Drrrt..... drrrt.... drrrt......
Handphone berbunyi yang berada diatas meja rias, belum juga hilang rasa kesal ini dan terlihat di layar handphone kalau mas Satria yang menghubungi ku.
'ya mas'
'pergi dulu ke rumah sakit, untuk melihat Lyra yang sedang sakit. katanya mengalami pendarahan.'
' Lyra atau Rizal mas?'
'entahlah, mas juga bingung. bisa ke rumah kan?'
'iya mas, bentar biar siap-siap dulu ya mas'
Panggilan berakhir dan aku sekarang dalam keadaan bingung, karena tadi pagi sekitar jam lima subuh.
Ayah mertua berkata kalau Rizal melukai tangannya, hingga perlu dibawa ke rumah sakit.
Tapi kenapa tiba-tiba Lyra yang sakit?
lagipula Lyra sekarang berada di kantor polisi karena mencoba membunuh Adam ketika di rawat di rumah sakit.
Tanpa berlama-lama langsung gerak cepat ke rumah sakit, berhubung tidak terlalu macet sehingga kami tiba di rumah sakit Lila dan langsung menuju ruang informasi.
"mbak saya tanya, pasien atas nama Lyra. dirawat di ruangan mana ya?"
"mohon tunggu sebentar ya bu."
Seketika perawat itu langsung mencari data tentang Lyra lalu melirik ku lagi.
"mohon maaf, hubungan ibu dengan pasien apa ya?"
"saya kakak iparnya, oh iya ini kartu identitas saya."
"maaf ibu, saya tidak mengenal ibu Sarah, saya mintak maaf ibu.
Lyra berada di ruang rawat nomor 73 lantai VIP bu.
Sekali lagi saya mintak maaf ya bu, karena tidak mengenal ibu."
"ngak apa-apa mbak santai aja, kalau begitu saya pamit ya mbak."
"tunggu sebentar bu."
Terlihat perawat itu menekan sesuatu dari meja nya, ternyata itu memanggil dua orang security.
"pak Bagas, dan pak Budi........
ibu namanya ibu Sarah, istri pak Satria sekaligus pemilik saham terbesar di rumah sakit.
Tolong antar ibu Sarah ke ruangan pasien nomor 73 lantai VIP."
"ngak usah berlebihan gitu lah, lagian ini rumah sakit, ntar heboh lagi."
"maaf ibu, ini sudah perintah kepada kami. tolong ya bu, tolong terima pengawalan kami.
Nanti kami ditegur ibu, mungkin bisa berimbas ke kinerja kami, karena tidak bisa mengamankan pengunjung VVIP kami."
haaaaaaaa.......
Kedua security itu tersenyum, ketika aku menganggukkan kepala pertanda setuju. sebenarnya kurang nyaman jika di kawal seperti ini.
Tapi kasihan jika menolak untuk di kawal, takutnya kedua security itu ditegur oleh atasan nya dan berimbas ke kinerja nya.
Naik lift ke lantai VIP yang dikawal oleh dua security, kemudian security lantai VIP mengambil alih tugas security yang berasal dari lantai dasar.
Persis seperti di film-film lah, serba di kawal, dan akhirnya tiba juga di depan ruangan rawat nomor 73.
Sebenarnya sangat enggan untuk melihat keadaan Lyra ini, karena mulutnya sangat judes dan sangat lihai dalam hal menghina.
Terlihat ayah mertua yang duduk di kursi disamping ranjang Lyra, tapi aku tidak melihat ibu mertua yang kejam itu.
"ayah, apa yang terjadi? "
Raut wajahnya yang sedih dan terpancar kekecewaan, lalu tatapannya yang sayu saat menatapku.
"Lyra pendarahan hebat hingga kritis seperti ini, saat ini Lyra sedang mengandung.
Setelah Lyra melewati masa kritisnya, maka akan dilakukan operasi pengangkatan janinnya, kalau tidak akan berbahaya bagi Lyra."
"h...amil....
sama siapa ayah?"
"entahlah, Lyra dan Rizal hidup bebas di apertemen itu, sehingga sulit untuk mengontrol mereka berdua."
tok.....tok.....
Dua dokter dan tiga perawat mendatangi ruang rawat ini, dan ke dua dokter terlihat sangat serius dan sedikit tegang.
"mohon pak Diman, kami harus memberikan informasi kabar buruk mengenai putri bapak."
Ucap dokter itu, lalu sedikit menoleh ku. kemudian ayah mertua langsung berdiri dari tempat duduknya.
"ini Sarah, menantu saya. pemilik saham terbesar di rumah sakit ini.
katakan aja dok, tidak perlu ragu dan Sarah wajib mengetahuinya, karena Sarah adalah kakak iparnya putriku."
"baik pak Diman, Bu Sarah, saya mintak maaf ya. karena kami di tuntut untuk bisa merahasiakan riwayat penyakit pasien."
"iya dok, saya paham dok."
Dokter itu kemudian menoleh Lyra, lalu beralih ke ayah mertua.
"untuk kedua kalinya, kami telah melakukan USG terhadap pasien untuk memastikan diagnosa.
Kanker telah menyerang mulut rahim, dingding rahim dan kedua indung telur, itu yang menyebabkan pasien pendarahan hebat."
"apa penyebabnya dok? lalu apa yang harus dilakukan?"
"baik pak Diman, pada dasarnya ini terjadi karena hubungan free se*s atau gonta-ganti pasangan.
Kuat asumsi kami itu berdasarkan hasil penelitian laboratorium terhadap cairan dari ****** pasien.
Cairan tersebut mengandung bakteri Treponema pallidum, penyebab sipilis atau raja singa.
Bakteri ini sudah mengogroti janin, mulut rahim, indung telur dan dinding rahim.
Bakteri Treponema pallidum kemudian bermutasi akibat gabungan dari beberapa bakteri yang diterima pasien ketika berhubungan badan dengan pasangan yang lain.
Mutasi bakteri itu menyebabkan kanker mulut rahim.
Kami telah memutuskan untuk melakukan operasi pengangkatan janin sekaligus mengangkat rahim pasien.
Untuk memutuskan kanker yang sudah mengogroti rahim dan juga janinnya.
Setelah itu pasien akan menjalani serangkaian terapi, untuk menghilangkan sel kanker dan juga bakteri Treponema pallidum yang sudah sempat menyebar.
Pasien harus segera di operasi, walaupun pasien masih dalam kritis. hal ini dikarenakan bahwa jika dibiarkan terlalu lama, maka bisa menogroti organ tubuh lainnya.
Hal itu akan berakibat fatal, dan bisa membuat pasien mati otak."
"lakukan yang terbaik dok, yang penting putriku bisa selamat."
"baik pak Diman, sekarang tolong di baca pernyataan ini dan diskusikan dengan keluarga, setelah itu segera kabari kami ya pak."
Rombongan dokter itu langsung pergi setelah meninggalkan dokumen yang harus ditandatangani.
Sesegera mungkin untuk menghubungi mas Satria, tapi terlebih dahulu mengirimkannya pesan, kali aja lagi sibuk.
drrrt..... drrrt..... drrrt......
Mas Satria langsung menghubungi Ku dan kemudian memperlihatkannya kepada ayah mertua yang terlihat bingung.
'alo Satria, tolong ayah.
Lyra adik mu harus di operasi pengangkatan janin dan rahimnya.'
Ayah mertua langsung menyambar handphone Ku dan berbicara dengan mas Satria.
Ayah mertua menceraikan ulang seperti yang disampaikan oleh dokter.
Terlihat air matanya mengalir di pipinya yang sudah mulai ada garisnya.
Disela-sela ayah mertua bicara dengan mas Satria melalui handphone milik ku, tiba-tiba saja ibu mertua sang pemilik mulut yang pedas muncul di hadapanku.
Tatapannya yang tajam nan sadis, mengarah kepada Ku.
Sebenarnya ingin lari dari ruangan ini, tapi mas Satria masih bicara dengan ayahnya melalui handphone milikku.
Aku memalingkan wajah ini, agar tidak menatap wajah ibu mertuaku yang bengis.
Ketika aku berpapasan dengannya, seketika itu juga hinaan dan gelar wanita mandul yang disematkan olehnya kepadaku dan itu langsung terngiang-ngiang di benak ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments