Satu bulan telah berlalu, sejak hari mengerikan itu, Nova berusaha mengabaikan Ardan. Tetapi bayangan tentang hari menyakitkan itu terus terlintas di pikiran nya.
Bagi Nova sekarang, Ardan tidak lebih dari seorang monster menakutkan. Dan sejak hari itu juga Ardan tidak pernah bicara pada nya lagi, tapi bukan berarti Ardan tidak pernah menyentuhnya. Jika Nova bertanya sedikit saja maka Ardan akan selalu memberikan luka memar di wajah nya.
Nova sangat membenci Ardan melebihi ia membenci kedua orang tuanya yang sampai sekarang tidak pernah menanyakan kabarnya. Bahkan usia pernikahan Nova sudah 3 bulan tapi Ayah dan Ibu nya sedikitpun tidak bertanya apapun.
Tapi Nova tidak peduli akan hal itu, bagaimana pun sikap kedua orang tuanya ia sudah tak peduli lagi, walaupun nanti ia mendapat kabar buruk tentang Ayah dan Ibunya, itu bukan urusan Nova lagi.
Yang terpenting sekarang adalah pekerjaan Nova berjalan dengan lancar. Ia bahkan sudah memiliki cukup uang untuk membuka usaha. Dan bukan hanya itu sekarang Nova sudah menjadi seorang model di Inst@gram, ia sering mendapatkan tawaran untuk mempromosikan suatu produk.
"Nova apa yang kau lakukan ?" lamunan Nova langsung terhenti saat mendengar suara Alan yang memasuki ruangan nya.
"Ada apa pak ?" tanya Nova yang tidak fokus dengan ucapan Alan tadi.
"Kau ini kenapa ? dari tadi melamun terus ? apa kau masih memikirkan pria seperti monster itu ?"
Alan memang sekarang mengetahui bagaimana sikap Ardan selama ini. Berawal dari hari mengerikan itu, Nova tidak berangkat bekerja selama empat hari membuat Alan mengunjungi nya.
Nova tidak bisa menahan diri lagi untuk tidak bercerita pada Alan. Apalagi saat itu ia membutuhkan seseorang untuk tempatnya bersandar. Kehadiran Alan membuat hidupnya lebih berwarna, pria itu memberikan bahunya untuk tempat Nova menangis.
Dari sana Nova mulai menceritakan tentang hidupnya, bagaimana ia di jual oleh kedua orang tuanya dan bagaimana sikap Ardan selama ini. Saat itu Alan begitu emosi, ia ingin memberi pelajaran pada Ardan tapi Nova langsung menahan nya.
"Aku tidak memikirkan hal itu Pak, aku hanya sedang memikirkan bagaimana caranya meminjam uang ke bank untuk membantu ku membuka usaha" jelas Nova berbohong, ia tidak ingin Alan benar-benar menghajar Ardan.
"Jangan pikirkan hal itu Nov ! sudah ku katakan kalau aku yang akan menjadi investor terbesarmu" ucap Alan kemudian.
"Aku tidak ingin kamu mengeluarkan uang untukku lagi, selama ini kamu sudah banyak membantuku"
Alan menarik napas panjang, ia sudah sering menawarkan diri untuk membantu Nova dalam hal keuangan, tapi Nova selalu menolak.
"Ya sudah terserah kamu, tapi nanti kalau kamu membutuhkan bantuan ku jangan sungkan untuk mengatakan nya"
Nova tertawa dan menganggukkan kepalanya, ia begitu bersyukur bisa bertemu dengan Alan.
"Sekarang lupakan masalah ini dulu !, sekarang ceritakan bagaimana kabar kekasihmu ?" tanya Nova sambil menaik turunkan alis nya.
Wajah Alan langsung berubah saat mendengar ucapan Nova, ia menarik napas panjang dan menjawab "Ternyata dia bukan wanita yang baik, dia hanya mengincar hartaku saja"
"Kau sudah tau dia bukan wanita yang baik, lalu mengapa kau tidak ingin mengakhiri hubungan kalian ?"
Alan terkekeh mendengar ucapan Nova, bukankah kisah mereka sama. Nova tau kalau Ardan bukan pria yang baik tapi kenapa wanita itu tidak mau melepaskan nya.
"Lalu bagaimana dengan mu ?, kamu sudah tau kan kalau Ardan bukan pria yang baik, tapi kenapa kamu tidak mau melepaskan dia dan mengakhiri pernikahan kalian ?"
Pertanyaan Alan membuat Nova kalah telak, kisah nya dengan Ardan tentu saja berbeda. Ia di jual kedua orang tuanya pada Ardan, dan tidak akan mudah bagi Ardan untuk melepaskan dirinya.
Jika saja bisa, Nova sudah ingin pergi sejak dulu, namun semua itu tidak semudah membalik kan telapak tangan.
"Emm, bagaimana menurutmu kalau aku akan meluncurkan produk Lip crem" ucap Nova untuk mengalihkan topik pembicaraan.
"Itu bagus, pasti banyak yang akan menyukai produk mu" balas Alan yang langsung setuju dengan ucapan Nova.
"Tapi aku masih takut untuk melakukan hal ini"
"Jangan takut aku akan selalu membantu mu, aku yakin kamu pasti bisa"
"Terima kasih karena selalu ada untuk ku" ucap Nova sambil tersenyum. Kalau tidak ada Alan entah apa jadinya ia sekarang. Mungkin saja setiap hari ia akan menerima siksaan demi siksaan Ardan.
Alan mengangguk sebagai jawaban, ia sudah menganggap Nova sebagai adik nya sendiri, saat mendengar cerita Nova waktu itu, membuat Alan merasa kasihan dengan hidup Nova. Jika bukan di halangi oleh Nova, ia pasti sudah menghajar Ardan sampai puas.
Menurut Alan, pria seperti Ardan tidak pantas mendapatkan wanita secantik dan sebaik Nova. Wanita itu terlalu berharga untuk mengeluarkan air mata setiap hari.
*
*
*
Sore harinya Nova baru saja pulang ke rumah.
"Sudah sampai Bu" ucap sopir taksi.
Nova memejamkan matanya sejenak, setiap melihat rumah Ardan, bayangan hari mengerikan itu terus melintas di ingatan nya. Bayangan tentang siksaan Ardan membuatnya enggan untuk beranjak keluar dari mobil.
Kejadian hari itu selalu saja menghantui Nova, setetes air mata kembali membasahi pipi mulusnya, Selama ini Nova hanya berpura-pura kuat di hadapan semua orang, dan disaat sendiri hanya menangis yang menjadi penenang nya.
"Bu" kembali sang sopir memanggil, membuat Nova segera menghapus air matanya.
"Ini pak ongkos nya" Nova memberikan selembar uang berwarna merah lalu segera turun dari mobil.
Nova tahu kalau suaminya sudah pulang, karena ia melihat mobil Ardan sudah terparkir di garasi. Kembali rasa takut itu menjalar membuat kakinya terasa lemah untuk memasuki rumah mewah itu.
"Aku pasti kuat, semoga saja Mas Ardan sudah tidur seperti kemaren" batin Nova.
Ia memasuki rumah itu, dan langsung menuju kamarnya. Ia berharap Ardan tidak akan mengetahui kepulangan nya, namun keberuntungan sedang tak berpihak padanya karena saat ini pria itu sudah berdiri di belakang nya.
"Kemarilah !" pinta Ardan dengan tegas.
Nova membalikkan tubuhnya, ia menatap wajah Ardan tanpa sedikitpun beranjak dari tempatnya, dan itu membuat Ardan marah.
"Ku bilang kemari ya kemari" teriak Ardan menggema, lalu berjalan dengan cepat mendekati Nova.
Nova sudah terbiasa dengan teriakan pria itu, apalagi yang Ardan ingin lakukan ?. Menampar ?, atau menyiksa Nova, semua itu sudah menjadi kebiasaan Ardan selama ini.
"Dengarkan aku wanita j@lang, Ayah ku akan segera berkunjung kemari dan aku ingin kamu berprilaku seperti istri yang baik, yang selama ini ia inginkan" jelas Ardan sambil menekankan setiap kalimat yang ia ucapkan.
"Terus ?" tanya Nova polos.
"Berani kau bertanya seperti itu ? dasar pel@cur"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments