Siapa yang Butuh?

Terdengar suara keributan dari arah ruang tamu, dan suara itu seperti suaranya Ferdinand.

Pria yang mengaku sebagai adik tirinya mas Satria.

Lama-kelamaan suara itu senyap dan perlahan-lahan keluar kamar untuk melihat kondisi.

"sudah di usir kok non, maaf ya non karena sudah membuat non tidak nyaman."

"terimakasih mpok, Sarah hanya tidak nyaman dengan tatapannya, saat di rumah sakit, Sarah bertemu dengan pria itu.

Ngakunya sebagai adik tirinya mas Satria, anak yang dilahirkan dari seorang wanita yang bernama Rere."

"Rere non?"

"iya mpok, itu kata pria itu. emangnya kenapa? apa yang terjadi?"

"mpok kurang tahu non, tapi yang mpok tahu kalau wanita yang bernama Rere itu adalah istri simpanan tuan.

Tapi ngak tahu kalau pria tadi anak dari Rere, Karena terlalu banyak rahasia di keluarga ini non."

Memang benar, terlalu banyak rahasia di rumah dan keluarga ini.

tak...tuk....tak....tak..tak.....

Suara sepatu dari ibu mertua, ibu tirinya mas Satria, sepertinya datang menghampiriku dengan membawa map berwarna biru.

slirr......

Map itu dilemparkan ke arahku dan isinya bertebaran di lantai, tatapannya yang tajam nan menyeramkan mengarah ke wajah ku.

"eh wanita mandul, tandatangani itu dokumen, cepat......"

"mpok tolong buatkan Sarah sirup jeruk yang segar, otak Sarah perlu sesuatu yang segar."

Aku tidak menyahut permintaan wanita yang kejam itu, dan akan tetapi memintak mpok Surti membuat minuman.

"jangan sirup ya, ini mbak buatkan jeruk peras untuk non. ini jauh lebih baik sirup itu."

Ucap mbak Tami, seorang ibu yang bekerja sebagai tenaga loundry di rumah ini, yang kebetulan membawa minuman segar.

Segera minuman segar itu aku teguk hingga setengah isi dari gelas nya habis.

"buruan tandatangani perempuan mandul."

prak...blas....bram......

Suara ibu mertua yang sangat kuat membuat ku terkejut, sehingga menjatuhkan minuman yang sedang aku teguk, begitu juga dengan nampan yang berisi dua gelas jeruk peras yang ada ditangan mbak Tami.

Semua mengarah ke dokumen yang sudah bertebaran di lantai karena dilemparkan oleh ibu mertua ke arahku.

Dokumen itu basah dan terlihat berwarna orange atau warna jeruk.

"dasar wanita sialan, dasar perempuan mandul. itu dokumen penting, persetujuan pemberian diskon tujuh puluh persen biaya perobatan Lyra.

Gila kamu ya, dasar perempuan mandul. kurang ajar kamu."

Terdiam akan ucapan dari ibu mertua, ucapan itu benar-benar menusuk jantung ini.

"kenapa harus marah, kan tinggal cetak ulang lagi, gampang kan. lagian ibu yang melemparkan dokumen itu, saya kira dokumen itu adalah sampah."

"kamu yang sampah perempuan mandul, tinggal cetak ulang? gampang kamu ngomong ya.

Satu dokumen untuk satu orang anggota keluarga yang memiliki saham di rumah sakit, dan saya harus mengumpulkan tandatangan para petinggi rumah sakit lainnya.

Sekarang kamu enak ngomong tinggal dicetak ulang, dimana otak mu perempuan mandul."

Walau sakit tapi air mata ini tidak mengalir, mungkin karena sudah mengering, sebab terlalu sering mendengarkan hinaan itu.

Perempuan bermulut jahanam ini yang butuh, tapi kenapa harus menyertakan hinaan.

"terus gimana lagi? kan salah ibu, sudah dokumen penting, malah dilemparkan.

apa salahnya di omongin baik-baik, tidak perlulah menghina orang.

Saya manusia bu, saya punya hati. ibu gampangnya menghina saya.

Saya tidak pernah kumpul kebo seperti yang dilakukan oleh putri mu, saya juga tidak pernah membunuh orang lain."

"kurang ajar......

auhhh......ah..........."

Sang ibu mertua terpleset di dokumen yang basah, karena hendak menampar Ku.

Suara rintihan itu sangat kuat hingga bergema di ruang keluarga ini, sepertinya kaki kanannya terkilir dan terlihat bengkok.

'ah.....aaaaaa.....aaaaaa......'

"ngapain kalian diam aja, bantu saya berdiri."

Mpok Surti dan mbak Tami, mengangkat tubuh ibu mertua dan ketika hendak membantunya, kalimat perempuan mandul terucap lagi dari mulut busuk itu.

Pak Imran kemudian datang, lalu mengutip pecahan gelas bekas jus jeruk peras itu, kemudian membersihkan dokumen yang sudah basah tersebut dan di kumpulkan di tempat sampah.

Setelah bersih, lalu mbak Tami membersihkan lantai dengan cara mengepelnya.

"mana dokumen tadi?"

"di tempat sampah."

Jawaban Ku kepada mertua yang cepat, membuat terlihat marah.

drrrt...... drrrt...... drrrt....... drrrt......

Handphone yang bergetar membuat dirinya berhenti memaki dan langsung terlihat panik ketika melihat orang yang menelponnya.

'maaf pah, Sarah mengoyak dokumen tersebut dan tidak bersedia memberikan persetujuan itu.'

Ucapnya kepada yang menghubungi nya, akan tetapi panggilan itu langsung berakhir begitu saja.

"Satria.....

Istrimu ini sangat kelewatan, ibu tadi meminta tandatangan persetujuan diskon biaya rumah sakit Lyra.

Tapi dokumen itu langsung di koyak oleh Sarah.

istrimu masih dendam kepada Lyra, sehingga Sarah tega mengoyak dokumen itu."

Aduan sang ibu mertua yang sangat berbeda dengan kenyataan, mas Satria yang baru tiba langsung melihat ke arah mpok Surti.

"ngak seperti kejadiannya nak, ketika nyonya datang dan langsung melemparkan dokumen itu ke hadapan non Sarah, sehingga dokumen itu bertebaran di lantai.

Non Sarah terkejut dan syok, karena tiba-tiba saja nyonya meminta non Sarah untuk tandatangan dokumen itu dengan cara memaki non Sarah.

Lalu non Sarah minta minum, secara kebetulan Tami sudah menyiapkan jus jeruk peras untuk non Sarah.

Minuman tumpah ruah serta sisa minuman dalam nampan yang belum terminum, karena tiba-tiba nyonya bersuara kuat ke non Sarah dan membuat kami bertiga terkejut.

Kebenaran Nya bisa di cek di sisi TV nak, dulu mpok selalu di ajarkan ibu untuk tetap jujur walaupun nyawa taruhannya."

"benar mas, tiba-tiba ibu datang dan melemparkan dokumen itu kepada Sarah, tanpa penjelasan dan meminta Ku untuk segera menandatanganinya.

Semua yang dikatakan mpok, benar adanya mas."

Menyambung pernyataan dan kesaksian mpok Surti, bukan sekongkol tapi ini kenyataan nya.

Fitnah harus di lawan dengan kebenaran, perempuan bermulut sadis itu yang butuh tapi kenapa aku yang harus jadi korban.

"mereka bersekongkol-kol nak Satria, mereka berdua bohong."

Lalu suara kaki ayah mertua mengakhiri pembelaan dari ibu mertua, tatapannya yang tajam ke arah istrinya itu dan terpancar kemarahan yang luar biasa.

plak.... plak....

Dua kali tamparan keras mendarat di kedua pipi ibu mertua, bekas tangan itu tergambar jelas di pipinya.

"saya sudah mohon sama kau, untuk bersikap baik kepada Sarah demi putri kita.

Tapi apa yang kau lakukan? kau ingin Lyra meninggal? apa macam apa kau?

Bersikap baik walaupun hanya sebentar kau tidak bisa."

"ayah yang salah, kenapa istrimu yang tidak berguna ini datang meminta tandatangan ke Sarah."

plak..... plak....

Sanggahan dari mas Satria membuat ayah mertua melayangkan tamparannya ke istinya.

Episodes
1 Pertemuan.
2 Perjanjian
3 Aneh
4 Perih
5 Cek Up
6 Stres.
7 Keluarga yang Rumit.
8 Konsultasi Lagi
9 Kesempatan Bicara.
10 Arisan Keluarga.
11 Mas Satria mengalami Spermatozoa.
12 Perseteruan.
13 Masalah yang Bertambah.
14 Memberikan Pelajaran.
15 Masalah Adik Ipar.
16 Kegaduhan di Pagi Hari.
17 Kelihaian Lidah Ibu Mertua.
18 Siapa Sebenarnya yang Sakit?
19 Rahasia Keluarga.
20 Siapa yang Butuh?
21 Sikap yang Berbeda.
22 Sulit di Pahami.
23 Kebohongan yang Terungkap.
24 Tamparan.
25 Mertua Cerai.
26 Keluarga yang Lain.
27 Ada yang Aneh.
28 Makian itu Lagi.
29 Mencoba Menghalau Serangan Makian.
30 Titipan Dari Almarhumah Ibu Mertua.
31 Penghargaan.
32 Untuk Pertama Kalinya Merasa Bahagia
33 Produk Insani.
34 Bekerja.
35 Pertikaian Dengan Ibu Mertua.
36 Mas Satria Bertindak.
37 Set Perhiasan Bersejarah.
38 Mas Satria Memenuhi Janjinya.
39 Teka-teki Ruangan Almarhumah Ibu Lila.
40 Tentang Almarhumah.
41 Strategi.
42 Sang Ibu Mertua Hobi Berbohong.
43 Mertua Minggat dari Rumah.
44 Kelakuan Friska.
45 Kelakuan Nyleneh.
46 Luka Dan Lebam.
47 Kecewa.
48 Melabrak.
49 Rizal Menceritakan Istrinya.
50 Bertemu Mantan Pacar Satria.
51 Teratozoospermia
52 Memulai dari Awal.
53 Senyuman Mas Satri.
54 Ribut Karena Ferdinand.
55 Kasus Parasit di Lila Group.
56 Bertemu Dengan Istri Rizal.
57 Hadiah dari Desi.
58 Penghiburan.
59 Menguak Rahasia.
60 Kedatangan Mantan Istri Siri.
61 Kenyataan Yang Pahit.
62 Mengungkap Uneg-uneg.
63 Memilih Meninggalkan mas Satria.
64 Penyesalan Seorang Ayah.
65 Menikahi Neni.
66 Rapat Pemegang Saham.
67 Kejutan.
68 Sudah Terlanjur.
69 Rehabilitasi.
70 Masih Bingung.
71 Terbelenggu Dalam Kebodohan.
72 Gelap Mata.
73 Derita Dari Mama.
74 Parah.
75 Lenyap.
76 Berita Duka.
77 Kisah Dari Mendiang ibu Lila.
78 Pria Bodoh.
79 Keluar Dari Fasilitas.
80 Sungguh Mengagetkan.
81 Masih Tetap Bodoh.
82 Dasar Impoten.
83 Tetap Pada Pendirian.
84 Anakku Lahir dan Kembar.
85 Konferensi Pers.
86 Permohonan Maaf.
87 Bertemu Dengan Neni
88 Pengakuan Yang Aneh.
89 Rahasia Yang Mulai Terkuak.
90 Pengakuan Cinta.
91 Belajar Untuk Menerima Kenyataan.
92 Menerima Kembali.
93 Bersatu Kembali.
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Pertemuan.
2
Perjanjian
3
Aneh
4
Perih
5
Cek Up
6
Stres.
7
Keluarga yang Rumit.
8
Konsultasi Lagi
9
Kesempatan Bicara.
10
Arisan Keluarga.
11
Mas Satria mengalami Spermatozoa.
12
Perseteruan.
13
Masalah yang Bertambah.
14
Memberikan Pelajaran.
15
Masalah Adik Ipar.
16
Kegaduhan di Pagi Hari.
17
Kelihaian Lidah Ibu Mertua.
18
Siapa Sebenarnya yang Sakit?
19
Rahasia Keluarga.
20
Siapa yang Butuh?
21
Sikap yang Berbeda.
22
Sulit di Pahami.
23
Kebohongan yang Terungkap.
24
Tamparan.
25
Mertua Cerai.
26
Keluarga yang Lain.
27
Ada yang Aneh.
28
Makian itu Lagi.
29
Mencoba Menghalau Serangan Makian.
30
Titipan Dari Almarhumah Ibu Mertua.
31
Penghargaan.
32
Untuk Pertama Kalinya Merasa Bahagia
33
Produk Insani.
34
Bekerja.
35
Pertikaian Dengan Ibu Mertua.
36
Mas Satria Bertindak.
37
Set Perhiasan Bersejarah.
38
Mas Satria Memenuhi Janjinya.
39
Teka-teki Ruangan Almarhumah Ibu Lila.
40
Tentang Almarhumah.
41
Strategi.
42
Sang Ibu Mertua Hobi Berbohong.
43
Mertua Minggat dari Rumah.
44
Kelakuan Friska.
45
Kelakuan Nyleneh.
46
Luka Dan Lebam.
47
Kecewa.
48
Melabrak.
49
Rizal Menceritakan Istrinya.
50
Bertemu Mantan Pacar Satria.
51
Teratozoospermia
52
Memulai dari Awal.
53
Senyuman Mas Satri.
54
Ribut Karena Ferdinand.
55
Kasus Parasit di Lila Group.
56
Bertemu Dengan Istri Rizal.
57
Hadiah dari Desi.
58
Penghiburan.
59
Menguak Rahasia.
60
Kedatangan Mantan Istri Siri.
61
Kenyataan Yang Pahit.
62
Mengungkap Uneg-uneg.
63
Memilih Meninggalkan mas Satria.
64
Penyesalan Seorang Ayah.
65
Menikahi Neni.
66
Rapat Pemegang Saham.
67
Kejutan.
68
Sudah Terlanjur.
69
Rehabilitasi.
70
Masih Bingung.
71
Terbelenggu Dalam Kebodohan.
72
Gelap Mata.
73
Derita Dari Mama.
74
Parah.
75
Lenyap.
76
Berita Duka.
77
Kisah Dari Mendiang ibu Lila.
78
Pria Bodoh.
79
Keluar Dari Fasilitas.
80
Sungguh Mengagetkan.
81
Masih Tetap Bodoh.
82
Dasar Impoten.
83
Tetap Pada Pendirian.
84
Anakku Lahir dan Kembar.
85
Konferensi Pers.
86
Permohonan Maaf.
87
Bertemu Dengan Neni
88
Pengakuan Yang Aneh.
89
Rahasia Yang Mulai Terkuak.
90
Pengakuan Cinta.
91
Belajar Untuk Menerima Kenyataan.
92
Menerima Kembali.
93
Bersatu Kembali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!