PEJUANG GARIS DUA

PEJUANG GARIS DUA

Pertemuan.

Sinar mentari pagi yang menerangi cakrawala dan membangunkan tidurku, dengan langkah yang berat karena kelelahan, dan bangkit untuk beres-beres sebagai mana biasanya.

Sambil mengurus keperluan Adam adikku, kemudian ke dapur untuk memasak makanan untuk kami berdua.

Setelah kedua orang tua kami meninggal dunia, kini tinggallah aku bersama Adam adikku yang menderita leukimia.

Butuh dana besar untuk membuatnya tetap bertahan hidup, tapi apalah dayaku. Untuk melanjutkan kuliah saja tidak bisa.

Sebenarnya ada harapan untuk kesembuhan bagi Adam, dengan kemajuan dan perkembangan dunia medis, dokter berkata bahwa Adam bisa disembuhkan.

Akan tetapi membutuhkan biaya yang sangat banyak, sementara rumah peninggalan orang tua kami sudah tergadaikan untuk berobat Adam.

Selesai makan dan mengurus Adam, baru teringat kalau harus belanja stok pulsa dan paket internet, yang aku jual di kios kecil di depan rumah ini.

Mengendarai motor matik yang sudah berumur  dan sambil berkhayal, semoga saja emas dan berlian berjatuhan dari langit, agar bisa aku jual untuk biaya berobat Adam.

Tanpa terasa akhirnya sampai juga di grosir pulsa untuk membeli dagangan.

Hanya sedikit yang bisa aku beli, karena keterbatasan modal, kemudian pulang dengan mengambil jalan pintas.

“ya ampun bu.....”

Seorang wanita paru baya terkapar lemah di pinggir jalan pintas ini, tanpa berpikir panjang langsung aku naikkan ke motor matic dan tubuhnya ku ikat dengan sweater yang aku kenakan.

“dok..... tolong dokter.....”

Dengan mengendong ibu tersebut lalu membawa ke IGD (instalasi gawat darurat) dan dokter itu langsung melakukan pertolongan medis.

Ternyata si ibu membutuhkan donor darah, dan beruntung nya kami memiliki golongan darah yang sama.

Dokter yang menanganinya ternyata mengenal wanita paru baya itu,  setelah mendapatkan pertolongan pertama, lalu petugas medis menghubungi keluarganya.**

Tiga bulan berselang waktu tanpa terasa berlalu begitu saja, dan kesehatan Adam semakin drop.

Dokter sudah menyarankan agar mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit, sementara keuangan kami tidak sanggup.

Cuci darah minimal tiga kali dalam seminggu, sudah menguras keuangan, hanya air mata yang mengalir saat melihat keadaan Adam yang semakin drop.

Disela-sela pikiranku yang kacau, bingung serta bimbang. duduk melamun sambil melihat orang-orang yang lalu lalang di depan kios kecil ini.

Seorang wanita anggun turun dari mobil dengan pengawal pribadi yang berpakaian rapi.

“Sarah, kamu gadis cantik, lembut dan jiwa keibuan. Tapi nasib buruk yang membuat mu harus berhenti kuliah.

Rumah ini sudah kamu gadaikan untuk biaya pengobatan adikmu, sementara tagihan sudah menunggak dua bulan.

Ibu akan membayar semuanya, termasuk biaya perawatan adikmu, asal kamu mau menikah dengan anakku yang sudah hampir berkepala empat.”

bu Lila namanya, nama itu aku ketahui dari dokter yang menanganinya tiga bulan yang lalu.

Hanya mengatakan seperti itu, lalu meninggalkan kartu namanya dan pergi lagi bersama para pengawal itu.

Sejenak aku berpikir keras, dan masih bertanya-tanya dari mana ibu itu mengetahui keadaanku.

Tapi melihat mobil mewahnya dan juga pengawal nya, mungkin saja ibu Lila mengirimkan mata-mata untuk menyelediki kehidupan ku.

Tapi yang menjadi pertanyaan besar, anaknya yang hampir berkepala empat dan belum menikah, kenapa harus aku yang di pilih?

Mungkin ini adalah rejeki buat Adam, atau mungkin ini adalah musibah bagiku.

Melihat kesehatan Adam yang sudah drop, persediaan obat dan sudah seharusnya Adam melakukan cuci darah.

Ditambah lagi persediaan makanan yang menipis dan tunggakan tagihan rumah yang harus dibayarkan.

Lalu aku menghubungi nomor handphone yang ada dikartu nama itu dan sambutan nya begitu lembut.

Nanti malam aku di undang untuk datang ke sebuah Kafe dan dari namanya aja itu sudah seperti kafe yang mahal.

Yah ...

Benar saja, kafe yang luar biasa, dan seorang pelayan langsung menghampiriku.

Setelah menyebutkan nama dan keperluan untuk bertemu dengan ibu Lila, saya langsung dibawa ke suatu ruangan yang sangat mewah.

Di ruangan itu sudah ada bu Lila bersama seorang laki-laki yang tampan.

“terimakasih ya Sarah, karena sudah menemui ibu, silahkan duduk.”

Ucapnya dengan begitu ramah, tapi berbeda dengan pria yang tampan itu yang terlihat begitu sinis terhadapku.

“kenalin ini anak ibu, namanya Satria dan inilah yang ingin ibu jodohkan kepada mu.”

Pria yang bernama Satria itu tidak menolehku, dan bu Lila langsung menyodorkan sebuah dokumen.

“sebelum kita makan malam, kita bahas dulu apa yang paling terpenting saat ini.

Dalam perjanjian itu sudah dirincikan ya, jika nak Sarah bersedia menikah dengan Satria anak ibu, maka.

Adikmu akan dibawa ke rumah sakit Lila, rumah sakit milik keluarga kami dan adikmu akan perawatan yang sudah mempuni.

Semua biaya perawatan sampai sembuh akan di tanggung oleh rumah sakit sepenuhnya alias gratis.

Lalu nak Sarah akan mendapatkan uang belanja setiap bulan nya senilai dua ratus juta Rupiah, serta fasilitas kartu kredit dan mobil pribadi yang lengkap dengan supir nya.

Rumah kamu yang tergadaikan akan segera ditebus dan dikembalikan kepada mu.

Jika Satria menceraikan mu karena perselingkuhan dengan wanita lain, maka setengah harta keluarga kami akan jatuh ke tangan kamu.

Tapi jika nak Sarah yang selingkuh, kamu tidak akan mendapatkan apapun, kecuali uang belanja mu dan juga rumah yang telah ditebus nantinya.

Baik apakah sudah paham, atau masih ada yang kurang?”

“Sarah paham bu, semuanya sudah pas kok bu. Tapi saya ingin bertanya.

Saya bukan wanita berpendidikan, anak yatim-piatu dan miskin.

Diantara banyaknya gadis-gadis yang jauh lebih dari segalanya, kenapa ibu memilihku?”

Bu Lila tersenyum menanggapi perkataan dan pertanyaan dariku, lalu membubuhkan tandatangan serta cap jempol di dokumen tersebut, kemudian menyuruh anaknya untuk melakukan hal sama.

“kamu memang gadis yang miskin, tapi kamu sangat cantik demikian juga dengan hati mu.

Tanpa berpikir panjang nak Sarah langsung mendonorkan darah kepada ibu, dan memberikan jaminan berupa uang mu yang hendak kamu gunakan untuk biaya pengobatan adikmu dan biaya kalian sehari-hari.

Ibu juga ingin bertanya, kenapa nak Sarah melakukannya?”

Pertanyaan yang berbalik tapi setidaknya aku mendapatkan jawaban yang jelas.

“Mohon maaf ya bu, kucing terkapar lemah aja saya tolong bu, apalagi melihat ibu yang terkapar lemah dengan darah yang bersimbah.

Kalau donor darah mungkin itu hal biasa ya bu, karena kata dokternya juga, donor darah itu membuat tubuh sehat karena akan ada generasi darah yang baru.

Kalau untuk jaminan itu, Sarah yakin kalau Tuhan sudah mengatur rejeki setiap umatnya.

Buktinya, setelah menolong ibu. dagangan Sarah laku keras bu.”

Hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha hahahaha

Ibu Lila tertawa lepas dan kemudian melambaikannya tangannya, lalu dua orang pelayan kafe yang berpakaian sangat bagus mendatangi kami.

“nak Sarah mau makan apa?”

“terserah aja bu, yang penting ada nasi dan sayurnya.”

Ibu Lila hanya tersenyum dan memesan paket menu yang sudah komplit.

Makam malam yang agak kaku, karena bersama anaknya yang super kaku dan pertemuan pertama kali bagiku.

Episodes
1 Pertemuan.
2 Perjanjian
3 Aneh
4 Perih
5 Cek Up
6 Stres.
7 Keluarga yang Rumit.
8 Konsultasi Lagi
9 Kesempatan Bicara.
10 Arisan Keluarga.
11 Mas Satria mengalami Spermatozoa.
12 Perseteruan.
13 Masalah yang Bertambah.
14 Memberikan Pelajaran.
15 Masalah Adik Ipar.
16 Kegaduhan di Pagi Hari.
17 Kelihaian Lidah Ibu Mertua.
18 Siapa Sebenarnya yang Sakit?
19 Rahasia Keluarga.
20 Siapa yang Butuh?
21 Sikap yang Berbeda.
22 Sulit di Pahami.
23 Kebohongan yang Terungkap.
24 Tamparan.
25 Mertua Cerai.
26 Keluarga yang Lain.
27 Ada yang Aneh.
28 Makian itu Lagi.
29 Mencoba Menghalau Serangan Makian.
30 Titipan Dari Almarhumah Ibu Mertua.
31 Penghargaan.
32 Untuk Pertama Kalinya Merasa Bahagia
33 Produk Insani.
34 Bekerja.
35 Pertikaian Dengan Ibu Mertua.
36 Mas Satria Bertindak.
37 Set Perhiasan Bersejarah.
38 Mas Satria Memenuhi Janjinya.
39 Teka-teki Ruangan Almarhumah Ibu Lila.
40 Tentang Almarhumah.
41 Strategi.
42 Sang Ibu Mertua Hobi Berbohong.
43 Mertua Minggat dari Rumah.
44 Kelakuan Friska.
45 Kelakuan Nyleneh.
46 Luka Dan Lebam.
47 Kecewa.
48 Melabrak.
49 Rizal Menceritakan Istrinya.
50 Bertemu Mantan Pacar Satria.
51 Teratozoospermia
52 Memulai dari Awal.
53 Senyuman Mas Satri.
54 Ribut Karena Ferdinand.
55 Kasus Parasit di Lila Group.
56 Bertemu Dengan Istri Rizal.
57 Hadiah dari Desi.
58 Penghiburan.
59 Menguak Rahasia.
60 Kedatangan Mantan Istri Siri.
61 Kenyataan Yang Pahit.
62 Mengungkap Uneg-uneg.
63 Memilih Meninggalkan mas Satria.
64 Penyesalan Seorang Ayah.
65 Menikahi Neni.
66 Rapat Pemegang Saham.
67 Kejutan.
68 Sudah Terlanjur.
69 Rehabilitasi.
70 Masih Bingung.
71 Terbelenggu Dalam Kebodohan.
72 Gelap Mata.
73 Derita Dari Mama.
74 Parah.
75 Lenyap.
76 Berita Duka.
77 Kisah Dari Mendiang ibu Lila.
78 Pria Bodoh.
79 Keluar Dari Fasilitas.
80 Sungguh Mengagetkan.
81 Masih Tetap Bodoh.
82 Dasar Impoten.
83 Tetap Pada Pendirian.
84 Anakku Lahir dan Kembar.
85 Konferensi Pers.
86 Permohonan Maaf.
87 Bertemu Dengan Neni
88 Pengakuan Yang Aneh.
89 Rahasia Yang Mulai Terkuak.
90 Pengakuan Cinta.
91 Belajar Untuk Menerima Kenyataan.
92 Menerima Kembali.
93 Bersatu Kembali.
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Pertemuan.
2
Perjanjian
3
Aneh
4
Perih
5
Cek Up
6
Stres.
7
Keluarga yang Rumit.
8
Konsultasi Lagi
9
Kesempatan Bicara.
10
Arisan Keluarga.
11
Mas Satria mengalami Spermatozoa.
12
Perseteruan.
13
Masalah yang Bertambah.
14
Memberikan Pelajaran.
15
Masalah Adik Ipar.
16
Kegaduhan di Pagi Hari.
17
Kelihaian Lidah Ibu Mertua.
18
Siapa Sebenarnya yang Sakit?
19
Rahasia Keluarga.
20
Siapa yang Butuh?
21
Sikap yang Berbeda.
22
Sulit di Pahami.
23
Kebohongan yang Terungkap.
24
Tamparan.
25
Mertua Cerai.
26
Keluarga yang Lain.
27
Ada yang Aneh.
28
Makian itu Lagi.
29
Mencoba Menghalau Serangan Makian.
30
Titipan Dari Almarhumah Ibu Mertua.
31
Penghargaan.
32
Untuk Pertama Kalinya Merasa Bahagia
33
Produk Insani.
34
Bekerja.
35
Pertikaian Dengan Ibu Mertua.
36
Mas Satria Bertindak.
37
Set Perhiasan Bersejarah.
38
Mas Satria Memenuhi Janjinya.
39
Teka-teki Ruangan Almarhumah Ibu Lila.
40
Tentang Almarhumah.
41
Strategi.
42
Sang Ibu Mertua Hobi Berbohong.
43
Mertua Minggat dari Rumah.
44
Kelakuan Friska.
45
Kelakuan Nyleneh.
46
Luka Dan Lebam.
47
Kecewa.
48
Melabrak.
49
Rizal Menceritakan Istrinya.
50
Bertemu Mantan Pacar Satria.
51
Teratozoospermia
52
Memulai dari Awal.
53
Senyuman Mas Satri.
54
Ribut Karena Ferdinand.
55
Kasus Parasit di Lila Group.
56
Bertemu Dengan Istri Rizal.
57
Hadiah dari Desi.
58
Penghiburan.
59
Menguak Rahasia.
60
Kedatangan Mantan Istri Siri.
61
Kenyataan Yang Pahit.
62
Mengungkap Uneg-uneg.
63
Memilih Meninggalkan mas Satria.
64
Penyesalan Seorang Ayah.
65
Menikahi Neni.
66
Rapat Pemegang Saham.
67
Kejutan.
68
Sudah Terlanjur.
69
Rehabilitasi.
70
Masih Bingung.
71
Terbelenggu Dalam Kebodohan.
72
Gelap Mata.
73
Derita Dari Mama.
74
Parah.
75
Lenyap.
76
Berita Duka.
77
Kisah Dari Mendiang ibu Lila.
78
Pria Bodoh.
79
Keluar Dari Fasilitas.
80
Sungguh Mengagetkan.
81
Masih Tetap Bodoh.
82
Dasar Impoten.
83
Tetap Pada Pendirian.
84
Anakku Lahir dan Kembar.
85
Konferensi Pers.
86
Permohonan Maaf.
87
Bertemu Dengan Neni
88
Pengakuan Yang Aneh.
89
Rahasia Yang Mulai Terkuak.
90
Pengakuan Cinta.
91
Belajar Untuk Menerima Kenyataan.
92
Menerima Kembali.
93
Bersatu Kembali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!