Di tempat lainnya, Nayra tentu saja tidak pernah mengira tentang rencana dan skema licik yang dilakukan oleh Sarah.
Nayra saat ini dengan tenang sedang mengobrol dengan beberapa orang yang baru saja mengucapkan selamat atas pelantikannya.
Menyapa begitu banyak orang seperti ini dan lagi sendirian adalah hal-hal yang cukupmembuat kewalahan.
Biasanya, dirinya hanya menemani Julian, dan Julian yang lebih banyak berbicara dengan semua orang.
Dan sekarang dirinya harus turun langsung untuk berbicara dengan semua orang, Nayra sendiri sudah berusaha keras untuk menghafalkan teks-teks dan topik-topik bisnis terkini yang biasa dibicarakan oleh orang-orang itu.
Membuat berbagai perkiraan tentang apa saja yang mungkin akan ditanyakan padanya dan ternyata hasilnya cukup akurat, jadi itulah kenapa Nayra bisa cukup tenang berbicara dengan orang-orang itu.
Dan akhirnya, setelah serangkaian panjang penuh sapaan orang-orang Nayra bisa bernafas lega dan menuju ke samping di ruang istirahat untuk minum.
Namun sayangnya, sebelum Nayra bahkan bisa duduk dengan tenang dan menikmati minuman itu, ada orang lagi yang datang padanya.
Itu adalah pasangan Robi dan Liana, orang tua dari Nayra.
Mereka jelas segera menyapa Putri mereka dan memberikan ucapan selamat dengan senang hati.
"Terimakasih, Ayah dan Ibu, aku cukup senang kalian bisa datang ke acara ini,"
"Tentu saja, ini adalah acara besar putriku, bagaimana kami tidak datang benar bukan sayang?" kata Robi pada Istrinya, Liana.
"Ya, sebenarnya kami cukup terkejut kamu tiba-tiba di angkat menjadi CEO," kata Liana menujukan ekpresi terkejutnya itu.
"Itu adalah amanan dari Almarhum suamiku, aku hanya menjalankan tanggung jawab yang dia berikan padaku,"
Lalu, Liana segera menunjukkan ekspresi kesedihan dan berkata,
"Ah, kami juga turut sedih jika mengingat kamu tiba-tiba kehilangan Suamimu, sudah 2 bulan berlalu ini pasti hari-hari yang berat untuk kami lalui,"
"Ya, semuanya berjalan dengan tiba-tiba dan mendadak, Aku sejujurnya tidak tahu harus bersikap seperti apa, namun aku masih harus tetap melanjutkan hidup dan tidak boleh terlalu terpuruk," kata Nayra mencoba bersikap kuat di hadapan orang tuanya itu.
Nayra tentu saja masih merasakan kesedihan mendalam bahkan sampai hari ini namun, Nayra jelas tidak ingin membuat orang tuanya khawatir.
"Kamu benar-benar cukup kuat, Nayra," kata Liana lagi.
Dua orang itu, lalu segera mencoba mencari topik pembicaraan lain karena merasa topik pembicaraan soal itu cukup membuat Putri mereka sedih.
"Nayra, kamu sekarnag menjadi CEO Perusahaan bukan? Apakah Julian memberikan kamu warisan perusahaan ini?" tanya Robi tiba-tiba.
"Tentu saja tidak seperti itu, Ayah. Perusahaan ini di wariskan pada Louise Putranya tentu saja, aku hanya diberikan tanggung jawab mengelola perusahaan ini sampai Louise mampu untuk mengelola perusahaan sendiri,"
Liana yang mendengar itu jelas menunjukkan ekspresi kekecewaan dan berkata,
"Astaga, kenapa Almarhum Suamimu itu begitu pelit? Dia hanya menyuruhmu untukmengelola Perusahaan?"
Nayra yang mendengar kata-kata dari Ibunya, jelas merasa tidak senang dan segera berkata,
"Ibu, jangan berbicara begitu soal suami lagi pula dia juga memberiku cukup warisan, dia memberikan 10% saham Perusahaan dan beberapa Aset lainnya,"
Orang Tua Nayra yang mendengar soal hal itu jelas saja menjadi gembira.
"Astaga, Nayra bukankah itu artinya sekarang kamu sangat kaya? Aku yakin, Aset-aset yang dintinggalkan Suamimu itu pasti cukup banyak," kata Robi dengan semangat.
"Itu benar, Nayra, kamu pasti baru saja menjadi seorang milyader,"
Nayra yang mendengar pujian-pujian itu entah kenapa merasa memiliki firasat tidak enak.
"Ayah dan Ibu tidak perlu berlebihan itu tidak sebanyak itu,"
"Nayra, kamu jangan coba berbohong kepada kami. Apakah kamu ingin menyembunyikan kekayaanmu itu dari kami sehingga kami tidak bisa meminta beberapa hal darimu?" kata Robi dengan marah.
"Tidak seperti itu, Ayah. Aku tidak berniat untuk menyembunyikan apapun,"
"Kalau begitu, bagaimana jika kamu memberikan beberapa suntikan dana kepada Usaha Ayahmu ini?"
Nayra yang mendapatkan permintaan itu tiba-tiba, jelas merasa tidak nyaman.
"Itu benar, Aku juga merasa jika kamu perlu untuk membelikan kita Mobil Mewah, sangat susah harus pergi ke mana-mana naik mobil tua," kata Liana.
Ekpresi Nayra jelas menjadi semakin buruk ketika mendengar permintaan itu.
Dulu, Julian sudah cukup baik dengan membelikan orang tuanya mobil, itu mungkin bukan sebuah mobil yang mewah namun mobil itu sebenarnya masih layak pakai sampai detik ini.
Jujur, Nayra dulu merasa sangat malu ketika orang tuanya tiba-tiba meminta hal itu namun Julian cukup baik dan meberikannya.
Namun jelas, pemberian Nayra pada orang tuanya, tidak begitu membuat mereka puas.
Orang tuanya, selalu mencoba meminta berbagai macam hal, dirinya biasanya membuat alasan, jika Julian mungkin akan tidak senang jika dirinya membelikan berbagai hal untuk orang tuanya.
Jadi orang tuanya, tidak lagi meminta terlalu macam-macam karena takut posisi putrinya tersingkir menjadi Istri Julian.
Namun sekarang, tidak ada alasan semacam itu lagi.
"Tapi, Ibu, Ayah... Aku rasa aku tidak bisa membelikannya dalam waktu dekat lagipula uang yang aku miliki tidak sebanyak itu,"
Liana yang mendengar kata-kata putrinya itu segera menunjukkan ekspresi marah,
"Kamu itu, dari dulu selalu saja membuat alasan, apakah kamu sekarang menjadi anak durhaka? Mentang-mentang kamu sekarang sudah menjadi orang kaya raya terus kamu melupakan orang tuamu?"
"Ibu, ini tidak seperti itu hanya saja aku merasa hal-hal ini tidak begitu baik,"
Ya, Nayra setidaknya merasa ini jelas bukan hal yang baik karena jika Louise tahu, dirinya menghambur-hamburkan uang warisan Julian dengan membeli hal-hal mewah, Louise mungkin akan menjadi salah paham dan semakin menuduhnya sebagai wanita murahan yang matre yang memanfaatkan harta warisan ayahnya hanya demi kesenangan semata, hal-hal yang Louise kira Nayra incar dari dulu.
Hal itu jelas bukan hal yang baik.
"Apa yang Ibumu katakan itu benar, kenapa kamu itu selalu pelit terhadap kami? Kami adalah orang tuamu yang membesarkanmu selama ini tidakkah kamu setidaknya membalas budi?" kata Robi dengan marah.
"Nayra, kamu jangan membuat alasan Mari berikan kami berdua uang dan mobil mewah itu harusnya bukan masalah untukmu lagi pula kamu memiliki 10% saham perusahaan ini, kamu jelas kaya,"
"Itu benar, Nayra. Bagaimana jika kamu juga membantu Kakakmu juga untuk masuk ke Perusahaanmu ini? Agar dia mendapatkan posisi yang bagus sebagai salah satu petinggi perusahaan karena sekarang kamu adalah CEO, harusnya hal-hal seperti itu tidak masalah bukan?"
Namun untuk permintaan itu, Nayra segera menolak dengan tegas,
"Tapi Aku tidak bisa untuk membantu kakak masuk perusahaan, ini jelas bukan wewenangku, dan soal mobil, bukankan mobil lama kalian masih bagus? Itu bahkan belum 3 tahun,"
"Nayra, kenapa kamu itu paling bisa membuat alasan?"
"Ya, kamu jadi anak jangan seperti itu dong sama orang tua saja pelit nanti kamu pasti akan kualat,"
Nayra yang mendengarkan sumpah serapah dan kemarahan orang tuanya itu hanya segera menjadi bingung dan pusing.
Merasa dirinya berada dalam dilema, karena jika dirinya menuruti permintaan itu mungkin orang-orang dalam keluarga Leonard akan memadangnya buruk.
Namun permintaan orang tuanya...
Selalu saja berlebihan, bahkan jika saat ini dirinya turuti nanti di masa depan orang tuanya ini akan semakin menjadi-jadi dan meminta hal-hal lebih dan lebih.
Hanya memikirkan ini saja sudah membuat Nayra lelah.
Sekarang apa yang harus dirinya lakukan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments