tok..... tok.... tok.....
Suara pintu kamar yang di ketok, apa karena aku terlambat bangun?
Meraih handphone yang ada disisi kanan tempat tidur, jam digital dalam layar handphone masih di angka empat lewat tiga puluh sembilan subuh.
"Satria..... Satria..... s...a.....t....r.....i......"
Ayah mertua berteriak dari depan pintu kamar, terdengar suara itu pertanda emosi yang meluap-luap.
"mas..... mas.....
itu ayah teriak memanggil mas, kenapa ya mas?"
"uhmmm.....
mangnya jam berapa sekarang?"
"hampir jam lima pagi mas."
Mas Satria langsung duduk lalu beranjak dari ranjang, aku hanya mengikutinya dari belakangnya.
"lama banget bukanya, ngapain aja di dalam?"
"pake nanya, apaan sih subuh kek gini teriak? bini mu kabur ya?"
"kurang ajar kamu ya sama orang tua, itu adikmu. Rizal menyayat tangannya, sehingga darahnya banyak mengalir."
"Rizal di tidur di rumah ini? ngapain? bawa sana ke rumah sakit, ntar mati lagi disini."
"tega kamu sama adikmu ya...."
"ngak usah drama, sana bawa anak mu. jangan aku lihat lagi dia disini, dasar parasit."
"sini kunci mobil mu, untuk mengantar Rizal ke rumah sakit."
"pake mobil mu sendiri, enak aja."
prak..... bram......
Pintu di tutup dengan cara membanting, dan mas Satria kembali ke ranjang.
Sebenarnya ngak tega melihat ayah mertua yang terlihat begitu panik, lalu aku berjalan ke arah meja rias dan hendak mengambil tas kecil milikku.
"jangan pernah berikan apapun pada benalu itu, saya suami mu dan berhak melarang mu melakukan yang tidak saya sukai."
"iy.....a..... iya mas."
" mau kemana?"
Sepertinya mas Satria tahu aja kalau aku mau keluar dari kamar ini, padahal aku melangkah dengan pelan.
"mau beres-beres di dapur mas, sekaligus melihat Adam."
"uhmmm....."
Aku menyelimuti mas Satria lagi, dan perlahan keluar dari kamar.
"selamat pagi mpok."
"selamat pagi non, ngomong-ngomong tadi tuan marah-marah dan teriak-teriak. itu kenapa ya non? karena mpok dengar dari arah kamar non?"
"itu Rizal katanya menyayat tangannya hingga mengeluarkan banyak darah, oh iya mpok, apa Rizal tidur di rumah ini?"
"ngak non, mas Rizal sudah pulang ke apertemen nya. apa mas Rizal melukai tangannya di apertemen nya?"
"ngak tahu mpok, tadi ayah mau mintak kunci mobil mas Satria untuk membawa Rizal ke rumah sakit. kok aneh ya mpok.
emangnya Rizal tinggal sama siapa di apertemen itu?"
"setahu mpok ya hanya bersama dengan Lyra, mpok pernah ke sana, untuk mengantar bahan makanan ke apertemen itu.
ya Allah non, ampun mpok melihat nya. sangat kotor, botol minuman keras ada dimana-mana, pakaian kotor dimana-mana, bau, pengap dan banyak kecoa.
Ketua RT apertemen itu sudah beberapa kali melayangkan surat keberatan kepada mas Rizal, karena menggunakan apertemen itu sebagai tempat perkumpulan teman-temannya untuk mabuk-mabukan.
Pihak apertemen tidak akan memperpanjang kontraknya, karena banyak keluhan para penghuni lainnya.
Mungkin mereka dalam minggu ini, kontrak apertemen itu akan habis.
Jadi kita lihat saja lah apa yang akan terjadi nantinya, toh juga mas Rizal akan segera tinggal di rumah pacar nya, yang dinikahinya."
Lalu mpok Surti tersenyum ke arahku, dan membantuku untuk mengiris sayuran.
"mungkin non masih bingung dengan kondisi rumah ini, setelah nyonya Lila sakit-sakitan, dapur ini menjadi sepi.
Tapi setelah non di rumah ini, dapur ini menjadi hidup kembali.
Dulu almarhumah sangat suka memasak, persis seperti non, jadinya rasa kangen terhadap nyonya seketika berkurang, karena non ada disini.
Cara non memasak, memotong-motong dan juga masakannya tidak kalah enak dengan masakan nyonya.
Pantas saja nyonya memilih non sebagai penggantinya di dapur ini, yang menjadi menantunya.
Memang non adalah menantu pilihan, setelah almarhumah tidak memasak lagi, dan nak Satria tidak pernah makan di rumah ini.
Tapi nak Satria makan di rumah ini lagi, setelah non yang masak.
Mpok bahagia ketika melihat nak Satria makan di rumah ini lagi."
"mpok ini berlebihan lah, dulu almarhumah mama mengajari Sarah untuk masak dan berbenah.
Bisa memasak dan berbenah adalah nilai plus bagi seorang perempuan, dengan masakan yang enak dan akan membuat suatu kenangan di dalam rumah.
Kenangan yang sulit untuk di lupakan, karena memasak itu termasuk seni yang bisa menciptakan keindahan dan kenangan.
Itu kata almarhumah mama ku, mpok."
"luar biasa ya non, uhm..... .......
aroma makanan sangat menggugah selera ya, bentar biar mpok cicipi dulu."
Lalu mpok Surti member mengacungkan jempolnya, setelah mencuci ayam sambal balado yang tengah aku masak.
"wanginya enak kak, buat Adam lapar."
Ujar Adam yang sudah terlihat baru bangun dan datang ke dapur, lalu mpok Surti menyenggol lengan ku.
Ternyata mas Satria sudah tiba di dapur ini, keadaannya yang terlihat baru bangun.
"bentar ya mas, tinggal satu sayuran lagi. sudah pada sikat gigi belum?"
Mas Satria dan Adam menggelengkan kepalanya, itu artinya mereka berdua baru bangun dan belum sikat gigi.
Lalu kedua duduk di meja makan ini, meja makan di ruang dapur ini, yang biasa digunakan untuk para pekerja rumah ini.
"ngak apa-apa ya, kalau langsung makan. kan sebelum tidur Adam sikat gigi."
Mas Satria langsung mengambil piring yang terletak di meja makan, piring yang sudah di lap bersih oleh mpok Surti.
Kemudian mas Satria juga menaruh piring di depan Adam, lalu menyendok nasi yang sudah dihidangkan oleh mpok yang akan dibawanya ke meja makan utama.
Ayam sambal balado masih di kuali, tapi mas Satria dan Adam sama-sama meminta ayam tersebut dengan mengangkat piring mereka masing-masing.
Alhasil mpok Surti langsung membagikan ayam sambal balado ke piring mereka berdua masing-masing.
Lalu aku meletakkan kangkung tumis terasi dengan udang, karena itu adalah sayur kesukaan Adam.
Kemudian lalapan dan terakhir menuangkan minuman untuk mereka berdua.
"kita berdoa dulu mas."
Pinta Adam kepada mas Satria ketika melihatnya mengaduk nasi di piringnya dengan sendok.
Mas Satria hanya mengangguk setuju, Adam memimpin doa.
Selesai berdoa mereka berdua langsung melahap makanannya.
"kakak dan mpok ngak makan?"
Adam yang bertanya, tapi mas Satria menarik tanganku untuk duduk disampingnya.
Demikian juga dengan Adam yang langsung menarik tangan mpok Surti, akhirnya kami makan bareng di meja makan dapur ini.
"loh, mpok kok nangis?"
Seketika kami berdua langsung melihat ke arah mpok Surti, dan mpok pun menyeka air matanya.
"Setelah nyonya tidak ke dapur ini lagi, dan inilah pertama kalinya mpok melihat keceriaan lagi."
"mpok makan aja deh, ngak usah drama."
Sanggah mas Satria dengan asal kepada mpok Surti, dan barulah mpok Surti mengaduk nasi dan perlahan-lahan makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments