Saat ini, di ruang tunggu IGD Rumah Sakit, terlihat Louise duduk di sana dengan ekspresi penunduk, saat ini dia sedang menunggu kabar dari dokter soal kondisi Ayahnya yang baru saja masuk ke IGD.
Louise sejujurnya masih sangat terpukul dengan hal yang barusan terjadi, hal-hal berlalu dengan begitu cepat...
Dirinya tidak pernah memihak kita ayahnya akan menyelamatkan seperti itu bahkan dengan mempertaruhkan nyawanya.
Padalah dirinya ini jelas bukan Putra Kandungnya...
Namun kenapa?
Namun jelas saat ini bukanlah saatnya untuk memikirkan hal itu.
Jujur, Louise saat ini masih bingung tentang bagaimana cara memberitahukan soal kecelakaan ini kepada Istri Ayahnya...
Apa yang harus dirinya katakan?
Bahwa ini adalah salahnya jika Ayahnya terlibat kecelakaan?
Louise akhirnya mulai mengambil ponselnya dan memencet tombol telepon ke rumah, tentu saja Louise tidak memiliki nomor ponsel dari Ibu tirinya itu.
Nayra yang berada di rumah awalnya sedang mencoba untuk makan beberapa hal, untuk menghilangkan kecemasan yang ada dalam dirinya.
Namun tiba-tiba telepon rumah yang ada di ruang keluarga berbunyi, Nayra tentu saja menjadi bertanya-tanya siapa kira-kira yang menelpon rumah?
Biasanya orang-orang lebih menyukai untuk melakukan panggilan ke ponsel.
Nayra Yang penasaran segera mengangkat telepon itu.
"Hallo?"
Namun begitu telepon itu diangkat Nayra tidak mendengarkan suara apapun dari ujung telepon yang membuat dirinya binggung.
"Maaf? Apakah ada orang di sana? Dengan siapa ya ini?"
Namun sekali lagi, hanya ada keheningan di sana tidak ada kata-kata apapun.
Nayra yang merasa bahwa telepon itu mungkin saja hanya lelucon berniat untuk menutup telepon itu.
"Jika ini hanya lelucon aku akan menutup telepon ini"
Louise yang ada di ujung telepon mencoba untuk menstabilkan nafasnya agar bisa menjelaskan tentang kejadian yang terjadi.
"Tunggu...."
Nayra yang mendengar suara seorang pria yang terdengar sangat familiar itu tiba-tiba menjadi cukup cemas dan panik.
Ini adalah suara Louise?
"Louise? Itukah kamu? Ayahmu saat ini sedang menyusulmu dan mencarimu apakah kamu bertemu dengannya?"
Louise yang ada di ujung telepon itu pun segera tidak bisa menahan emosinya dan mulai sedikit menangis.
Ini adalah pertama kalinya, Nayra mendegar pemuda itu menangis jelas saja perasaannya menjadi semakin tidak nyaman.
"Kamu kenapa Louise? Coba jelaskan pelan-pelan tentang apa yang terjadi?"
Nayra mencoba untuk bersikap tenang.
"Ayah Kecelakaan karena menyelamatkanku, saat ini Ayah sedang Kritis dan di tangani Dokter, Di IGD Rumah Sakit Y. Ini semua adalah salahku..."
Ada nada penuh kesedihan dan penyesalan di balik kata-kata itu juga suara isak tangis yang terdengar.
Nayra yang mendengar kabar itu hampir saja menjatuhkan telepon yang ada di tangannya karena ketakutan.
Julian kecelakaan?
Sebenarnya apa yang terjadi?
Apakah dua orang itu lagi-lagi terlibat pertengkaran hebat lalu terjadi hal-hal yang tidak diinginkan?
Nayra jelas menjadi sangat panik dirinya harus bagaimana.
"Kamu tunggu disana, Aku akan kesana,"
Lalu telepon itu segera ditutup.
Sepanjang jalan, Nayra tentu saja menjadi cepat Dan panik hatinya penuh dengan kesedihan mendalam.
Nayra mulai memikirkan lagi soal hal-hal yang terjadi sebelumnya, jika saja Louise tidak menjadi keras kepala dan marah kepada ayahnya itu pastilah kecelakaan itu tidak akan terjadi.
Louise selalu saja membuat masalah bahkan sejak dia datang.
Nayra yang diliputi kesedihan dan keputusan itu jelas saja tidak bisa berpikir jernih.
Jadi ketika tiba di Rumah Sakit, hal pertama yang Nayra lakukan adalah menampar Louise.
"Ini semua adalah salahmu coba saja kamu tidak kekanak-kanakan dan gampang marah seperti itu seandainya kamu mau menjelaskan penjelasan Ayahmu Julian.... Dia pasti tidak akan kecelakaan seperti ini,"
Louise yang mendapatkan tamparan tiba-tiba dipimpinnya itu jelas menjadi kaget namun dirinya tidak bisa marah.
Karena memang benar semua ini salahnya...
Dirinya yang kekanak-kanakan dan mudah marah.
Kecelakaan itu benar-benar terjadi karena dirinya yang ceroboh.
"Ini memang salahku semuanya adalah salahku, karena Aku..."
Louise mulai menangis sekali lagi, menyalahkan dirinya sendiri tentang semua yang terjadi.
"Ya, itu salahmu kenapa kamu tidak bisa menjadi lebih dewasa? Kenapa hal seperti ini bisa terjadi pada Julian? kenapa Dari awal kamu harus marah padanya?"
Nayra yang kesal kepada putra tirinya itu mulai memukul-mukul kecil dada Louise untuk melampiaskan kesedihan keputusan dan rasa marah yang ada di hatinya tentang semua yang terjadi.
Louise hanya diam saja dan masih menunjukkan kepalanya, karena dirinya tidak tahu harus berkata apa lagi.
Louise juga bisa melihat tentang wanita yang ada di depannya ini yang sepertinya benar-benar sangat khawatir dan cemas tentang keadaan Ayahnya.
Hal-hal itu terlihat sangat tulus...
Nayra disisi lainnya, masih terus berbicara untuk mengungkapkan hal-hal yang ada di hatinya.
"Apakah kamu tahu Louise? Ayahmu itu, dia sangat menyayangimu lebih dari apapun di dunia ini, bahkan setelah dia tahu bahwa kamu adalah anak hasil perselingkuhan Ibu Kandungmu. Dulu, orang tuamu bertengkar karena hal-hal ini, Julian menyimpan dan menyembunyikan semua fakta ini sendiri, demi menjaga hatimu, dia bahkan rela untuk kamu salah-salahkan selama bertahun-tahun ini, karena dia ingin menjaga perasaanmu agar kamu tidak tahu kenyataannya, dia selalu bilang cinta tidak apa-apa untuk disalahkan putranya, dia bilang itulah yang terbaik setidaknya agar kamu tidak perlu tahu kenyataan pahit yang sebenarnya... Bahwa kamu bukan Putra Kandungnya... Julian.... Dia sangat menyayagimu... Dia selalu saja mencemaskanmu... Jadi kenapa? Kenapa kamu malah membuat Ayahmu sampai kecelakaan seperti ini?"
Louise yang mendengar semua kata-kata dari wanita yang ada di hadapannya itu jelas menjadi kaget.
Kenyataan itu adalah sesuatu yang tidak pernah dirinya kira.
Sejak kematian ibunya dirinya selalu bertanya-tanya dan memikirkan tentang apa yang membuat keluarga mereka dan berantakan menjadi seperti neraka.
Ternyata pertengkaran itu dimulai setelah tahu bahwa dirinya ini adalah anak hasil dari perselingkuhan.
Sebuah fakta yang tidak pernah dirinya pikirkan sebelumnya.
Namun bahkan walaupun semua kenyataan itu sangat pahit dan berat untuk Ayahnya, Julian, Ayahnya tidak pernah menunjukkan hal itu di depan.
Perlakuakn Ayahnya padanya tidak pernah berubah bahkan ketika ayahnya itu masih sering bertengkar dengan ibunya dulu.
Padahal dirinya dan Ayahnya tidak memiliki ikatan darah apapun.
Dan bahkan sekarang...
Ayahnya sampai celaka gara-gara menyelamatkan dirinya yang tidak berguna ini.
Ayahnya begitu baik padanya...
Ketika dua orang itu masih tenggelam dalam hiburan masing-masing salah satu dokter mulai keluar dari ruangan itu.
Nayra yang melihat dokter keluar dari ruangan itu segera mendatanginya dan bertanya dengan panik,
"Dokter, bagaimana keadaan Suami saya?"
Louise juga segera bertanya dengan cemas,
"Bagiamana Ayah saya?"
Ekpresi dokter itu saat ini menunjukkan ekspresi putus asa.
"Maaf... Keadaan Tuan Julian ada di masa kritisnya, namun dia baru saja mendapatkan kesadarannya dan sekarang dia ingin berbicara dengan, Istrinya Nyonya Nayra, silahkan ikut saya masuk sebentar,"
Nayra jelas segera mengikuti perintah dokter untuk masuk ke dalam.
Louise yang mulai memikirkan bahwa dirinya tidak dipanggil ayahnya untuk masuk itu jelas menjadi tambah cemas.
Apakah sekarang Ayahnya membencinya?
Salah satu perawat lalu segera berkata lagi,
"Tuan, mohon tunggulah sebentar sebentar lagi Anda akan dipersilakan masuk saat ini ayah anda sedang ingin berbicara empat mata dengan istrinya harap anda mengerti,"
Louise hanya mengangguk lalu segera mulai duduk di kursi ruang tunggu.
Nayra yang saat ini mulai memasuki ruangan itu mulai menatap ke arah tempat tidur di mana saat ini suaminya berbaring penuh dengan perban dan alat-alat penunjang kehidupan disana sini.
"Nayra... Kamu disini..."
Nayra yang mendengar suara pelan dari suaminya itu segera mulai menggenggam tangan suaminya itu dan menagis.
