****
Keesokan harinya, Natasha meminta izin pada Dixon untuk libur satu hari. Ia benar-benar pergi ke dokter kandungan untuk memastikan, benarkah dia hamil atau tidak?
Tepat pukul 10 pagi, Natasha pergi ke rumah sakit untuk menemui dokter kandungan secara diam-diam. Gadis itu bahkan memakai kacamata dan masker untuk menutupi wajahnya. Entah kenapa dia begitu, mungkin dia tidak mau ada orang yang tau tentang kehamilannya. Terutama orang yang dia kenal.
Natasha melihat ada banyak orang yang duduk mengantri giliran untuk dipanggil oleh dokter. Ada beberapa dari mereka yang perutnya sudah membuncit, ditemani oleh suami mereka.
'Jika benar aku hamil, alangkah baiknya aku ditemani suamiku juga. Tapi--jika aku mengaku tentang anak ini. Aiden juga tidak akan percaya padaku bukan?
Tak lama kemudian pintu salah satu ruangan dokter kandungan terbuka, membuat Natasha terkejut dengan orang yang dia lihat disana. Refleks, Natasha menyembunyikan dirinya di balik tembok.
"Mohon dijaga kandungannya, jangan sampai stress dan jangan melakukan aktivitas yang berat ya. Karena pada trimester awal ini rawan dengan yang namanya keguguran." nasehat seorang dokter kandungan pada Luna dan Aiden. "Anda juga sebagai suaminya, harus selalu bisa menyenangkan perasaan ibunya, agar bayinya juga senang." kata dokter tersebut pada Aiden.
"Baik dok, saya akan menyenangkan calon istri saya." ucap Aiden menjawab dokter itu.
Mendengar semua itu, air mata Natasha tak tertahankan lagi. Dia menutup mulut dengan satu tangannya, menahan diri untuk terisak. Dia tidak percaya bahwa Luna hamil dan Aiden adalah ayahnya. Sungguh, jantung Natasha berdebar sangat kencang sekarang. Tubuhnya bahkan sampai gemetar, saking tidak percayanya. "A-aiden...lu-luna hamil?" gumam pelan Natasha saat melihat dua orang yang sangat dikenalnya itu keluar dari ruangan dokter kandungan yang akan Natasha datangi.
Natasha bisa melihat Luna dan Aiden terlihat berjalan sambil bergandengan tangan. Tak hentinya Luna tersenyum pada Aiden, ya mereka sudah selayaknya pasangan. Bukan sahabat lagi dan hati Natasha hancur melihatnya. "Tiba-tiba ada kabar pernikahan dan sekarang--Luna hamil? Apakah itu adalah anak Aiden?" gumam Natasha sedih.
"Luna, kau tunggu disini. Aku akan pergi ke toilet sebentar. Ingat! Jangan kemana-mana." ucap Aiden menegaskan. Luna mengangguk dan tersenyum. Setelah memastikan Luna duduk di kursi ruang tunggu, Aiden pun pergi mencari toilet pria untuk menuntaskan urusannya.
"Bahkan Aiden sangat perhatian padanya...sejak kapan mereka memiliki hubungan seperti ini? Hiks...hiks..." gumam Natasha sambil menutup mulutnya. Dia pun melangkah pergi dari sana dan tidak berniat melanjutkan pemeriksaannya. Namun langkahnya terhenti saat Luna memanggil namanya. Dengan cepat, Natasha menghapus air matanya.
"Nath!" seru Luna.
Sepertinya dia melihat dan mendengar kata dokter barusan. Tapi kenapa dia ada disini? Apa jangan-jangan dia...Pikiran Luna mulai berkecamuk karena Natasha berada di dokter kandungan.
"Lu-luna?" Natasha berusaha setenang mungkin melihat sahabatnya itu. Walaupun perasaan tidak karuan saat ini.
"Nath!" Luna memeluk Natasha dengan erat, seolah dia merindukan gadis itu. Diam-diam di menyembunyikan senyum sinisnya.
"Luna, kau kenapa? Apa yang terjadi?"
Luna mengurai pelukannya, lalu dia menatap Natasha. "Aku akan menikah dengan Aiden, maaf aku baru memberitahumu. Aku sebenarnya malu untuk mengatakan ini, tapi aku sedang mengandung anak Aiden. Aku harap pernikahan kami lancar...tapi Nath jangan beritahukan hal ini pada Theo atau siapapun, sebab hanya aku, Aiden dan keluarganya yang tau tentang ini. Dan bahaya kalau media sampai tau aku hamil duluan. Nath, kau adalah sahabatku...aku harap kau mendukung diriku. Datanglah ke pernikahan kami, ya?" Luna berbicara panjang lebar, dengan wajah ramahnya. Dia tidak peduli sama sekali dengan hati hancur Natasha saat ini.
Natasha terdiam, air matanya benar-benar sulit ditahan untuk saat ini. Niatnya mengaku pada Aiden bahwa dia hamil anaknya, mungkin tidak akan dia lakukan. Dia tidak mungkin menghancurkan hati wanita lain karena kehamilannya ini. Dia tidak mau jadi pelakor. Bayangkan akan betapa rendahnya dia nanti di mata Aiden dan keluarganya, bila dia menjadi perusak rumah tangga orang? Dia akan dianggap sama seperti ibunya.
"A-aku..." wanita itu masih bisa menahan air matanya, namun sebentar lagi pasti akan mengalir. Di dalam hatinya, Luna senang melihat Natasha hancur.
"Luna, bukankah sudah aku bilang untuk menunggu disa--" Aiden terdiam saat melihat Luna bersama dengan sosok yang dia rindukan. Aiden menatap Natasha dengan dalam, tidak penuh kebencian seperti biasanya. Natasha langsung memalingkan wajahnya saat menyadari bahwa Aiden tengah menatapnya saat ini.
Kenapa dia ada disini? Apa dia sakit? batin Aiden cemas pada Natasha. Aneh, saat ini kebenciannya pada gadis itu seolah teredam oleh sesuatu. Ada rasa lain di hatinya untuk Natasha.
Tuhan, hatiku sakit...batin Natasha.
"Nath, pastikan kau datang ke pernikahan kami. Satu Minggu lagi, aku dan Aiden akan menikah. Aku ingin kau menjadi Bridesmaidsku." ucap Luna tanpa merasa bersalah.
"A-akan aku usahakan. Se-selamat untuk pernikahan kalian..." ucap Natasha tergagap. Lalu dia pun pamit terburu-buru dari sana. Dia menangis sejadinya didalam taksi yang ditumpanginya. Dia memutuskan untuk pergi ke klinik dan memeriksakan kandungannya disana.
Hati Natasha sungguh hancur, saat dia benar-benar dinyatakan hamil oleh dokter klinik. Natasha benar-benar buntu, dia tidak bisa memberitahu Aiden tentang ini. Akhirnya malam itu, ia pergi menemui Dixon.
"Kim, bukankah kau sakit? Lalu kenapa kau--" Dixon cemas saat melihat Natasha yang wajahnya pucat.
"Dixon, bantu aku... kumohon...hiks..." Natasha menangis didepan pria itu. Selama ini Dixon selalu membantunya, bahkan menjadi teman curhatnya.
"Bantu apa? Hey, kau kenapa? Apa Aiden menyakitimu lagi?" tanya Dixon sambil membelai pipi Natasha yang basah oleh air mata saat ini. Gadis itu seakan runtuh dan hancur.
"Bantu aku, aku ingin pergi dari negara ini. Aku ingin tidak ada satupun orang yang menemukanku!" ujar Natasha yang sudah membulatkan tekadnya untuk pergi dan sembunyi dari semuanya, terutama Aiden.
"Kim..."
"Kumohon Dixon, rasanya sakit sakit...aku tidak bisa begini...rasanya seperti aku akan mati." gadis itu memegang dadanya yang sesak. Kemudian Dixon menarik tubuh Natasha ke dalam pelukannya.
Tanpa mereka sadari, didepan rumah Dixon ada seseorang yang menatap keduanya penuh kemarahan.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Yunerty Blessa
minta bantuan Dixon bawa kau pergi dari Aiden.... kasian Natasha 😭
2024-05-12
0
Sinta Yulianti
lanjotttt Thor
2023-03-13
1
Nunung
Sabar ya nath...pergilah sejauhmana kau mau karena suatu saat nanyi aiden pasti mencarimu dan bahagia menantimu hadapi kenyataan dengan senyumanmu bahagia pasti menunggumu nath
2023-03-13
1