MKD-Episode 16.

Plaaakk.

Sebuah tamparan yang cukup keras Feza berikan di pipi Gian, semua orang terkejut melihat adegan barusan.

Nova tidak bisa menahan tawanya, sementara Yosi dan Elthan masih berusaha keras untuk menahan tawanya.

"Beraninya kamu" ucap Gian menatap tajam ke arah Feza.

"Kenapa aku harus takut dengan mu, dan aku tidak akan membiarkan kamu mencium pipiku" balas Feza kemudian.

"Itu hanya ciuman Feza, keperawanan mu tidak akan hilang walau aku mencium mu"

"Tetap saja, aku tidak akan memberikan pipiku pada pria brengsek seperti mu"

"Kau---"

Elthan langsung menyela perdebatan antara Gian dan Feza, pria tampan itu pun berkata "Ayo lanjutkan permainan nya, Gian sudah tidak apa-apa, pipimu masih utuh walau di tampar oleh Feza" ucapnya sambil melirik ke arah Gian yang masih kesal terhadap Feza.

Gian menoleh ke arah Elthan, dengan raut wajah masih sangat kesal ia pun kembali ke tempat duduknya.

"Putar botolnya !" ucap Gian yang masih menatap Feza.

Botol di putar oleh Elthan, dan kali ini ujung botol berhenti tepat di hadapan Nova.

"Truth or dare ?" pertanyaan yang di ajukan oleh Yosi membuat Nova segera menatap wanita itu.

"Dare" jawab Nova, ia tentu akan memilih tantangan dari pada di suruh jujur atas pertanyaan yang membuatnya tak bisa berkutik.

"Ok, tantangan nya adalah, delapan menit bersama Kak Elthan di dalam gudang" ucap Yosi membuat Nova benar-benar terkejut.

Selama ini ia belum pernah bicara dengan Elthan, dan sekarang ia harus berada di ruangan yang sama dengan pria itu. Mova menelan ludah saat memikirkan akan bersama Elthan di dalam gudang.

"Baiklah" Nova tidak bisa menolak, lagian ini hanya delapan menit itu pasti tidak akan lama. Ia bisa berpura-pura tidak bersama dengan Elthan saat itu.

Nova berjalan duluan menuju sebuah gudang yang ia sudah tahu tempatnya, sementara Elthan menyusul di belakangnya. Keduanya pun memasuki gudang kecil itu dan tak di sangka pintu di kunci dari luar. Nova yakin ini pasti perbutan Yosi.

Nova menyandarkan tubuh nya ke dinding sementara Elthan berdiri tepat di hadapan nya. Pria itu menoleh lalu tersenyum ke arah Nova membuat detak jantung Nova begitu cepat.

"Jangan takut Nona, aku tidak akan menyakitimu" ucap Elthan berjalan mendekati Nova.

"Si-siapa yang takut ?" Nova menatap balik wajah pria itu yang hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya. Hembusan napas Elthan sangat terasa oleh Nova.

Delapan menit yang menurut Nova tadi adalah waktu sebentar, sekarang seperti sangat lama, Bahkan Nova rasa jarum jam tidak berjalan padahal ia sudah tidak tahan berada di ruangan sempit itu.

Jadi ketika pintu ruangan di buka dari luar, Nova langsung menarik napas panjang, sementara Elthan langsung menjauh kan diri.

"Waktunya sudah habis" ucap Yosi

Nova menenangkan detak jantungnya kemudian berjalan keluar, ia melihat seringai Yosi yang sangat menjengkelkan.

"Kenapa wajahmu merah ?" tanya Yosi membuat Nova semakin gugup.

"Gudang ini sangat sempit, jadi aku susah bernapas" jawab Nova berbohong

"Bukan karena di apa-apain sama Elthan ?" sahut Gian kemudian.

Nova tak lagi menanggapi, ia melirik jam tangan nya.

"Yosi aku harus pulang sekarang" ucap Nova

"Ini masih jam 09 Nov, kenapa kamu buru-buru ?" tanya Yosi tampak cemberut.

"Kamu tau kan kalau aku harus memberi obat pada Ayah ku, jadi aku harus pergi sekarang" usai mengatakan itu Nova mencium pipi Yosi kemudian berlalu pergi.

******

Saat ini Nova sedang dalam perjalan menuju apartemen, selama ini ia hanya tinggal sendiri jadi Nova memutuskan untuk membeli apartemen saja dari pada sebuah rumah mewah.

Menurutnya tidak ada gunanya tinggal di rumah sendirian.

Nova memarkirkan mobilnya di tempat biasa, barulah ia memasuki apartemen itu dan menuju tempat tinggalnya.

Setiba di dalam apartemen Nova langsung menuju kamarnya, membersihkan diri kemudian berganti pakaian. Setelah itu ia menuju kamar tamu yang letaknya tidak terlalu jauh dari kamarnya.

Ceklek.

Pintu kamar Nova buka dengan pelan, di sana seorang pria paruh baya sedang berbaring di atas tempat tidurnya yang sedang bicara dengan seorang perawat pribadi.

"Ayah" panggil Nova sambil tersenyum.

"Kau sudah pulang nak ?" Ayah Wilson membalas senyuman Nova membuat wanita itu berjalan mendekat.

"Apa Ayah sudah minum obat ?" tanya Nova.

"Ya nak, kalau kamu tidak percaya kamu bisa bertanya pada Lena" jawab Ayah Wilson.

"Benar nona, Tuan Wilson minum obat tepat waktu" sahut Lena dengan cepat.

Nova tersenyum, kemudian duduk di pinggir ranjang tempat Ayah Wilson berbaring.

"Nak, sebenarnya Ayah ingin kembali ke Jerman" ucap Ayah Wilson tiba-tiba.

"Tapi Ayah baru empat hari disini, tidak bisakah Ayah lebih lama lagi tinggal di sini ?"

"Nanti Ayah akan mengunjungi mu lagi nak"

"Tapi Ayah...."

"Jangan sedih anakku !, kamu tau kan kalau Ayah masih harus menjalankan perusahaan"

Nova menghela napas panjang "Kapan Ayah akan pensiun ? Ayah kan sudah tua"

"Ayah akan pensiun ketika kamu sudah memberi Ayah cucu, karena perusahaan Ayah akan Ayah berikan pada mereka"

Nova tersenyum palsu, untuk itu tentu belum ada pikiran dalam diri Nova. Rumah tangga nya dengan Ardan dulu sudah cukup memberinya banyak pelajaran.

"Kalau begitu tunggu beberapa tahun lagi"

"Kamu menunggu apalagi nak ? sekarang kamu sudah sukses, carilah pria yang baik"

"Jika sudah takdirnya, Nova pasti akan menikah Yah" wanita itu berdiri dari duduknya. Menarik selimut untuk menutupi kaki Ayah Wilson.

"Selamat malam Yah" ucapnya kemudian berlalu pergi.

Nova kembali ke kamarnya, ia berbaring di atas tempat tidur. Pikiran nya jauh melayang tentang bagaimana hidupnya berubah sekarang. Pria yang pernah menjadi Ayah mertuanya itu sekarang sudah seperti Ayah kandung bagi Nova.

Nova menghela napas saat kilatan masalalunya kembali terlintas.

Flashback On...

Melihat Nova yang sudah tak berdaya, Ardan langsung mendekat. Ia mengambil pisau itu lagi dan berniat kembali menusuk perut Nova. Namun sayangnya wanita itu kembali tersadar dan langsung berlari untuk menghindari Ardan.

Nova berlari menaiki anak tangga, Ardan kesal ia pun melempar pisau di tangan nya.

"Awas nak" ucap Ayah Wilson mendorong tubuh Nova, alhasil pisau tajam itu justru menusuk perutnya. Tubuh Ayah Wilson berguling di atas tangga dengan pisau menancap di perutnya.

Tubuh Nova membeku dengan kedua kaki bergetar, air matanya menetes begitu saja. Sementara Ardan terkejut saat melihat pria yang selama ini berjuang untuk hidupnya berbaring tepat di bawah tangga.

"Ayah" gumam Nova kemudian berjalan mendekati pria paruh baya itu. Ia mengguncang tubuh Ayah Wilson agar kembali sadar dan membuka mata.

BI Ina yang melihat itu segera berlari untuk meminta pertolongan.

...----------------...

Episode selanjutnya masih flashback ya !!

Terpopuler

Comments

Yupiana Muhamat

Yupiana Muhamat

msi di tunggu kelanjutan ceritanya semangat Thor

2023-03-12

1

Ana_Mar

Ana_Mar

di tunggu up nya kk...

2023-03-10

0

Yunita aristya

Yunita aristya

ya apa Ardan di penjara ya

2023-03-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!