Setelah aku menolak memberikan kartu kredit kepada Lyra, kini ibu mertua mulai mendekati anaknya tirinya, yaitu mas Satria.
Hari berganti hari dan sudah tiga minggu umur pernikahan kami.
Baru saja bahagia mendengar kabar dari rumah sakit mengenai Adam, dimana kesehatannya sudah berangsur membaik.
Dirumah ini harus bertemu lagi ibu mertua yang sudah ingin mengintrogasi.
"apa sudah ada tanda-tanda kehamilan? kamu sudah cek ngak?"
"belum ibu, karena siklus menstruasi diatas tanggal lima."
"sudah tangga enam ini, cek dong. atau jangan-jangan kamu itu mandul?"
Entah dari mana di Lyra ini datang, dan tiba-tiba saja sudah membawa alat tes kehamilan yang sangat banyak dari berbagai merek.
"coba nih, biar kita tahu Lo itu hamil apa ngak? kali aja mandul."
"jaga ucapan mu Lyra, kamu itu masih gadis. tidak baik menghakimi sesama wanita."
"bacot, dah buruan sana tes."
Hanya bisa menarik napas panjang, dan mengambil tes pack tersebut dan membawa ke masuk ke kamar.
Ternyata hasilnya negatif, dan segera aku menemui mereka berdua.
"gimana hasilnya, hamil tidak?"
Pertanyaan dari sang mertua tiri ini benar-benar menyakitkan, dan ekspresi wajah mereka berdua langsung berubah ketika aku aku menggelengkan kepalaku.
"dasar mandul."
"maaf ibu, saya setiap bulan lancar menstruasi nya, dan saya belum pernah bermasalah di bagian perut.
ucapan ibu begitu menyakitkan, tolong jangan seperti itu, ibu juga punya anak gadis."
"kurang ajar kamu ya."
Sang mertua sangat emosi, dan mpok Surti langsung berdiri ditengah-tengah kami, sehingga wanita sadis itu berhenti melayangkan tangannya.
"maaf nyonya, mpok akan membawa non Sarah ke sahabat ku, beliau sudah banyak membantu pasangan suami istri untuk mendapatkan momongan.
kali aja berguna nantinya, kalau begitu mpok mau mempersiapkan non Sarah dulu ya."
Mpok Surti langsung menarik tangan Ku ke arah kamar kami bersama mas Satria, dan tidak bisa ku pungkiri kalau air mata langsung mengalir.
Sejak pertama bertemu dengan ibu tiri suamiku ini, keadaan ku semakin drop rasanya.
Biasanya aku hanya pusing saat memikirkan biaya hidup kami berdua bersama Adam, dan biaya perobatan nya.
Kini semakin bertambah, suami yang sangat dingin, ibu mertua yang kejam dengan segala ucapannya yang membuat spot jantung tiap hari.
"non bersedia mpok bawa ke rumah sahabat mpok?
Itu perut akan di pijat, tapi jika tidak bermasalah dengan rahim, maka akan berhenti di pijat.
Mpok jamin tidak akan membahayakan kesehatan non Sarah."
"Aku belum haid mpok, siklusnya memang tidak menentu mpok, kadang awal bulan tapi paling lama sekitar tanggal delapan gitu."
"iya mpok ngerti, kali aja non stress menghadapi nyonya. sehingga non agak telat.
nantinya akan dicek oleh teman mpok, nanti mpok temani ya."
Aku menyetujuinya dan nanti sore sekitar jam lima, kami berdua akan ke rumah tukang pijat tersebut.***
Rumah yang sederhana, dan seorang wanita paruh baya menyambut kami berdua di teras rumah.
"nama saya mpok Tiam, ngak perlu kwatir nak Sarah, ayok silahkan masuk."
Namanya mpok Tiam, mungkin sebaya dengan mpok Surti.
Mpok Tiam melakukan praktek seperti pijat tradisional pada umumnya, tapi pasiennya adalah para istri dan bisa juga para suami dan harus bersamaan datangnya.
Tapi karena mpok Surti adalah sahabat nya, sehingga tanpa mas Satria, si mpok bersedia melakukan pijat terhadap Ku.
Posisi telentang dengan memakai sarung, dan mpok Surti langsung memegang area paha yang kemudian mengarah ke area perut.
Beberapa saat kemudian berhenti memijat dan membersihkan perut Ku dengan handuk yang bersih yang telah di bawa oleh mpok Surti.
"Tidak ada yang salah nak Sarah, dan itulah sebabnya harus suami istri yang datang, biar mpok bisa juga memeriksa suaminya.
Jangan hanya menyalahkan istri saja, suami juga perlu di periksa.
Mengenai telatnya haid itu banyak faktor, capek atau stress.
Jika dalam tiga hari ini belum juga mens, maka nak Sarah ke dokter kandungannya ya."
Setelah mendapatkan jawaban dari mpok Tiam, dengan segera kami pulang.
Sesampainya di rumah, terlihat mas Satria yang duduk bersama ayahnya dan juga ibu tirinya seperti nya menunggu kedatangan Ku.
"apa kata tukang pijat itu? kamu mandul kan?"
Sang mertua tiri langsung nyecorocos, dan mulut itu terlihat seperti mulut hewan yang di cap haram itu.
"mas....
bu.....
pa....
Tukang pijat nya, rahim Sarah baik-baik saja, dan beliau berkata agar datang bersama mas Satria untuk sama-sama di periksa juga."
"apa.......
maksud kamu, nak Satria mandul gitu? lancang kamu ya, kurang ajar kamu. hebat kamu menuduh Satria mandul."
Belum juga selesai bicara, sudah di potong sama si mulut pedas ini.
Seketika itu juga mas Satria langsung menarik tangan ku dan berjalan ke arah kamar kami.
Kemudian mendorong tubuhku hingga terjatuh ke arah ranjang, dan tatapan itu seperti orang yang sedang birahi tapi dalam keadaan marah.
"jangan sekarang ya mas, ini baru menstruasi. maaf ya mas."
Ekspresi wajah itu terlihat begitu marah, karena arus bawahnya tidak tersalurkan karena tiba-tiba aku menstruasi saat ini.
"dasar perempuan tidak berguna."
Ucapnya lalu keluar kamar seraya membanting pintu kamar.
Perutku kram dan sangat sakit, mungkin karena tidak memakai pembalut dan darah itu merembes sampai ke panjang yang kenakan.
Shot yang menjadi dalaman sudah basah, dengan perlahan bangkit ranjang lalu menuju kamar mandi.
Hampir putus asa karena sikap dari keluarga yang kaya raya ini, inilah alasan mengapa almarhumah mama melarang untuk menikah dengan laki-laki yang kaya raya.
Perih sangat dan darah keluar begitu deras, setelah bersih lalu mandi.
Selesai mandi dan rasa kram itu sangatlah begitu menyakitkan, dan semakin menangis semakin kram perut ini.
Tok..... tok..... tok....
"non, Mpok masuk ya."
Krekkk.......
Suara pintu terbuka dan ketika mpok Surti dan langsung meletakkan barang bawaannya dalam nampan tersebut di atas meja.
"ya ampun non, sini biar mpok bantu berdiri ya.
yok... rebahkan tubuh non di kasur ya, tenang ya non...."
Saya tidak menjawab atau memberikan sanggahan kepada mpok Surti, karena sedari tadi aku sudah terduduk lemas di lantai.
Perut yang kram membuat diriku terduduk di lantai, lemas dan tidak bertenaga.
Pertama kalinya bagiKu seperti ini, menstruasi yang sangat banyak dan kram perut yang menyiksa.
"tunggu sebentar ya non, biar mpok buat jamu pereda sakit haid."
Hanya mengganguk untuk menyahut mpok Surti, karena aku sudah kehabisan tenaga untuk bisa menjawabnya.
Tidak berapa lama mpok Surti sudah tiba di kamar ini dengan membawa minuman di dalam cangkir.
"di minum ya non, biar perut nya ngak kram lagi, ini karena non stress."
Perlahan aku meminum jamu buatan nya, rasanya kecut dan sedikit pahit. seperti hidup Ku saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments