Natasha berada di luar ruangan Presdir yang terkunci dan tertutup rapat itu, dia melihat surat pengunduran diri yang sudah ia buat 1 minggu yang lalu. Ya, Natasha mempunyai niat untuk berhenti dari pekerjaannya disana. Namun Natasha masih ragu untuk berhenti dari sana, ia masih tidak rela meninggalkan Aiden. Tak peduli pria itu memperlakukan dengan baik ataupun tidak.
Selagi menunggu Aiden selesai dengan urusannya bersama wanita berambut merah itu, Natasha mengobati luka di pipi dan keningnya saat ia menyadari bahwa wajahnya terluka.
"Ish...aku pikir aku tidak terluka. Ternyata aku terluka." gadis itu meringis memegangi keningnya yang basah karena darah. "Semangat Natasha! Semangat!" Natasha berusaha tersenyum meski hatinya menangis.
Aku harus ingat dengan alasanku bertahan disini. Aku harus berada di sisimu, untuk menebus rasa bersalahku padamu Aiden. Natasha membatin. Natasha ingat percakapannya dengan Aiden beberapa tahun yang lalu.
Aiden maafkan aku, maafkan ibuku...apa yang harus aku lakukan agar kau memaafkanku? Apa yang harus aku lakukan agar kau merasa lebih baik?
Kau mau tau? Berada disisiku dan jangan pernah kabur!
Kata-kata itu selalu Natasha ingat untuk mengurangi rasa bersalahnya pada Aiden.
Dan kini gadis itu sendirian berada di meja kerjanya, dimana ia harus mendengar suara-suara percintaan yang dilakukan Aiden dengan wanita didalam sana. "Ya Tuhan...hatiku sakit sekali..." Natasha memegang dadanya yang terasa sesak mendengar suara-suara laknat itu di telinganya.
"Ahh....tuan lebih cepat...tuan... ahhhh!!" jerit wanita itu dari dalam ruangan Aiden. Natasha mendengarnya dengan jelas, dia berharap tuli saja saat ini.
****
Sementara itu di dalam ruangan Aiden, wanita berambut merah terlihat hanya memakai pakaian dalamm saja. Tubuhnya meliuk-liuk di depan Aiden dengan bibir yang terus mendesah dan menjerit seolah sedang keenakan akan sesuatu. Padahal Aiden sama sekali tidak menyentuhnya.
"Ayolah sentuh saya tuan...kumohon...aahhh...tuan...apa kau tidak tergoda melihat saya?" pinta wanita berambut merah itu sembari memainkan miliknya sendiri. Ia ingin Aiden menyentuhnya, tapi mendekatinya pun tidak mau. Aiden tetap dingin dan acuh, tapi saat didepan Natasha. Pria itu bersikap seolah-olah dia menikmati kebersamaan bersama dengan wanita-wanita yang selalu disewanya itu.
Wanita itu membayangkan Aiden menjamah tubuhnya, tapi sayang Aiden tidak menyentuhnya sama sekali. "Teruslah menjerit seperti itu! Aku akan membayar setiap jeritan dan desahaan yang keluar dari bibirmu." bisik Aiden pada wanita itu seraya menyesap rokok yang ada di tangannya. Dia duduk di kursi, sementara wanita itu asyik dengan dirinya sendiri.
Sial! Aku adalah pelacur kelas atas dan pria ini membayarku kemari bukan untuk menyentuhku? Hanya disuruh ini saja? Wanita berambut merah itu memaki dirinya sendiri dalam hati. Amber, adalah pelacur terbaik dan kelas atas, tidak pernah ada klien yang tidak tergoda kepadanya. Dan Aiden adalah satu-satunya pria yang menyewa dirinya tapi tidak menyentuhnya. Oh betapa sucinya pria ini! pikir Amber dalam hatinya. Jujur saja harga diri Amber terluka karena Aiden tidak menjamahnya. Pria didepan Amber ini, berhasil membuat Amber kesal.
"Tuan, anda akan menyesal karena tidak menyentuh saya. Saya adalah yang terbaik tuan, apa kata teman-teman saya, bila saya tidak berhasil naik ke ranjang tuan?" kata Amber seraya berjalan mendekati Aiden, bermaksud menggoda pria tampan itu.
"Kalau kau berani mendekat selangkah lagi, aku akan membunuhmu. Aku serius." tatapan Aiden dan ancamannya, membuat wanita itu urung untuk mendekatinya lagi.
"****!" umpat Amber pelan.
"Lakukan tugasmu, menjerit lagi, CEPAT!" sentak Aiden pada wanita itu dengan mata menatap tajam.
Amber berdecak pelan mengumpat Aiden, dia tidak percaya bahwa ada pria yang tidak tergoda dengannya. Bahkan kini ia sudah tanpa sehelai benang didepan pria itu, apa pria itu impoten? Entahlah apa tujuan Aiden memintanya begini? Amber tidak tahu.
Sial! Ini adalah penghinaan terburuk karirku sebagai pelacur terbaik. Brengsek! Tidak boleh ada yang tau kalau aku tidak disentuh olehnya.
Amber kembali menjerit, mendesah dan bermain sendiri dengan tubuhnya. Sedangkan Aiden asik menyesap rokoknya, tanpa melihat Amber sama sekali.
Seandainya kau seperti jalangg didepanku ini, Nath. Tapi kau tidak. Kata Aiden didalam hatinya.
****
1 jam berlalu, pintu ruang Presdir pun terbuka. Natasha segera berangkat dari tempat duduknya, ia buru-buru menyeka air matanya. Natasha menundukkan kepalanya, namun ia sempat melihat beberapa tanda merah di tubuh wanita seksi itu. Tangannya terkepal erat, ia sadar tak boleh cemburu.
Diam-diam Aiden melirik sekretarisnya itu, dia tersenyum puas melihat Natasha habis menangis. Dia suka melihat gadis itu menangisinya, ataupun terluka karenanya.
"Terimakasih atas pelayananmu." ucap Aiden pada Amber dengan lembut.
Amber melirik sekilas pada Natasha dan melihat raut wajahnya, ia sepertinya paham kenapa Aiden seperti ini. Amber berpikir ini gila, mana ada pria yang tega membuat orang yang dia cintai cemburu. "Oh, jadi gadis ini yang membuat harga diriku terluka?"
"Iya tuan, kapanpun kau membutuhkanku. Kau bisa menghubungiku. Aku juga sangat puas berada di bawah tubuhmu." Amber mencerna dengan sangat baik akting Aiden, dia meraba-raba tangan Aiden dibalik jas hitamnya itu.
Natasha menahan air matanya, dia tetap menundukkan kepalanya. Tak berani melihat Aiden dan wanita itu.
"Ya,kau sangat memuaskan." jawab Aiden seraya tersenyum palsu pada wanita itu. "Natasha, antarkan Amber sampai ke lift!" titah Aiden pada gadis itu dengan suara datarnya.
"I-iya baik pak..." jawab Natasha dengan suara gemetar menahan tangis.
Natasha kembali mengangkat wajahnya, dia berusaha tersenyum profesional. Lalu dia pun mengantar Amber sampai ke lift. "Kau mencintainya bukan?"
"A-apa?" Natasha tidak paham dengan apa yang dikatakan oleh Amber. Kenapa tiba-tiba Amber bertanya begitu?
"Aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi semangatlah." kata Amber lalu dia berjalan memasuki lift, lift itu membawanya ke lantai bawah. Sementara Natasha tertegun mendengar apa yang dikatakan Amber padanya.
****
Di tempat lain, kampus bergengsi di London, Inggris. Ivana terlihat sedang berkumpul dengan teman-temannya, setelah ia menyelesaikan kelas desainnya. Ivana mengambil jurusan yang sama seperti jurusan mendiang ibunya dulu, yaitu jurusan desain.
"Bye Ivana, aku sudah dijemput oleh pacarku." kata Evelyn, teman baik Ivana.
"Aku juga." pamit Erika, salah satu teman baik Ivana juga.
"Baiklah, hati-hati." Ivana melambaikan tangannya pada kedua temannya yang sudah dijemput oleh pacarnya masing-masing. Sementara ia masih menunggu jemputan supirnya di dekat tangga kampus.
"Ivana!" panggil seorang pria yang membuat Ivana berdiri dari duduknya.
"Kak Raphael? Sedang apa kau disini?" tanya Ivana terkejut melihat seorang pria tampan membawa buket bunga mawar merah muda dan berdiri didepannya.
"Tentu saja untuk bertemu denganmu, baby." pria itu mengerlingkan sebelah matanya, sementara Ivana terdiam bingung.
...****...
Wah wah...apakah si Raphael pacarnya Ivana? 😂gimana dong ini...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
wanita panggilan itu hanya untuk membuat Natasha sakit hati...
2024-05-12
0
Dewi Nurlela
masih nyimak
2023-05-27
1
ivana ma rafael kisahnya nyatu d sini kah
2023-03-13
1