Menghela napas panjang dengan sederetan permasalahan yang tiada solusi sampai saat ini, yang membuat kepalaku seperti mau pecah.
Tersenyum ketika mas Satria sudah di kamar ini, dan langsung membereskan barang-barang bawaan nya, berupa tas dan juga handphone yang langsung aku charger.
Mas Satria ke kamar mandi dan menyiapkan pakaian nya, setelah keluar dari kamar mandi dan kemudian berpakaian lalu duduk di pinggir ranjang seraya menatap ku dengan tatapan tajam.
"Sarah tahu kalau mas lagi capek, tapi Sarah mau ngobrol sebentar saja."
Mas Satria hanya mengganguk setuju, dan aku berusaha mencoba untuk menata kata-kata yang tepat agar mas Satria tidak tersinggung.
"begini mas, emang usia pernikahan kita baru dua bulan. akan tetapi ibu sudah mendesak Sarah untuk segera hamil.
Salah satu tujuan menikah yaitu untuk memiliki anak yang akan menjadi penerus.
Sarah capek dan stress karena setiap hari ibu bertanya kapan aku akan hamil.
Sarah juga ingin cepat-cepat hamil mas, aku sudah melakukan berbagai cara.
Minum jamu, pijat kehamilan dan juga ke dokter spesialis kandungan dan penyakit kandungan.
USG transvaginal sudah tiga kali dengan dua dokter yang berbeda mas.
Ngilu dan sangat tidak nyaman, dan inilah obat yang diresepkan untuk Sarah. sangat banyak dan takut jika obat-obatan ini bisa membuat Sarah budeg.
fungsi daripada obat-obatan ini adalah agar ****** mas Satria mudah menggapai sel telur.
Kedua dokter yang Sarah datangi dan sama-sama menyatakan kalau rahimku baik-baik saja.
Itu artinya belum rejeki kita untuk segera mendapatkan momongan.
Jika sudah enam bulan pernikahan kita, mas bersedia ngak ikut Sarah ke klinik kesuburan?
Sarah sudah berkonsultasi dengan kliniknya, dan kita bisa berkonsultasi nantinya mas.
Setiap permasalahan pasti ada jalan keluarnya, tapi setidaknya kita terus berusaha mas."
"iya sudah, nanti mas pikirkan lagi."
Penjelasan dariKu begitu panjang lebar, tapi dijawab dengan sangat singkat.
"jika seandainya Adam sudah sembuh, bisa kah Adam tinggal disini mas?"
"uhmmm."
Jawaban yang singkat lagi, tapi setidaknya ada kepastian tempat tinggal adikku nantinya, tidak mungkin aku biarkan Adam sendirian di rumah peninggalan orangtua kami.
"hari dan tujuh hari ke depan adalah masa subur ku, mas.... mas....."
Rileks dan rileks itulah yang aku usahakan saat ini, karena mas Satria langsung meraih tanganku.
Akhirnya mas Satria menggauliku, dan kali ini agak berbeda, tidak terlalu kasar seperti kemarin.**
Seperti biasa rutinitas pagi, setelah mas Satria berangkat kerja dan aku hendak pergi ke rumah sakit untuk menjenguk Adam.
"tunggu...."
Ibu mertuaku memanggilku yang hendak pergi, lalu aku menoleh nya, tatapannya yang tajam dan seolah-olah ingin menerkam mangsanya.
"Lyra adik ipar mu butuh uang untuk membayar privat modelnya, talangi dulu ya.
Kamu transfer aja ke rekening ini, ngak banyak kok, cuman lima puluh juta rupiah aja."
"maaf bu, saya harus izin dulu ke mas Satria ya."
"ngapain harus minta izin? kamu kan punya uang pribadi sebanyak dua ratus juta setiap bulannya.
toh juga ibu tidak pernah melihat kamu belanja apapun, dan biaya rumah sakit adikmu itu gratis.
Buruan transfer, ngak usah pake lama. Lyra sangat butuh."
Memaksa dan seperti perampok, berdasarkan perjanjian tertulis, bahwa uang tersebut adalah bagian ku dan itu untuk keperluan pribadi ku sendiri.
"Rizal juga butuh ma, jangan kak Lyra aja.
eh ... kakak ipar cantik.
sudah hamil belum? Rizal siap membuahi mu kakak cantik."
plak.....
Akhirnya aku bisa menamparnya, mulut kurang ajar yang minum etika.
"kamu jangan kurang ajar, saya bukan wanita murahan. Saya adalah istri mas Satria, saudara tiri mu, dimana sopan santun mu?"
Rizal ini sangat kurang aja, akan tetapi mamanya tidak menegur anaknya yang kurang ajar itu, dan tatapan genit itu membuatku semakin jijik melihatnya.
"eh....
mau kemana? kamu harus segera transfer. segera kamu transfer ya."
Ujar mama nya, tanpa menggubrisnya dan terus melangkahkan kedua kaki ini untuk menghindari manusia yang minim etika itu.
Tidak akan aku berikan sepersen uang pun untuk mereka berdua, anak manusia yang menyakiti hatiku.**
Sesampainya di rumah sakit, senyuman Adam langsung mengobati hatiku yang lara. kesehatan nya yang semakin membaik membuat hatiku menjadi tenang.
"kakak udah satu harian disini, kakak pulang aja. nanti kakak di cariin sama mas Satria."
Ucapan Adam langsung menyayat hati ini, enggan rasanya meninggalkannya disini. tapi harus aku lakukan, karena sekarang Aku sudah bersuami.
Dulunya aku bisa menjaganya setelah kios aku tutup, dan saat itu hanya mengandalkan asuransi kesehatan dari pemerintah.
Sekarang sudah berada di ruang rawat VVIP, pelayanan yang maksimal dan staf medis yang selalu standby.
Hal itu yang membuatku sedikit tenang, walaupun ada sedikit kecemasan. pulang ke rumah dengan meninggalkan Adam yang masih berumur sepuluh tahun di rawat rumah sakit.
Tapi apalah dayaku, hanya ini bisa aku perbuat untuknya. bisa di rawat di rumah sakit ini saja sudah bersyukur.
Sesampainya di rumah, ada tiga mobil mewah terparkir di depan rumah, sepertinya rumah ini kedatangan tamu.
Melangkah ke dalam rumah dengan penuh keraguan, firasat akan mendapatkan hinaan dan makian sudah jelas terasa.
Ibu mertua terlihat begitu akrab dengan para tamu, dan semua mata tertuju kepadaKu setelah tiba di ruang tamu ini.
"jeng....
kenalkan ini menantu saya namanya Sarah, menantu yang tidak berguna dan juga mandul, coba deh jeng bayangin, umur pernikahan sudah lebih dari dua bulan, tapi tanda-tanda kehamilan pun tidak ada."
"sabar dong jeng, Friska. baru aja dua bulan, dulu saya sama dan suami nunggu dua tahun baru dapat jagoan.
Baru dua bulan, itu masih pemanasan jeng. sabar ya ..... sabar......"
Ujar salah satu tamu ibu mertua, yang berpenampilan sangat elegan. sepertinya mereka adalah perkumpulan ibu-ibu sosialita.
"oh iya jeng Sarah, katanya jeng Sarah dapat uang saku dua ratus juta perbulan nya.
Sini dong, saya itu punya koleksi berlian yang bisa menaikkan status sosial mu.
Ayok sini pilih-pilih dulu, siapa tahu aja ada cocok untuk kamu."
"terimakasih ya bu, tapi maaf. Sarah kurang tertarik dengan berlian dan juga tidak mengerti akan berlian.
Sarah pamit masuk ke kamar, karena bentar lagi suamiku pulang."
Mencoba untuk menolaknya dengan kata-kata pilihan, takutnya nanti tersinggung.
Para ibu-ibu sosialita itu langsung terlihat sibuk satu sama lainnya, dan tidak ketinggalan juga dengan ibu mertuaku.
Sorot mata ibu mertuaku terlihat sangat menyeramkan.
"namanya orang kampung jeng, rakyat jelata yang tiba-tiba menjadi istri konglomerat. mana paham tentang berlian, makan aja susah, boro-boro mikirin berlian."
Itulah ucapan ibu mertua, berusaha untuk tenang dan melangkahkan kaki ke kamar. ibu tiri suamiku ini begitu kejam akan tutur perkataannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
clara
?
2023-03-05
1