Di sela-sela makan malam, bu Lila meraih handphone nya dan menghubungi seseorang, terdengar bu Lila mengucapkan terimakasih.
Selesai menelpon dan bu Lila menatapku seraya tersenyum manis, kemudian meraih gelasnya yang berisi minum.
“nak Sarah...”
Bu Lila menyebut namaku setelah selesai minum dan meletakkan gelas itu ke meja dan itu terlihat sangat anggun.
“adikmu sudah di bawa ke rumah sakit, selesai kita makan, kamu langsung ke rumah sakit.”
Secepat itu Adam dibawa ke rumah sakit, dan tanpa terasa air mata ini mengalir.
“sudah nak Sarah, ngak perlu nangis. sisanya akan di urus oleh asisten ibu ya, kamu tinggal beres saja.”
Tidak bisa berkata-kata lagi, dan hanya air mata yang menjawab pertanyaan dan pernyataan bu Lila.
Seorang laki-laki yang berbadan tegap menghampiri bu Lila dan kemudian mereka berdua menatapku.
“ini namanya nak Sarah, calon istri Satria. tolong kamu antar ke rumah sakit Lila ya.”
Lidah ini rasanya kelu dan bu Lila menyuruhku untuk segera ke rumah sakit, tanpa pamit dan langsung pergi ke rumah sakit bersama pria yang berbadan tegap itu.
Sudah jam sepuluh malam dan jalanan tidak terlalu macet, hanya butuh lima belas menit dalam perjalanan.
Akhirnya sampai juga di rumah sakit dan langsung berlari ke arah meja administrasi.
“adikku yang bernama Adam, di ruangan mana mbak?”
Dengan napas yang terengah-engah saat bertanya kepada perawat itu, dan rekannya langsung menuntunku ke suatu ruangan.
Tanpa memakai baju dan tubuh Adam penuh dengan selang medis, wajahnya yang lesu nan pucat.
Ketika melihatku masuk ke ruangan tersebut, Adam tersenyum.
“Pasien harus cuci darah terlebih dahulu ya bu, selanjutnya kita melihat reaksi dari obat nya dan selanjutnya kami akan melakukan tindakan medis lagi.”
Ujar seorang dokter yang menangani Adam, lalu dokter dan petugas medis itu menyuruhku keluar ruangan.
Di ruang tunggu ini, dengan segala kecemasan dan ketakutan karena melihat wajah Adam yang sudah pucat.
Dua orang perempuan yang didampingi seorang laki-laki, sepertinya mereka akan menghampiriku.
“mbak Sarah ya?”
Air mata yang mengalir, langsung aku bersihkan menggunakan telapak tangan ku dan kemudian mengganguk kepada ke-tiga orang tersebut.
“nama saya Rina, dan kedua asisten saya. Namanya Dian dan yang cowok namanya Agus.
Kami dari Lila fashion yang akan mengurus pakaian pengantin dan tata riasnya.
Kami datang untuk mengukur pakaian mbak Sarah nantinya.
Mohon kerjasamanya ya mbak, karena kami bertiga akan kena sangsi jika gagal melaksanakan tugas.”
Rasanya sulit untuk bicara dan aku hanya mengangguk dan mereka bertiga langsung melaksanakan tugasnya untuk mengukur badan ku.
“terimakasih atas kerjasamanya mbak, kami harus segera kembali untuk kejar target. Karena gaun pengantin ini harus selesai lusa.”
Mereka bertiga terlihat sangat buru-buru dan langsung pamit.
Pikiranku sangat kacau, Adam yang lemah karena penyakitnya sementara aku harus segera menikah.
Setelah selesai cuci darah, Adam di pindahkan ke ruang rawat dan itu di luar dugaan.
Adam ditempatkan di ruangan VIP dan dokter serta perawat yang siaga untuk Adam.
Karena efek obat tidur sehingga Adam terlihat tertidur pulas.
Tok.... tok....
Suara ketukan pintu dan dua orang perempuan cantik yang berpenampilan elegan menghampiriku.
“selamat malam ibu, saya Devi dan ini rekan saya namanya Tina, kami berdua adalah sekretaris pribadi bu Lila.
Kedatangan kami berdua kemari adalah untuk memberitahukan hari dan tanggal pernikahan ibu Sarah dan pak Satria.
Kami yang akan mengurus semuanya, mulai dari akad nikah sampai resepsi.
Apakah ibu ada permintaan khusus?”
Bingung harus menjawab pertanyaan dari bu Devi, karena pikiran yang labil saat ini.
Menggelengkan kepala untuk menanggapi nya dan besok sore mereka akan menjemput ku dari sini.
Dokter dan perawat yang akan menjaga dan mengawasi Adam selama di rawat disini, sementara aku dan Satria akan menikah.
Setelah kepergian sekretaris pribadi bu Lila, dan hanya air mata yang mengalir deras di pipi untuk menemani malamku yang suram.**
Dokter dan perawat membangunkan tidur Ku yang terlelap di samping Adam, dokter dan perawat itu memeriksa keadaan Adam.
Lalu membawa Adam ke ruang kemoterapi dan hanya bisa melihatnya dari pintu kaca.
Akhirnya Adam selesai kemoterapi dan dikembalikan ke ruang rawat.
Adam muntah karena efek samping dari kemoterapi, rasa bimbang dan kebingungan melihat keadaan Adam saat ini.
Setelah beberapa jam kemudian, Adam sudah terlihat tenang.
Lalu sekretaris pribadi nya bu Lila sudah datang menjemput Ku, dan aku meninggalkan Adam yang masih tertidur di ranjangnya.
Lagi-lagi air mataku mengalir karena mengingat Adam dengan segala kondisi nya.
Bu Devi dan rekan nya ternyata membawa ku ke kamar hotel mewah, disini sudah tersedia segala sesuatu yang aku butuhkan.
Kedua sektretaris itu sudah pergi, bayangan akan Adam yang saat ini di rumah sakit yang membuat ku cemas.
Ting... nong.....
Bel pintu berbunyi awalnya sulit membuka nya, setelah berhasil membuka pintu dan Satria berdiri di depan pintu dengan raut wajahnya yang terlihat kesal kepadaku.
Masuk dan duduk di sofa, sementara aku hanya berdiri menghadapnya .
Satria membuka tasnya dan mengambil map dokumen dan meletakkan nya di meja.
“itu sertifikat rumah yang sudah ditebus, selamat ya, selamat karena kamu bisa merayu mama ku.
Strategi mu bagus juga, kamu sengaja kan mendekati mama?”
Ucapan dan pertanyaan dari pria yang kaku ini sungguh membuatku bingung, dan setelah mengatakan demikian, pria kaku itu langsung pergi begitu saja.
Baru beberapa jam tertidur, terdengar suara bel pintu berbunyi secara berulang-ulang dan Rina bersama dua asistennya mendatangiku.
Kedatangan mereka untuk meriasku, mereka bertiga saling bekerjasama untuk memberikan pelayanan terbaik.
“waouuuuu......
Kecantikan yang sempurna, wajar saja pak bos begitu terburu-buru ingin menikahi mbak Sarah.”
Agus asisten nya Rina begitu mengagumi penampilan Ku, begitu dengan Rina.
“sudah jam delapan, sebelumnya kita sarapan dulu.”
Ujar Rina dan rekannya yang bernama Devi langsung membuka kotak yang berisi makanan serta minuman.
Rina menyuapiku, katanya aku harus sarapan walaupun sedikit.
Lalu mereka bertiga membawa ku turun menuju ballroom hotel dan disana sudah ada Satri dengan penghulu.
Syah....
Begitu lah kata-kata yang keluar dari beberapa tamu undangan yang tidak aku kenal.
Kini aku sudah resmi menjadi istri seorang pria yang kaku dan baru dua kali bertemu dengannya.
Lanjut ke resepsi dan tidak satupun keluarga atau sahabat Ku yang hadir, semua tamu undangan yang hadir tidak satupun yang aku kenal.
Kesepian di tempat keramaian, dan para tamu undangan yang menjunjung tinggi nilai tata krama, monoton dan benar-benar membosankan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments