Ayesa dan Duu Arven baru saja datang bersama, usai sarapan pagi di kedai lontong. Mereka tidak tahu apa yang terjadi, tiba-tiba semua tempat digeledah. Pasukan prajurit komandan Qairen diperiksa oleh Dipang, dan jumlahnya tidak ada yang kurang. Sama seperti saat awal Qairen diangkat menjadi komandan militer.
"Komandan Qairen, prajurit mu ini tidak diberi hak untuk perang." ujar Duu Goval.
"Tenang saja, mereka hanya melatih kampus militer Chenida." jawab Qairen, dengan santai. "Namun jika diserang duluan, tentu tidak akan diam saja."
"Wakil presiden, aku curiga dengan enam orang ini. Mereka terlihat tidak bisa berdiri dengan lama, apa hanya prajurit samaran?" Dipang melihat dengan tatapan penuh selidik.
"Heheh... prajurit ku semuanya terlatih, mana ada yang samaran. Kalau tidak percaya, silakan uji coba." jawab Qairen, menantang mereka.
Enam orang ini disuruh menembak, dan mereka sangat lancar. Seperti sudah terlatih sebelumnya, tidak ada yang mengganjal di mata instruktur Pango.
"Sepertinya memang pasukan prajurit komandan Qairen." ujar Pango.
"Nah, maka hal ini hanya tuduhan. Sebenarnya, aku sangat sedih dicurigai." Qairen menunduk, menekuk kepalanya.
"Kalau hanya enam orang, bisa saja tipu muslihat. Aku ingin semuanya melakukan uji coba." Duu Goval tidak menyerah.
"Bukankah ini berlebihan, jelas-jelas sudah tidak terbukti." Duckin membela Qairen.
"Kalau menolak pemeriksaan, itu dianggap menghilangkan jejak." Dipang membela Duu Goval.
"Duckin, biarkan mereka puas. Jangan mempersulit yang harus dilakukan." jawab Qairen.
Semua mulai bersiap melakukan uji coba, dan lancar tanpa hambatan. Duu Goval curiga ada yang menyamar, namun sulit untuk membuktikannya. Dia pun mendapat sebuah ide, untuk melakukan pengetesan secara pribadi.
"Aku tahu bagaimana caranya, mereka harus melakukan uji coba tertutup. Masing-masing dari mereka, akan ditanyakan mengenai biodata komandan." Duu Goval merasa, kali ini bisa menangkap kelicikan Qairen.
"Silakan, kalau wakil presiden sangat sabar. Mereka berjumlah sekitar 5.000 orang." jawab Qairen.
Mahasiswa militer diberikan tugas memeriksa satu persatu prajurit. Namun saat memberikan jawaban, tubuh mereka dihalangi ruangan kotak kardus. Tidak dibiarkan berdiskusi satu sama lain, agar tidak ada kecurangan. Setelah beberapa jam, hasil pengetesan dikumpulkan. Mereka menjawab dengan kompak, mengenai tanggal lahir Qairen, statusnya, sifatnya, dan lain sebagainya.
Duu Goval memilih mengalah, untuk melakukan penyelidikan diam-diam. Instruktur Pango meminta maaf, karena telah mencurigai Qairen. Duu Goval dan pasukan prajuritnya pulang, dengan hasil yang tidak memuaskan.
"Kirim mata-mata untuk mengawasi komandan Qairen." titah Duu Goval.
"Baik tuan besar." jawab Dipang.
"Jangan biarkan dia lolos, karena dia telah berani menyerang pasukan Duu."
Dipang mengangguk. "Siap laksanakan titah tuan besar." Berjalan keluar ruangan.
Qairen menghampiri Ayesa, lalu melihatnya yang sedang menyusun berkas. Qairen mengajak Ayesa keluar, menghadiri seminar sekolah. Ayesa menuruti saja perintahnya, selama berkaitan dengan pekerjaan.
Qairen memasangkan sabuk pengaman, dan Ayesa melihat hal yang dilakukannya. Qairen melihat ke arah Ayesa, dan Ayesa melakukan hal yang sama. Pandangan mereka bertemu beberapa detik, lalu Ayesa mengalihkan pandangannya.
"Sudahlah, jangan menatapku seperti itu. Kalau naksir iya bilang, aku tahu nona terpesona. Aku memang keren, sudah diakui oleh banyak perempuan di negara Glowing." Qairen membenarkan dasinya, yang sudah rapi.
Ayesa memutar kedua bola matanya dengan malas. "Komandan Qairen, bisa berhenti untuk bersikap narsis? Aku langsung ingin muntah, dan mataku terasa sakit." Mengeluhkan sikapnya.
"Banyak perempuan menggunakan trik seperti ini, agar membuatku tertarik." Qairen lambai-lambai tangan. "Sorry, ini tidak mempan untukku."
"Dasar laki-laki tidak jelas." Ayesa membuang muka ke sembarang arah.
Mereka akhirnya sudah sampai ke sekolah SMP 66, yang terletak di pinggiran kota. Namun sekolah itu, memiliki fasilitas yang memadai. Terlihat dari area parkir yang luas, dan gedung-gedung infrastruktur berdiri.
"Siswa dan siswi penting untuk diketahui, dalam dunia pendidikan diberi peringatan keras menggunakan obat-obatan terlarang. Mencakup dari data yang telah dikumpulkan presiden Zicko, sudah banyak siswa yang menggunakannya. Tidak hanya itu, generasi bangsa sekarang krisis moral. Meski tidak menyeluruh, namun hampir sebagian. Bullying tidak diberantas penuh, sampai menjurus ke pelecehan dan pembunuhan. Miris melihat negara ini yang banyak melenyapkan mental, tak jarang mereka berhenti sekolah karena tekanan batin. Banyak terjadi tawuran, yang dilakukan saat jam pulang. Di sekolah kita dididik untuk menjadi manusia sebaik-baiknya, agar kelak di masa depan negara tetap dalam kendali. Suatu saat semua yang berdiri mengajar kalian akan menua, termasuk aku yang menjadi pembicara seminar ini. Bila kelak tidak ada penerus bangsa, akankah negara ini terombang-ambing seperti kapal tanpa nahkoda? Kembali lagi ke kalian semua, apa rela hal semacam ini terjadi?"
Ayesa menjadi pembicara seminar juga. "Nah, benar yang disampaikan oleh komandan Qairen. Aku sebagai putri presiden, akan meminta untuk menerbitkan pasal berlapis. Terkait hal ini, semoga mengurangi angka pertumbuhan buruk."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments