Konsultasi Lagi

Akhirnya bisa bertemu dengan Adam, terlihat wajahnya sudah mulai segar. itu artinya kesehatan Adam sudah mulai membaik.

Terlintas di pikiran, jika Adam sudah sembuh dan sudah di izinkan pulang ke rumah, apakah mas Satria mengizinkan Adam serumah dengan kami?

Adam yang masih berumur sepuluh tahun, tidak mungkin hidup sendirian, beda halnya jika Adam sudah remaja.

Nanti saja lah itu dulu, yang terpenting kesehatan Adam sudah jauh lebih baik.**

Hari sudah mulai menjelang sore dan Adam aku titip kepada perawat dan dokter jaga, dan saatnya pulang.

Sebenarnya ngak tega untuk meninggalkan Adam sendirian di rumah sakit ini, tapi mau bagaimana lagi.

Dulu juga aku sering meninggalkannya di rumah sakit, karena harus jualan demi menghidupi kami berdua.

"tunggu.... tunggu....."

Kali ini satu keluarga yang mencegat Ku, untuk sekedar berjaga-jaga, langsung menghubungi mas Satria.

Syukurlah sudah tersambung ke handphone mas Satria dan wajah dari mereka bertiga sangat menyeramkan, seolah-olah ingin menerkam ku.

"sampaikan kepada suami mu, jangan terlalu egois. Danu itu sepupu suami mu, kamu juga sebagai istrinya jangan terlalu egois.

Bujuk suami mu agar memperhatikan sepupu nya, berguna dikit kamu jadi istri."

Pak Imron supir pribadi langsung menyuruhku masuk ke dalam mobil, dan ternyata sambungan telepon dengan mas Satria sudah berakhir.**

Entah apa yang terjadi, akan tetapi pak Farhat dan keluarganya tidak menggangu lagi selama di rumah sakit.

Sudah seminggu ini mereka tidak pernah aku lihat lagi keberadaan di rumah sakit.

"mau kemana? ke rumah sakit lagi? disana ada perawat dan dokter yang bersiaga, kamu fokus untuk hamil."

"bukan depan saya akan ke dokter lagi, untuk program hamil.

Saya juga rutin minum susu program hamil 0+ dan itu agar siap untuk menampung calon anak kami kelak nantinya.

Saya sudah tiba di rumah sebelum mas Satria pulang."

Menggunakan kata saya kepadanya, karena merasa jengkel, tiap hari si mulut pedas itu bertanya kapan aku hamil.

Aku tidak menunda kehamilan, dan tidak ada alasan untuk menundanya. tapi belum rezeki saja.

Lagipula kami baru menikah, dan belum genap dua bulan usia pernikahan kami.

Atau memang perempuan itu sengaja melakukannya agar bisa membuat hatiku menjadi kacau seperti ini.***

Awal bulan dan saatnya menantikan sebuah momen, sudah tanggal tiga dan inilah menunggu siklus haid.

Hari berlalu tanpa terasa dan akhirnya menstruasi lagi, itu artinya sebuah kegagalan untuk mendapatkan momongan.

Sudah tiga masa menstruasi berakhir, dan saatnya ke dokter lagi.

Diantar oleh supir pribadi ke tempat dokter praktek, dan hanya beberapa untuk antri dan langsung bertemu dengan dokternya.

Setelah ditanya tentang masalah menstruasi dan kemudian melakukan USG transvaginal lagi, beberapa saat kemudian perawat itu menuntun Ku untuk duduk di kursi yang berhadapan dengan dokternya.

"seperti yang sudah saya sampaikan kepada ibu bulan yang lalu, bahwa semuanya baik-baik saja.

Indung telur berfungsi sebagai mestinya, dan tidak perlu mendapatkan resep apapun.

Maaf ya bu, mungkin ini terdengar lancang bu.

Terkadang juga kita perlu mengetahui suami kita, jangan hanya ke istri saja.

maksud saya begini bu, saya mengenal dokter yang memiliki klinik kesuburan. disana peralatan nya sudah lengkap dan canggih, pelayanan yang baik dan persentase kehamilan sangat minimal.

Saat di klinik itu, ibu harus bersama suami. nanti ibu tunjukkan saja hasil USG transvaginal ini kepada dokter nya.

Akan tetapi mereka akan memeriksa ****** dari suami ibu, untuk menentukan kualitas nya, setelah keluar diagnosa maka dokter akan memberikan solusinya disana.

Intinya ibu bicara sama suami, pelan-pelan saja bu. jangan buru-buru dan lakukan itu disaat suami ibu tenang.

Secara emosi dan kebanyakan dari pria atau suami akan tersinggung jika membahas hal beginian.

Ibu pelan-pelan bicaranya, lihat situasi dan kondisi.

Bila perlu ibu pergi ke praktek dokter lain, sebagai bahan pertimbangan untuk suami ibu, bahwa sistem reproduksi ibu dalam keadaan baik-baik.

Disini saya tidak menjudge suami ibu, tapi saya memberikan saran kepada ibu, agar tidak selalu disalahkan.

Selamat perempuan masih punya rahim dan masih menstruasi, itu artinya kita sebagai perempuan masih bisa melahirkan anak.

Apakah ibu paham maksud saya?"

Hanya bisa mengangguk mengerti, karena penjelasan dari bu dokter cantik ini begitu luwes dan mudah untuk dipahami.

Lalu dokter cantik itu memberikan kartu nama klinik kesuburan yang dimaksud olehnya, dan di klinik tersebut bisa menguji kesuburan laki-laki sekaligus ada program bayi tabung.

Sesampainya di rumah dan sudah bertemu dengan mas Satria, tapi aku tidak berani menyampaikan hal tersebut.

Takut jika tiba-tiba mas Satria menamparku dan kemudian menggauliku secara kasar.**

Berselang waktu satu minggu, lalu pergi mencari praktek dokter spesialis kandungan dan penyakit kandungan.

Tidak jauh dari rumah mewah ini, ada dokter praktek.

Kali ini dokternya laki-laki dan sudah lebih senior dari ibu dokter yang berada di rumah tinggal kami yang dulu.

Mengambil antrian lalu perawat mendata pasien, cek suhu tubuh, berat badan dan juga cek tekanan darah.

Lalu antri lagi, dan tidak berapa lama kemudian sudah dipanggil untuk masuk ke ruangan dokter.

Dimana dokter nya di dampingi dua perawat muda, dan penjelasan sama seperti yang dijelaskan oleh dokter yang kemarin.

Alat sama dan perlakuannya sama, setelah beberapa saat kemudian lalu duduk berhadapan dengan dokter tersebut.

"******, leher rahim dan rahim sehat, indung telur juga berfungsi sebagai mana mestinya dan saya nyatakan tidak masalah dengan ibu.

Saat ini ibu masa subur, saya akan memberikan resep, agar ****** suami ibu mudah menjangkau sel telur.

Nanti ibu obatnya di depan, jika bulan depan masih menstruasi, silahkan datang lagi dan nantinya saya meresepkan obat yang berbeda."

Penjelasannya lebih kurang persis dari dokter yang pertama, hanya saja aku dibekali obat yang banyak.

Sangat ragu untuk mengkonsumsi obat-obatan ini, takut nya akan membuat tidak bisa mendengar karena kebanyakan makan obat.

Sesampainya di rumah dan langsung duduk di pinggir ranjang, USG transvaginal itu masih meninggalkan rasa sakit.

Lalu ke kamar untuk membasuh tubuh yang sudah penat ini.

Selesai mandi dan berpakaian lalu duduk di meja rias untuk menunggu mas Satria di kamar ini.

Hasil USG transvaginal sudah berada di atas meja ini, dari dua dokter yang berbeda dan jawaban yang sama.

Rahimku baik-baik saja dan kenapa saya masih belum hamil.

Jika di ingat kembali akan usia pernikahan yang masih sangat minim, dan betapa stres nya di rumah ini.

Menghadapi ibu mertua yang judes dan ucapannya yang menyakitkan, ayah mertua yang selalu meminta kartu kredit Ku dan juga adik tiri dari suami yang hampir sama dengan mama nya.

Terlebih-lebih suami ku yang sangat dingin dan tidak pernah bisa bicara dengan baik-baik.

Terpopuler

Comments

clara

clara

dari penjelasannya ini adalah penjelasan tentang medis, kok di sensor gitu?

gimana sih editor nya, jadi susah untuk di pahami.

2023-03-05

1

clara

clara

memeriksa apanya? sensor nya kok buat ngk jelas gitu ya

2023-03-05

1

lihat semua
Episodes
1 Pertemuan.
2 Perjanjian
3 Aneh
4 Perih
5 Cek Up
6 Stres.
7 Keluarga yang Rumit.
8 Konsultasi Lagi
9 Kesempatan Bicara.
10 Arisan Keluarga.
11 Mas Satria mengalami Spermatozoa.
12 Perseteruan.
13 Masalah yang Bertambah.
14 Memberikan Pelajaran.
15 Masalah Adik Ipar.
16 Kegaduhan di Pagi Hari.
17 Kelihaian Lidah Ibu Mertua.
18 Siapa Sebenarnya yang Sakit?
19 Rahasia Keluarga.
20 Siapa yang Butuh?
21 Sikap yang Berbeda.
22 Sulit di Pahami.
23 Kebohongan yang Terungkap.
24 Tamparan.
25 Mertua Cerai.
26 Keluarga yang Lain.
27 Ada yang Aneh.
28 Makian itu Lagi.
29 Mencoba Menghalau Serangan Makian.
30 Titipan Dari Almarhumah Ibu Mertua.
31 Penghargaan.
32 Untuk Pertama Kalinya Merasa Bahagia
33 Produk Insani.
34 Bekerja.
35 Pertikaian Dengan Ibu Mertua.
36 Mas Satria Bertindak.
37 Set Perhiasan Bersejarah.
38 Mas Satria Memenuhi Janjinya.
39 Teka-teki Ruangan Almarhumah Ibu Lila.
40 Tentang Almarhumah.
41 Strategi.
42 Sang Ibu Mertua Hobi Berbohong.
43 Mertua Minggat dari Rumah.
44 Kelakuan Friska.
45 Kelakuan Nyleneh.
46 Luka Dan Lebam.
47 Kecewa.
48 Melabrak.
49 Rizal Menceritakan Istrinya.
50 Bertemu Mantan Pacar Satria.
51 Teratozoospermia
52 Memulai dari Awal.
53 Senyuman Mas Satri.
54 Ribut Karena Ferdinand.
55 Kasus Parasit di Lila Group.
56 Bertemu Dengan Istri Rizal.
57 Hadiah dari Desi.
58 Penghiburan.
59 Menguak Rahasia.
60 Kedatangan Mantan Istri Siri.
61 Kenyataan Yang Pahit.
62 Mengungkap Uneg-uneg.
63 Memilih Meninggalkan mas Satria.
64 Penyesalan Seorang Ayah.
65 Menikahi Neni.
66 Rapat Pemegang Saham.
67 Kejutan.
68 Sudah Terlanjur.
69 Rehabilitasi.
70 Masih Bingung.
71 Terbelenggu Dalam Kebodohan.
72 Gelap Mata.
73 Derita Dari Mama.
74 Parah.
75 Lenyap.
76 Berita Duka.
77 Kisah Dari Mendiang ibu Lila.
78 Pria Bodoh.
79 Keluar Dari Fasilitas.
80 Sungguh Mengagetkan.
81 Masih Tetap Bodoh.
82 Dasar Impoten.
83 Tetap Pada Pendirian.
84 Anakku Lahir dan Kembar.
85 Konferensi Pers.
86 Permohonan Maaf.
87 Bertemu Dengan Neni
88 Pengakuan Yang Aneh.
89 Rahasia Yang Mulai Terkuak.
90 Pengakuan Cinta.
91 Belajar Untuk Menerima Kenyataan.
92 Menerima Kembali.
93 Bersatu Kembali.
Episodes

Updated 93 Episodes

1
Pertemuan.
2
Perjanjian
3
Aneh
4
Perih
5
Cek Up
6
Stres.
7
Keluarga yang Rumit.
8
Konsultasi Lagi
9
Kesempatan Bicara.
10
Arisan Keluarga.
11
Mas Satria mengalami Spermatozoa.
12
Perseteruan.
13
Masalah yang Bertambah.
14
Memberikan Pelajaran.
15
Masalah Adik Ipar.
16
Kegaduhan di Pagi Hari.
17
Kelihaian Lidah Ibu Mertua.
18
Siapa Sebenarnya yang Sakit?
19
Rahasia Keluarga.
20
Siapa yang Butuh?
21
Sikap yang Berbeda.
22
Sulit di Pahami.
23
Kebohongan yang Terungkap.
24
Tamparan.
25
Mertua Cerai.
26
Keluarga yang Lain.
27
Ada yang Aneh.
28
Makian itu Lagi.
29
Mencoba Menghalau Serangan Makian.
30
Titipan Dari Almarhumah Ibu Mertua.
31
Penghargaan.
32
Untuk Pertama Kalinya Merasa Bahagia
33
Produk Insani.
34
Bekerja.
35
Pertikaian Dengan Ibu Mertua.
36
Mas Satria Bertindak.
37
Set Perhiasan Bersejarah.
38
Mas Satria Memenuhi Janjinya.
39
Teka-teki Ruangan Almarhumah Ibu Lila.
40
Tentang Almarhumah.
41
Strategi.
42
Sang Ibu Mertua Hobi Berbohong.
43
Mertua Minggat dari Rumah.
44
Kelakuan Friska.
45
Kelakuan Nyleneh.
46
Luka Dan Lebam.
47
Kecewa.
48
Melabrak.
49
Rizal Menceritakan Istrinya.
50
Bertemu Mantan Pacar Satria.
51
Teratozoospermia
52
Memulai dari Awal.
53
Senyuman Mas Satri.
54
Ribut Karena Ferdinand.
55
Kasus Parasit di Lila Group.
56
Bertemu Dengan Istri Rizal.
57
Hadiah dari Desi.
58
Penghiburan.
59
Menguak Rahasia.
60
Kedatangan Mantan Istri Siri.
61
Kenyataan Yang Pahit.
62
Mengungkap Uneg-uneg.
63
Memilih Meninggalkan mas Satria.
64
Penyesalan Seorang Ayah.
65
Menikahi Neni.
66
Rapat Pemegang Saham.
67
Kejutan.
68
Sudah Terlanjur.
69
Rehabilitasi.
70
Masih Bingung.
71
Terbelenggu Dalam Kebodohan.
72
Gelap Mata.
73
Derita Dari Mama.
74
Parah.
75
Lenyap.
76
Berita Duka.
77
Kisah Dari Mendiang ibu Lila.
78
Pria Bodoh.
79
Keluar Dari Fasilitas.
80
Sungguh Mengagetkan.
81
Masih Tetap Bodoh.
82
Dasar Impoten.
83
Tetap Pada Pendirian.
84
Anakku Lahir dan Kembar.
85
Konferensi Pers.
86
Permohonan Maaf.
87
Bertemu Dengan Neni
88
Pengakuan Yang Aneh.
89
Rahasia Yang Mulai Terkuak.
90
Pengakuan Cinta.
91
Belajar Untuk Menerima Kenyataan.
92
Menerima Kembali.
93
Bersatu Kembali.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!