Dokter Steffy memeriksa hasil sampel darah waktu itu, ternyata semuanya baik-baik saja. Hanya ada satu mahasiswa, yang kesehatannya kurang bagus. Dokter Steffy menuju kelas semester 7.
Tok!
Tok!
Steffy mengetuk pintu terlebih dulu, karena instruktur Pango sedang mengajar. Setelah dipersilakan masuk, barulah dia berbicara.
"Aku secara khusus datang ke sini, untuk memberitahu mahasiswa bernama Adrim. Kamu kurang menjaga kesehatan, sehingga darah kamu rendah. Pasti jarang mau makan masakan asrama."
"Iya Dok, karena maunya makan masakan kamu." Adrim tersenyum menggodanya.
Teman-teman sekelasnya bersorak-sorai, karena aksi berlebihan dari Adrim. Instruktur Pango menyuruh mereka semua diam. Tidak sopan bicara, disaat orang lain menyampaikan informasi penting.
"Adrim, aku sedang bicara serius. Besok siang kalian ikut ujian praktik pelatihan di hutan, aku takut kamu tidak sanggup. Di sini tugasku memberikan pengobatan, pada sistem tubuh kalian yang kurang sehat." ujar Steffy.
"Baiklah, berikutnya aku akan rajin makan-makanan sehat. Tubuhku harus kuat, karena asupan gizi seimbang." Adrim melihat Steffy yang sudah sangat kesal.
Setelah jam pelajaran selesai, waktu istirahat tiba. Adrim secara khusus berbicara, di lantai tinggi depan papan tulis. Menatap semua temannya, seolah berbicara di mimbar.
"Terima kasih teman-teman, karena telah jadi raja comblang." ucap Adrim.
Aziz melemparkan kertas ke kepala Adrim. "Ingat woy, kampus militer Bungin tidak boleh pacaran."
"Dih, bilang saja karena kamu kalah. Kalau kamu mendapatkan hatinya, aku yakin tak mau mundur sia-sia." Adrim meledeknya.
"Iya sudah bro, terserah kamu saja. Aku belum kalah, karena kalian belum jadian." jawab Aziz.
Jam makan siang tiba, Ayesa mengajak Duu Arven makan bersama.
"Lihatlah, enak sekali kumbu kacang ini."
"Eh, ini 'kan makanan waktu kecil dulu. Tidak menyangka, kalau kamu mewarisi kemampuan ibumu." Duu Arven mengusap kepala Ayesa.
Komandan Qairen berjalan lewat depan pintu ruangan asisten. Dia berhenti sejenak dan malas melihat mereka berduaan. Ayesa menoleh ke arah pintu, lalu Qairen berpura-pura membenarkan sabuk. Dia segera berjalan ke ruangannya lagi.
"Komandan Qairen, aku secara khusus memasak daging kerbau untukmu." ujar Duckin.
"Mendadak tidak selera makan siang." Qairen membayangkan tangan Duu Arven, yang mengusap kepala Ayesa.
Duckin mulai makan dengan lahap. "Hari ini komandan tampak resah, sejak kedatangan anak wakil presiden."
"Sebenarnya, aku ingin bertanya padamu." jawab Qairen.
"Hahah... masih saja komandan sungkan, kita sudah lama bersama. Katakan saja, jangan setengah-setengah."
"Duu Arven terlihat akrab dengan nona Ayesa, mereka berdua punya hubungan apa?" Qairen tertarik untuk mengetahuinya.
"Oh, mereka itu teman masa kecil. Presiden Zicko dan juga wakil presiden Duu Goval sudah lama bersahabat."
Qairen membenarkan dasinya. "Apa hebatnya teman masa kecil, yang dinilai cocok itu perasaan yang sama. Bisa menjalin hubungan, bukan karena perkara waktu."
"Loh, kok nadanya ketus gitu? Komandan Qairen cemburu dengan Jenderal muda?" Mengedipkan mata menggodanya.
"Aku mana mungkin cemburu." jawab Qairen.
"Gawat, presiden Zicko telah membiarkan putrinya masuk sangkar ular." Berhenti makan.
"Iya sudah, biar aku beri penawarnya. Selama ada aku, anak tunggal presiden Zicko mudah-mudahan aman." Qairen menyudahi pembicaraan, mulai menyendok makanan.
Usai makan siang, komandan Qairen pergi bersama Duckin, menuju ke sebuah toko baju. Tanpa sengaja Qairen melihat wakil presiden Duu Goval, sedang memilih baju bersama dengan bibi Monic.
"Perempuan itu seperti tidak asing, siapa iya?" tanya Qairen.
"Komandan, perempuan itu adalah adik ipar dari presiden Zicko. Waktu di pesta perjamuan istana, aku sempat melihat dia bersama anaknya." jelas Duckin.
"Namun, mengapa sekarang memilih baju bersama wakil presiden Duu Goval?" Sedikit curiga.
"Mungkin, mereka menjalin kerjasama menguntungkan." jawab Duckin.
"Ini tugasmu untuk menyelidiki, satu pun tidak boleh lolos dari pengawasan." titah Qairen.
"Siap laksanakan titah komandan." Tersenyum ke arahnya.
Melihat baju perempuan, malah bingung mau yang mana. "Eh, menurut kamu Steffy suka baju seperti apa?"
Menggaruk kepalanya sambil nyengir. "Aku juga tidak tahu komandan Qairen, seperti apa selera Steffy. Apalagi, sekarang dia sudah menjadi dokter."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments