Episode 9: Tidak Terima

"Maaf, Tuan Julian beliau saat ini sudah tidak bisa diselamatkan lagi, dia sudah meninggal,"

Kata-kata dari Dokter itu, benar-benar menusuk baik untuk Nayra ataupun Louise.

Dua orang itu saat ini hatinya terlihat hancur dan dipenuhi kesedihan terutama ketika dokter mengatakan itu.

"Tidak Dokter, tolong katakan yang kamu katakan sebelumnya adalah bohong, Suamiku pasti bisa diselamatkan!"

Nayra mengatakan itu dengan nada penuh kehancuran dan keputusan benar-benar tidak pernah mengira hal ini bisa terjadi.

Padahal, tadi sore mereka berdua masih berbicara bersama, bahkan sedang membicarakan soal menu makan malam mereka.

Rasanya, pembicaraan sore itu masih dengan benar terasa di mana suaminya ini tiba-tiba ingin dimasakkan masakan kesukaannya.

Seolah senyuman itu belum lama Nayra dengar.

Namun sekarang, yang terlihat adalah wajah tidur terbaring, di tempat tidur Rumah Sakit, tidak menunjukkan ekspresi apapun.

Nayra mulai menyentuh tubuh itu yang saat ini berangsur-angsur mulai menjadi dingin.

Air mata, jelas sekali tidak terbendung lagi.

"Julian... Jangan seperti ini kamu bangun oke? Kamu harus selamat...

Bagaimana dengan janji yang kita buat? Bukankah akhir tahun ini kita akan pergi berlibur bersama dan mengambil cuti? Kamu bilang, setidaknya kamu ingin mengambil hari libur dan tidak ingin memikirkan soal perusahaan lagi... Kamu sudah berjanji padaku bukan..."

Namun sekali lagi Tidak ada jawaban di sana hanya ada keheningan.

"Julian... jawab aku kamu jangan seperti ini Kamu tadi memintaku untuk memasakkan masakan kesukaanmu? Aku sudah membuatkannya di rumah harusnya kamu segera pulang dan mencicipinya,"

"Julian... Kamu jangan membuatku takut seperti ini...."

"Ayo bangun Julian..."

Nayra yang melihat tubuh dingin itu terbaring tiba-tiba menjadi kehilangan kendali atas dirinya mungkin karena kesedihan yang tidak bisa terbendung.

"Julian... Ayo bangun dan kita pulang..."

"Julian...."

Orang-orang yang ada di ruangan itu juga hanya bisa terdiam ketika melihat Nayra mulai menagis disamping tubuh Julian.

Berbeda dengan Nyara yang bisa dengan mudah mengungkapkan emosinya itu.

Lucas, di sisi lain hanya bisa menangis dalam diam.

Lucas menyalahkan dirinya sendiri.

Ini semua adalah salahnya Kenapa semua ini bisa terjadi...

Karena dirinya dan Ayahnya bertegkar.

Lalu keputusan gila yang baru saja dirinya buat...

Ayahnya...

Lucas, benar-benar mulai menangis lebih banyak.

Hatinya mulai hancur memikirkan bahwa dirinya tidak akan pernah melihat Ayahnya lagi...

Belum lama sejak dirinya pulang...

Namun yang terjadi belakangan hanyalah pertengkaran dan pertengkaran....

Nayra yang melihat tubuh Julian itu, menjadi semakin hancur, dan diliputi kesedihan mendalam di dalam hatinya.

Lalu, tatapannya segera menuju kearah Louise yang ada disana.

Nayra segera menunjuk Louise dan berkata dengan marah,

"Itu gara-gara kamu! Julian seperti ini karena salahmu..."

Louise yang tiba-tiba mendengarkan kata-kata itu yang diingatkan tentang dosanya, menjadi semakin hancur dan hanya bisa diam.

"Kenapa Louise? Kenapa kamu bisa begitu keras kepala dan tidak ingin mendengarkan kata-kata Ayahmu? Kenapa?"

Nayra sekali lagi mendatagi Louise, lalu mulai memegang erat pundak Louise.

"Semua karena kamu..."

"Ini memang salahku,"

Akhirnya, Louise mulai membuka mulutnya dan mulai mengatakan isi hatinya.

"Ya! Kamu memang anak yang Brengsek!! Kamu sampai membuat Ayahmu seperti ini... Kamu... Kamu jahat!!"

"Ini memang salahku,"

Louise jelas makin menyalahkan dirinya tentang semua ini.

Karena tindakan kekanak-kanakannya semua ini bisa terjadi.

Nayra melihat tentang pria yang ada di hadapannya itu terlihat begitu pasrah dengan apa yang baru saja Nayra tuduhkan.

Nayra tiba-tiba menjadi semakin marah ketika mendengar itu.

"Louise... Kenapa kamu sekarang malah menjadi begitu penurut? Hah? Kamu bahkan walaupun menyalahkan dirimu sendiri dan mengakuinya tetap tidak akan merubah apapun!!! Ayahmu dia... Dia tidak akan pernah bangun!"

Louise terlihat semakin menunduk, karena tidak tahu harus berkata apa lagi.

Nayra yang sudah kembali memulihkan kewarasannya, lalu segera meminta Perawat untuk segera mengurus pengantaran jenazah ke Rumah.

Hal-hal benar-benar terjadi dengan cepat, dan saat ini Nayra dan Louise ada di sebuah ambulans di mana Di sana ada sebuah peti mati di tengahnya.

Nenek Louise yang mendengar berita tentang Putranya yang tiba-tiba meninggal itu jelas menjadi pingsan.

Jadi, Tante Louise, Sarah yang mengurus semua sesi Pemakaman dan acara di Rumah.

Louise dan Nayra yang ada di ruangan ambulans sempit itu masing-masing hanya diam dan menata peti mati yang ada di depannya.

Sebuah kenyataan yang tidak bisa ditolak.

Louise diam-diam menatap ke arah sampingnya di mana Nayra berada, ya Nayra yang sampai saat ini masih menangis.

Louise yang melihat itu merasa semakin bersalah...

Ini...

Ini adalah salahnya...

Semua ini salahnya...

Kenapa...

Kenapa dirinya bisa begitu bodoh?

Jika saja, dirinya tidak tiba-tiba berhenti di tengah jalan seperti itu..

Jika saja, dirinya tidak bertengkar dengan ayahnya..

Seandainya saja dirinya lebih sabar dan mendengarkan apa yang Ayahnya katakan..

Pasti semua ini tidak akan berakhir seperti ini..

Julian Leonard mungkin bukan Ayah Kandungnya, namun Louise benar-benar bisa melihat tentang pria itu yang sangat-sangat menyayangi dirinya.

Bisa terlihat bagaimana, Ayahnya ini sampai mengorbankan nyawanya sendiri.

Louise akhirnya merasakan betapa besar kasih sayang yang Julian berikan padanya...

Namun Semuanya sudah terlambat...

Louise bahkan tidak sempat untuk mengucapkan maaf kepada Ayahnya...

Ayahnya sekarang sudah pergi untuk selama-lamanya...

Dan tidak pernah kembali.

Nayra sendiri, masih tenggelam dalam rasa sedih yang dirinya alami seolah-olah semuanya tidak nyata.

Bahkan ketika sampai di Rumah Keluarga Leonard, dan menyapa orang-orang disana.

Beberapa orang mulai bertanya tentang apa yang terjadi.

Namun, bahkan Nayra sebenarnya tidak tahu apa yang terjadi.

Kecelakaan itu...

Saat menyapa orang-orang yang datang ke Acara Pemakaman, Nayra mulai menatap kearah Louise, yang berdiri tidak jauh dari dirinya.

Nayra merasa perlu tahu kejadian sebenarnya.

Jadi, ketika sudah cukup sepi, dan tidak ada orang yang terlalu memperhatikan mereka, Nayra segera menyeret Louise pergi dari sana, ke tempat dimana peti mati berada.

Louise yang tiba-tiba diseret itu hanya menurut dan tidak mengatakan apapun.

"Sekarang jawab aku apa yang sebenarnya terjadi?"

Nayra hanya langsung bertanya to the point tentang apa yang ingin dirinya tahu.

Louise yang ditanya itu segera terdiam bingung tentang bagaimana menjelaskannya.

"Ayah menyelamatkanku... Aku yang bodoh memberhentikan mobilku di perempatan, ada Truk disana. Segalanya terjadi dengan begitu, mobil Ayah menabrak mobilku agar mobilku terdorong, lalu Truk itu menabrak mobil Ayah... Ini semua adalah salahku..."

Nayra yang baru saja mendengar tentang itu segera menjadi marah dan sedih.

Nayra sejujurnya tidak pernah mengira jika kejadiannya akan seperti itu.

Bahwa Julian sampai segitunya demi Louise...

Namun, apakah Julian tidak pernah memikirkan Jika sesuatu terjadi padanya, ada dirinya yang akan cemas dan khawatir?

Apakah hanya ada Louise yang Suaminya itu pikirkan?

Namun bukan itu yang penting.

Nayra yang akhirnya tahu penyebab kecelakaan itu menjadi semakin marah pada pria yang ada di depannya itu.

"Jadi ini salahmu? Hah, kamu yang gila dan mencoba untuk mati, namun malah Suamiku yang meninggal? Louise!! Kamu... Kamu benar-benar jahat!! Kenapa harus Suamiku!! Kenapa tidak kamu saja? Julian adalah orang yang begitu baik... Julian ku... Kenapa...."

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!