"Sayang, kamu sebaiknya jangan banyak berbicara dulu istirahatlah sampai kamu pulih,"
"Tidak Nayra, ada beberapa hal yang aku ingin katakan padamu,"
"Apa? Kamu jelas nanti bisa mengatakannya ketika kamu sembuh sekarang fokuslah memikirkan kesembuhanmu,"
Julian yang mendegar itu, entah kenapa menjadi cukup sedih lalu tetap mencoba tersenyum dan berkata lagi,
"Aku tahu waktuku sudah dekat..."
"Julian, kamu jangan berbicara seperti itu, Aku masih sangat membutuhkanmu, lihat Louise juga ada di luar saat ini dia juga sangat khawatir denganmu,"
"Aku tahu, Nayra sejujurnya aku ingin minta maaf padamu,"
"Maaf apa? Kamu tidak memiliki salah apapun padaku,"
"Maaf, kamu harus menikah dengan Pria cacat sepertiku, yang tidak bisa memberikanmu keturunan,"
Nayra yang mendengar kata-kata itu jelas segera cukup syok dan berkata lagi,
"Apa yang kamu katakan? Kamu tidak salah apapun ini adalah pilihanku,"
"Nayra kamu adalah wanita paling baik yang pernah aku kenal, aku sangat beruntung bisa bertemu, aku harap kamu nanti bisa menemukan kebahagiaanmu lagi selain denganku,"
"Julian, Apa yang kamu katakan hah? Tidak ada yang bisa membuat aku bahagia selain kamu,"
Namun Julian terlihat tidak mendengarkan kata-kata Nayra.
"Mungkin ini akan merepotkanmu sebentar... Namun Aku harap kamu mau menjaga Putraku Louise, walaupun dia sudah sebesar itu namun dia belum benar-benar dewasa, aku sungguh takut meninggalkannya sendirian seperti sekarang, mungkin ini terlalu berlebihan untuk memintamu menjaganya untukku,"
"Ya, kamu sangat berlebihan ketika meminta untukku menjaga Louise, kamu lah yang harus menjaga anak itu sendiri dan aku akan memberikan dukunganku sebisaku,"
"Nayra... Kumohon... Dengarkan Aku..."
Nayra lalu mulai menangis ketika mendengar kata-kata suaminya itu yang seolah ingin mengatakan selamat tinggal.
"Julian... Jangan seperti ini..."
"Panggilkan Louise..."
"Julian... Kamu istirahatlah dulu, jangan terlalu banyak berpikir,"
Perawat yang ada di ruangan itu pun segera mengerti soal kode yang diberikan oleh Julian, dan segera menyuruh Louise yang ada di luar untuk masuk.
Louise yang melihat keadaan ayahnya yang penuh dengan luka Dengan mana-mana itu segera mulai managis.
"Ayah... Maaf... maafkan Aku... Semua adalah salahku kenapa ayah menjadi seperti ini,"
Julian lalu segera mencoba tersenyum kepada putranya itu,
"Ini bukan salah siapa-siapa, Louise ayah memiliki permintaan padamu apakah kamu ingin mendengarkannya?"
"Apa Ayah? Kali ini aku berjanji akan mendengarkan semua kata-katamu,"
Julian lalu mengambi tangan Louise, juga tangan Nayra membuat tangan dua orang itu seolah saling bersalaman.
"Aku ingin, mulai dari sekarang kalian berdua bisa hidup dengan damai, dan saling menerima satu sama lain sebagai sebuah Keluarga..."
Tatapan Nayra segera bertemu dengan tatapan Louise yang saat ini menunjukkan ekspresi kekagetan.
Julian juga melihat soal ekspresi tidak nyaman di putranya itu.
"Louise... Kamu bilang ingin mendengarkan kata-kataku bukan?"
"Ya, Ayah... Aku... Aku akan berusaha..."
"Hiduplah damai dengan Nayra... Ini adalah keinginan terakhirku, bahkan ketika aku sudah pergi nanti aku harap kalian berdua bisa hidup dengan damai,"
"Julian, tolong jangan berbicara yang aneh-aneh seperti itu,"
"Ya, Apa yang Ayah katakan? Ayah pasti akan selamat,"
Namun Julian hanya tersenyum, dan berkata lagi,
"Kalian berjenji?"
"Ya, Ayah, aku berjanji akan menuruti kata-katamu dan akan damai dengan.... Istri Ayah, jadi Ayah jangan lagi memikirkan yang aneh-aneh setelah ini setelah ayah sembuh Mari kita makan malam bersama dan hidup bersama sebagai sebuah keluarga?"
"Benar, Julian. Aku juga berjanji padamu, jadi mari kamu segera sembuh Dan kita bertiga akan menjadi sebuah keluarga yang utuh setelah ini,"
Julian hanya tersenyum lagi, lalu segera memejamkan matanya, terlihat damai dan tenang.
Ada suara bip panjang dan garis lurus di mesin pedeteksi detak jantung.
"Julian?"
"Ayah...."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments