Selesai sarapan dan mas Satria melirik mpok Surti, dan lirikan itu membuat mpok Surti langsung beranjak dari tempat duduknya dan melangkahkan kakinya ke arah kamarnya.
Mungkin saja mpok Surti kelupaan sesuatu yang diperlukan oleh mas Satria, begitulah yang ada dalam benak ini.
Tidak berapa lama mpok Surti membawa kantong belanjaan yang besar dan diberikannya kepada mas Satria.
"Adam.....
sudah saatnya kamu kembali sekolah ya, ini mas sudah menyiapkan segala keperluan kamu.
Tas, sepatu, seragam dan juga buku-buku. mas juga sudah mendaftarkan kamu disekolah favorit dan dekat dengan tempat tinggal kita ini.
Bus antar jemput tersedia, jadi nantinya tidak terlalu merepotkan kakak mu.
Tugas Adam adalah belajar dan menjaga kakak mu, kalau tugas mas yaitu kerja dan juga menjaga kalian berdua."
Tanpa terasa air mata ini langsung mengalir karena terharu, lalu Adam langsung memeluk mas Satria.
"terimakasih ya mas, Adam berjanji akan belajar dengan tekun.
uhmmm......
Kemarin itu Adam hanya sampai kelas dua mas, apa Adam ngak terlambat sekolah nya?"
"ngak ada kata terlambat untuk belajar Adam, yang penting adalah niat untuk belajar.
Adam juga akan memulai dari kelas dua semester kedua, jika nantinya Adam ketinggalan pelajaran, maka mas akan mendaftarkan Adam privat belajar.
Adam bersedia kan belajar lagi kan?"
"bersedia dong mas, terimakasih ya mas.
Maaf kalau Adam sudah merepotkan mas dan juga kakak."
"hei ........
Tidak ada yang direpotkan disini, kamu itu adik mas.
Ingat ya Adam, tugas adalah belajar dan....."
"melindungi kakak...."
Mas Satria mengusap kepala Adam, damai rasanya hati ini, padahal aku sudah lupa kalau harus mendaftarkan Adam sekolah lagi.
Ternyata hari ini adalah pertama kalinya Adam akan masuk sekolah, dan bocah itu begitu bersemangat.
Setelah Adam siap berangkat sekolah, bus jemputan sudah tiba di rumah.
Adam langsung naik yang di pandu langsung oleh gurunya, dan saatnya mengurus sang suami.
Mas Satria masih di dalam kamar mandi, dan aku menyiapkan vitamin yang diresepkan oleh dokter Supriadi.
Kemudian menyiapkan pakaiannya dan segala keperluannya untuk kerja.
Hanya dengan melilitkan handuk di pinggangnya, mas Satria sudah berada di sampingku dan aku langsung memeluknya.
Tubuhnya yang masih lembab dan dingin membuat ku nyaman untuk memeluknya.
"terimakasih ya mas."
Akhirnya tangannya meraih tubuhku, dan ciuman di kepalaku dari mas Satria membuatku semakin tenang.
"uhmmm.....
Mas mau kerja, hari ini mas mau meeting. lepas ya, nanti malam aja kita berpelukan."
Ini pertama kalinya aku melihat suamiku ini senyum, dan senyuman itu semakin membuat mas Satria semakin gagah.
Bersiap-siap lalu minum vitamin, dan mas Satria berangkat kerja.
Lalu aku mandi dan kemudian berpakaian, duduk di meja rias dan berkhayal.
tok..... tok..... tok..... tok......
"Sarah...... Sarah......."
Suara ketukan dan teriakan ibu mertua dari balik pintu kamar, teriakan sangat tidak bersahabat di telinga ini.
"iya bu."
"ngapain aja sih? lama benar buka pintunya? saya mau ke rumah sakit, panggilkan pak Imran, agar bisa mengantarkan aku ke rumah sakit.
Cepat..... lelet amat deh, heran lihat kamu...."
"panggil aja bu, karena saya juga tidak punya kuasa untuk menyuruh pak Imran melakukan tugas yang lain.
Saya takut mas Satria marah nantinya, jadi ibu suruh sendiri ya."
"bawel kamu ya, eh pak Imran, sini....."
Pak Imran yang kebetulan lewat yang hendak ke arah dapur dan langsung di panggil oleh ibu mertua.
"buruan ambil mobil, dan antar saya ke rumah sakit Lila, sekarang........."
"maaf nyonya, pak Satria hanya memerintahkan saya untuk mengantar kemanapun ibu Sarah pergi, pak Satria dan tamu atas perintah langsung dari bapak.
Jika saya melanggar perintah dari pak Satria, nanti saya di pecat, kalau saya dipecat. istri dan anakku nantinya saya beri makan apa?"
"berani kamu membantah perintah saya?"
"maaf nyonya, saya bukannya lancang. tapi saya hanya menjalankan perintah pak Satria, karena pak Satria yang merekrut saya.
Jika memang mau memecat saya, dan pemecatan itu saya terima asalkan perintah langsung dari pak Satria."
Pak Imran tertunda karena tatapan tajam dari ibu mertua ini, lalu aku mendekati pak Imran.
"bapak sarapan ya, bapak mintak aja sama mpok Surti, tadi Sarah sudah masak."
"baik bu."
Tidak ingin pak Imran menjadi sasaran amukan sang ibu mertua, berjalan setengah berlari dan pak Imran langsung menuju dapur.
"hebat kamu ya, jika mobil dan supir pribadi tidak bisa ibu pakai.
Berikan kartu kredit itu, ibu butuh. jangan terlalu pelit."
"ibu....
kan saya sudah bilang, bahwa saya disini hanya sebagai istri mas Satria, semua atas perintah mas Satria bu.
Tolonglah bu, izin dulu dari mas Satria."
Tatapan ibu mertua begitu tajam dan sangat menyeramkan, tidak tahu lagi harus berkata.
"kenapa kamu jadi wanita lemah? kenapa harus selalu izin suami mu?
apa kamu ngak bisa bertindak?"
"lalu kenapa ibu selalu mendesak saya? ibu bisa kan nelpon mas Satria.
Maaf saya bukannya lancang bu, tapi semuanya harus persetujuan mas Satria, ibu tahu kan kalau saya hanya seorang istri yang tidak berpenghasilan.
Bagiamana saya bisa membayar cicilannya nanti?"
"dasar wanita lemah, pelit. karena itulah kamu menjadi wanita mandul.
Uang yang kamu terima menjadi tidak berkah, karena kamu perhitungan dengan keluarga suami mu."
"terserah ibu mau ngomong apapun, saya capek dan mau istirahat."
"ehh...... tunggu dulu, jadi istri kok kerja nya tidur aja.
Sekarang juga cabut laporan mu terhadap Lyra, kasihan Lyra, toh juga adik mu baik-baik aja."
"nanti saya bicarakan dengan mas Satria, saya tidak bisa mengambil keputusan sepihak bu."
"lemah, dasar mandul. kamu harus sadar akan posisi mu disini, jangan ngelunjak kamu."
"iya benar kata ibu, saya sadar kok akan posisi saya disini, jadi saya harus diskusi dengan mas Satria untuk mengambil suatu keputusan.
Saya tidak bisa mengambil suatu keputusan secara sepihak saja, karena posisi ku ini.
ada lagi yang mau sampaikan?"
"kurang ajar kamu ya, gara-gara kamu, Lyra putri ku harus kehilangan masa depannya yang cerah.
Seharusnya Lyra itu sudah jadi model, ngak seperti kamu yang hanya mengandalkan suaminya.
Sudah miskin, lemah dan mandul.
apa ......
mau ngadu sama Satria? sana ngadu kau.
Atau jangan-jangan kamu perempuan yang ngak benar ya?
Kamu sengaja tidur dengan Satria, agar Satria mau menikahi kamu?
gila benar jadi perempuan."
"sudah ibu? ibu sudah puas memaki saya? masih kurang? ayo lanjutkan....."
prak.... brak....
Pintu tutup dengan cara membanting nya, karena sangat kesal akan ucapa ibu tiri suamiku ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments