh itu serapuh dan sehancur ini. Tapi ini semua tidak sebanding dengan apa yang dialami oleh Natasha yang selama bertahun-tahun berada disisi Aiden. Pria itu sendiri merasa hancur dan runtuh. Padahal dia baru saja berdamai dengan hatinya untuk memaafkan semua kesalahan ibu Natasha dan melupakan dendamnya. Ia juga baru menyadari tentang perasaannya pada Natasha.
"Kakak!" panggil Ivana seraya menghampiri kakaknya yang sedang menangis disana. Ivana juga terluka melihat semua ini.
"TIDAK! INI TIDAK MUNGKIN!!"
...****...
Woah...apakah Natasha benar-benar meninggal? 🤧
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
itu pasti bukan Natasha.... Natasha pasti selamat 😭
2024-05-12
0
Shifa Burhan
thor belajar lagi berpikir logis
mana ada suami yang akan datang baik2 menemui lelaki yang kabur istri nya hingga kelakaan dan suami memikirkan perasaan lelaki itu yang mencemaskan istrinya, dan dia diam saja saat dimaki dan dipojokkan dan malam meminta maaf,
pakai otak mu thor jelas2 karakter aiden dingin, bahkan lelaki dan suami baik2 sekalipun pasti akan marah dan murka kepada lelaki yang membawa istrinya kabur hingga kecelakaan apapun alasan nya itu, suami pasti akan memaki dan menghancurkan lelaki itu
pakai otak berfikir thor jangan hanya karena jadi pemuja pebinor (lelaki lain) sampai segitu nya kau membela pebinor
pakai otak lah kalau buat cerita
posisi kan dirimu sendiri jika suami dibawa wanita lain apakah kau akan menemui wanita itu baik2 dan kau juga memikirkan perasaannya cemaskan suamimu
pakai tolak ukur diri mu thor kalau kau bahagia suamimu dibawa wanita lain, gua bisa ngomong apa?
2024-05-06
0
Tiahsutiah
ku harap bukan Nathasa😭
semoga aja Nathasa dan ksndhngan nya baik2 aja😭😭😭
nah Aiden sekarang baru lah kau merasakan peyesalan yg mendalam😏
2023-03-16
1