Bersyukur karena para peserta arisan di rumah ini sudah pada bubar, dan ibu tirinya mas Satria bersama ayah mertua langsung menghampiri kami berdua.
"gimana hasilnya Nak?"
Begitu lembutnya wanita itu kepada mas Satria, dan sangat berbeda terhadap Ku.
"saya yang mandul."
Ekspresi wajah yang kecewa dari mas Satria tapi tidak dengan ibu mertua dan juga dengan bapak mertua.
"itukan klinik pilihan istrimu, mungkin saja Sarah istrimu ini telah kongkalikong dengan pihak klinik itu.
Tau nya nanti Sarah lah yang mandul, jangan percaya begitu saja, ibu punya rekomendasi klinik kesuburan.
Nak Satria mau ke sana? nanti ibu temani."
Mas Satria tidak menjawab, mungkin karena ucapan dari dokter Supriadi yang meminta mas Satria untuk memeriksakan air maninya di klinik lainya, seperti yang di inginkan oleh ibu tirinya ini.
"hei....."
Karena mas Satria tidak menjawab pertanyaan darinya, lalu wanita ini menarik bahuku hingga tatapan kami bertemu.
"berapa kamu bayar para dokter dan tenaga medis pihak klinik itu?"
"saya hanya membayar dokter bening yang memeriksa rahim Ku, tadi mas Satria yang membayar biaya konsultasi kliniknya."
Jawaban spontan dariku membuat ibu tiri mas Satria terlihat semakin murka, dan air mata aku tahan agar tidak tumpah di hadapannya karena ucapan kasar itu.
Mas Satria berlalu begitu saja, dan aku mengikutinya ke arah kamar kami.
Sesampainya di kamar dan mas Satria terduduk lemas di pinggir ranjang, seolah-olah ada beban berat di pikiran nya.
"mas sudah makan malam? mau aku ambilkan?"
Jawaban darinya hanya menggelengkan kepalanya, pertanda mas Satria tidak selera makan malam.
Lalu aku mengambil vitamin yang diresepkan oleh dokter Supriadi, lalu memberikannya kepada mas Satria dan juga air minum.
Setelah meminum vitamin tersebut, lalu mas Satria ke kamar mandi.**
Hari Senin pagi dan sampai saat ini mas Satria belum bicara kepadaku mengenai keputusan tentang saran dari dokter Supriadi.
Mungkin mas Satria masih membutuhkan waktu untuk berpikir.
Tapi apa iya berpikir mengenai itu? berhubung mas Satria sudah hampir berkepala empat.
Seharusnya lebih cepat lebih baik, tapi aku tidak berani untuk mendesak mas Satria untuk melakukan itu.
"mau kemana?"
Selalu pertanyaan itu yang saya dengar dari ibu mertua, dan aku menjawabnya dengan santai seperti biasanya.
Sesampainya di rumah sakit dan seorang wanita muda menemui Ku dan mengajak untuk bicara sebentar.
Lalu kami berdua menuju kantin rumah sakit, terlihat wajah perempuan itu sangat sedih, menurut perkiraan ku secara kasat mata, gadis ini masih duduk di bangku sekolah SMA.
"saya Desi mbak, pacarnya Rizal. aku cemburu ketika melihat photo mbak yang ditunjukkan Rizal kepadaku.
Rizal begitu mengagumi mbak, mengagumi kecantikan mbak dan Rizal berkata kalau mbak adalah kakak iparnya.
Tapi Rizal selalu membandingkan kecantikan mbak terhadap Ku."
Hanya bisa menghela napas panjang, akan perkataan dari gadis yang bernama Desi ini, tapi sempat kepikiran, kapan Rizal mengambil photo Ku?
"setiap wanita itu cantik, tidak usah risau. toh juga masih banyak lelaki lain yang bisa menghargai mu.
oh ya, Rizal mendapatkan photo ku dari mana?"
"entahlah lah mbak, dan ini photo nya yang berhasil Desi kirimkan dari handphone Nya."
Ternyata photo itu di ambil dua hari yang lalu, ketika pria tengik itu melihat keluar dari kamar.
"mbak enak bicara seperti itu, karena mbak sudah bersuami, hamil pun tidak kwatir.
Sementara Desi yang sudah mengandung anaknya Rizal, bingung harus berbuat apa mbak."
"usia berapa kandungan mu?"
"sudah lima bulan mbak, dan Rizal menginginkan anak ini di gugurkan. karena Rizal juga masih pengangguran, sementara kedua orang tua ku sudah mengusir Desi dari rumah.
Sekarang ini Desi tinggal di apertemen Rizal, untuk biaya menggugurkannya saja Desi tidak punya uang mbak."
Jiwa meronta-ronta mendengarkan Desi yang hendak menggugurkan kandungannya, saya pejuang garis dua langsung meneteskan air mata.
Hinaan akan wanita mandul kerap dilontarkan oleh mertua terhadap ku, sementara Desi ini langsung hamil tanpa melakukan program hamil.
"bagaimana kalau Desi berkata jujur kepada kedua orang tuanya Rizal, kali aja ada jalan keluarnya.
Berdosa loh jika kamu menggugurkan kandungan mu, itu artinya kamu membunuh."
Desi terlihat berpikir, dan sesaat kami terdiam.
"baiklah mbak, tidak ada salahnya mencoba. setidaknya nanti Desi mengetahui akan sikap dari kedua orangtuanya Rizal.
Maaf ya mbak sudah mengganggu, kalau begitu Desi pamit dulu.
Desi mau ke bidan terlebih dahulu, untuk mengecek kandungan ku ini."
"kita sekarang di rumah sakit loh Desi, biar mbak aja yang membayar biayanya.
Desi disini aja ngeceknya, yuk sama-sama kita masuk ke dalam."
Akhirnya Desi setuju lalu kami terlebih dahulu membuat janji di bagian kandungan dan kebidanan.
Antri sebentar lalu kami langsung masuk setelah di pandu oleh perawat.
Desi berbaring lalu di USG, terlihat dokter pria itu tersenyum melihat janin dalam tampilan monitor yang katanya dalam keadaan sehat dan pertumbuhan organ tubuh yang sempurna.
Ternyata umur janinnya sudah dua puluh empat minggu, artinya sudah enam bulan. organ tubuh janin sudah terbentuk sempurna dan terlihat bayi berjenis kelamin laki-laki.
Selesai melakukan pemeriksaan dan dokter meresepkan vitamin, setelah menebus vitamin tersebut di apotek lalu kami berpisah.**
Hari sudah sore dan kemudian menitipkan Adam ke dokter jaga dan perawat dan saatnya pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah dan terlihat mobil mas Satria sudah terparkir di garasi, lalu perlahan masuk ke dalam karena mendengar suara tangisan dari seorang perempuan.
"benar tante, anak yang aku kandung ini adalah anaknya Rizal.
Sekarang saya memintak pertanggungjawaban Rizal terhadap anaknya yang saya kandung ini."
"panggil Rizal sekarang ke sini."
Perintah ayah mertua kepada istrinya dan sang ibu mertua meraih handphonenya.
Tidak berapa lama dan yang kami tunggu-tunggu akhirnya datang juga, Rizal begitu terkejut melihat kehadiran Desi di rumah ini.
"ngapain ke sini? kenapa belum di gugurkan?"
plak.... plak.....
Dua tamparan keras melayang di pipi kiri dan kanannya Rizal, yang dilakukan oleh ayahnya sendiri.
Karena Rizal mengatakan mengenai menggugurkan kandungannya pacarnya yaitu Desi.
"apa benar ini semua?"
"iya ayah, kami berdua sering melakukannya dan atas dasar suka sama suka."
Ayahnya hanya bisa geleng-geleng kepala, berbeda dengan sang ibu mertua yang terlihat sangat panik.
Sementara mas Satria terduduk santai di sofa dan menyaksikan keributan yang sedang terjadi.
Ketika ayah mertua menatap mas Satria, dan tatapan itu dibalas dengan senyuman kecut oleh anaknya sendiri.
Memang aneh keluarga ini, seperti ada sesuatu yang beres antara hubungan seorang ayah dengan anaknya yaitu mas Satria.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments