Sudah lima bulan Adam di rawat di rumah sakit, kemoterapi membuat rambut Adam rontok.
Tapi Adam tidak perlu lagi cuci darah atau menerima donor lagi, Adam hanya perlu pemulihan paska kemoterapi.
Jadwal kemoterapi sudah berakhir, dan Adam tidak di kemoterapi lagi. mudah-mudahan saja Adam bisa lekas sembuh.**
Ketika hari Minggu seperti ini, mas Satria tidak pernah ada di rumah, tapi kali ini mas Satria masih duduk santai di teras kamar yang terhubung langsung ke taman pribadi.
"mau suka kopi atau teh?"
Lima bulan usia pernikahan, tapi sampai saat ini saya belum tahu minuman atau makanan apa yang di sukai oleh mas Satria.
Itu karena mas Satria yang sangat sibuk dan kami jarang ngobrol, sebenarnya saya sudah mengupayakan agar bisa berkomunikasi lancar dengan mas Satria.
Tapi apalah dayaku, mas Satria itu ibarat kulkas empat pintu dengan kemampuan pendingin yang super maksimal.
"kopi aja."
Jawaban dari mas Satria selalu singkat, apakah mungkin mas Satria enggan untuk bicara denganku yang usia terpaut jauh dariKu?
Dua hari yang lalu adalah hari ulang tahun mas Satria yang ke tiga puluh sembilan tahun, sementara usiaku saat masih dua puluh tahun satu tahun.
Mungkin mas Satria mengganggap ku sebagai perempuan muda yang tidak akan paham dengan kehidupan dan segala aktivitas nya.
Kopi, air minum dan juga roti bakar rasa srikaya. aku hidangkan di meja kecil di hadapannya, lalu aku duduk disamping meja yang langsung berhadapan dengan taman.
"mas libur ya? jalan-jalan yuk mas, kemanapun jadi, yang penting kita jalan-jalan dan bisa makan bersama."
"sore ya, karena hari ini ada arisan keluarga di rumah ini, arisan keluarga dari pihak ayah."
"apa yang harus Sarah siapkan mas? karena ini pertama kalinya Sarah ikut arisan."
"ngak perlu, toh juga mereka ngak penting. ntar duduk manis aja, biar mpok Surti yang menyiapkan nya."
Bingung mau bicara apalagi, karena harus memilah-milah kata yang terbaik untuk di ucapkan agar mas Satria tidak tersinggung.
Seperti bicara kepada seorang pimpinan, harus hati-hati dan menata kalimat yang tepat.
Tanpa terasa waktu berjalan dan para keluarga sudah mulai berdatangan, mpok Surti sudah menyiapkan banyak hidangan.
Akhirnya para keluarga sudah berkumpul, dan aku seperti orang asing di rumah ini. sementara mas Satria tidak memperkenalkan aku kepada keluarganya ini.
Mpok Surti memintaku untuk duduk disamping mas Satria dan tatapan mata ibu tirinya begitu tajam ke arahku.
Dengan memberanikan diri untuk memperkenalkan diri, dan sikap mereka begitu cuek dan sangat tidak bersahabat.
Terlebih Farhat dan keluarganya, tatapan aneh itu mengarah ke arahku.
"sudah hamil? atau mungkin kamu mandul? asal kamu tahu Sarah, Lila group butuh generasi penerus, untuk mewarisi seluruh harta kekayaan."
"sepertinya menantuku ini memang mandul wi, tapi apa boleh buat, Sarah adalah istri pilihan."
Ibu mertua langsung menyahut omongan dari bu Dewi, istri dari Farhat.
Mereka seperti janjian untuk menyerang pribadiku saat ini.
Untungnya aku sudah membawa hasil USG dari dua dokter kandungan, untuk menghentikan hinaan mereka tentang kata mandul yang terucap dari para mulut jahanam itu.
"saya sudah memeriksakan diri ke dua dokter kandungan, dan ini adalah rekam medisnya.
Rahim serta sistem reproduksi saya itu normal, dan tidak bersalah sama sekali.
Mungkin Tuhan belum memberikan rejeki akan momongan, saya juga saat sedang menjalankan program hamil saat ini.
Saya juga berusaha untuk segera hamil, dan saya tidak menunda-nunda kehamilan tolonglah di jaga omongannya."
Tanpa terasa air mata ku langsung menetes di pipiku, air mata yang aku tahan sedari tadi dan akhirnya tumpah.
Segera aku bersihkan air mata itu, agar tidak terlihat lemah di hadapan mereka dengan mulut yang pedas itu.
Lalu aku menoleh mas Satria yang tidak bergeming sedari tadi.
"kapan kita konsultasi ke klinik kesuburan itu mas?
karena seluruh keluarga mas sudah sangat menginginkan anak dari kita."
Mas Satria tidak menjawab malah beranjak pergi ke arah pintu keluar rumah mewah ini, karena mas Satria pergi dan saatnya juga pergi dari ruang keluarga ini.
Beranjak ke kamar dan mengambil tas kecil ku, lalu melangkah keluar kamar.
"mau kemana? ngak sopan banget, keluarga lagi ngumpul dan kamu langsung pergi begitu saja.
Dasar miskin etika, apa orangtua mu tidak mengajari mu sopan santun?"
Percuma juga menanggapi perkataan ibu mertuaku yang kejam ini, karena ujung-ujungnya akan membuat hatiku semakin sakit.
Dengan naik taksi online dan terlebih dahulu ke arah toko pakaian, untuk membelikan pakaian untuk Adam.
Didamping toko pakaian ada kafe yang konsep bangunan yang unik, dan terlihat mobil parkir yang tidak asing.
"lah inikan mobilnya mas Satria."
Lalu aku berjalan ke arah kafe, dan ternyata mas Satria di dalam bersama seorang wanita cantik.
Seketika itu juga aku langsung meraih handphone Ku dan mengabadikan momen itu, mengambil gambarnya dan juga video kebersamaan mas Satria dengan wanita cantik itu.*
Sesampainya di ruang rawat Adam, bayangan akan senyuman mas Satria kepada perempuan itu berbeda.
Terlihat mas Satria begitu sumiringah ke arah perempuan cantik itu, berbeda dengan perlakuannya yang buruk terhadapku.
Aku memang istrinya tapi bukan wanita yang di inginkan mas Satria, bahkan aku menikah dengannya demi adikku dan juga untuk menyelamatkan rumah peninggalan kedua orang kami yang telah tergadaikan waktu itu.
Apakah salah berharap kalau mas Satria bisa menerima Ku?
Cinta memang tidak bisa di paksa, tapi bisa tumbuh sering waktu dengan perlakuan kasih sayang yang tepat.
"kakak kenapa? apa ada yang jahat sama kakak? kok murung?"
Adam memperhatikan sedemikian, tanpa aku sadari aku telah mengabaikannya karena teringat dengan wanita yang bersama mas Satria di kafe itu.
"ngak kok dek, kakak hanya kamu cepat sembuh. kakak ingin kita bersama-sama lagi sayang.
Semangat ya dek, kakak doakan biar Adam cepat sembuh."
Harapan yang disambut oleh Adam dengan mengatakan amin, dan kemudian tersenyum.
Waktu sudah sore dan teringat akan janjinya mas Satria untuk jalan-jalan denganKu, lalu aku meraih handphone dan mengirimkannya pesan mengenai janjinya.
Tapi jawabannya membuatku malah sakit hati, saat ini dia sedang sibuk di kantor.
Padahal sudah jelas-jelas aku melihatnya tadi siang di kafe itu bersama wanita cantik.
Setelah pamit kepada Adam, lalu menitipkan Adam ke tenaga medis shift malam, kemudian pulang.
Sebelum pulang ke rumah, singgah terlebih dahulu ke supermarket karena teringat kebutuhan kamar khusus untuk mas Satria sudah habis.
Berbelanja kebutuhan sudah selesai, lagi-lagi aku melihat mas Satria bersama wanita cantik itu sedang antri di kasir.
Wanita cantik yang aku lihat tadi siang di cafe, betapa hancurnya hati ini melihat kemesraan mas Satria dengan perempuan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments