Pesta Perjamuan Presiden

Sebuah kampus militer, seorang laki-laki berlenggak-lenggok. Sudah seperti model busana wanita, yang berdiri di depan penonton.

"Kamu kenapa jadi sinting, baru tidak bertemu beberapa hari." ucap Aziz.

"Aku ini sedang menghiburmu." ujar Adrim.

Tiba-tiba Aziz dan Adrim melihat seorang perempuan yang diseret oleh instruktur. Di belakangnya ada salah satu teman sekelas mereka. Pandangan Aziz dan Adrim sudah beralih, fokus ke arah keramaian.

"Aku beritahu kalian, tidak boleh berpacaran di kampus militer. Kalian lihat ini Azim, dari ruangan semester 7. Dia sudah memberi contoh tidak bagus, untuk mahasiswa di sini. Ditemukan seorang perempuan SMA di asramanya." Instruktur Pango memperingati yang lainnya.

"Siap patuhi instruktur Pango." jawab semuanya.

Setelah kepergian instruktur Pango, seorang dokter melewati Aziz dan Adrim. Air liur terasa ingin jatuh, karena terpesona oleh kecantikan yang natural. Adrim jatuh cinta pada pandangan pertama.

"Dokter datang untuk memeriksa semua mahasiswa." ucap Steffy.

Adrim senyum lalu mendekat. "Secara khusus aku memberikan penghargaan." Berusaha mendekati Steffy, dengan memberikan kalung.

"Ayo semuanya, segera ke ruangan medis." Steffy pergi begitu saja, mengabaikan ketulusan dari Adrim.

Sampai ke ruangan, dilakukan sampel darah. Adrim senyum-senyum sendiri, memandang Steffy dari kejauhan. Aziz menepuk pundak Adrim, sambil tertawa-tawa tidak jelas sebabnya.

"Aku mau mengajak kamu bertaruh." ujar Aziz.

"Apaan tuh?" tanya Adrim.

"Siapa yang bisa mendapatkan hati dokter Steffy, dialah pemenangnya. Siapapun di antara kita harus mundur." Aziz mengulurkan tangannya.

Adrim menjabat tangan Aziz. "Sepakat!"

Steffy pergi ke perjamuan rumah istana presiden, lalu disambut baik oleh pengurus rumah. Dia sudah tahu, bahwa Steffy teman keponakannya. Childith langsung memeluk Steffy, dengan perasaan rindu mendalam.

"Kemana saja, kenapa baru muncul sekarang?"

"Aku 'kan baru kembali dari luar negeri." jawab Steffy.

"Kenapa tidak tinggal di negara Glowing saja." ujar Childith.

"Aku mencari pengalaman, di negara selatan. Pokoknya negara Belinyan itu indah, kapan-kapan kita pergi bersama." Steffy mencubit hidung Childith, kebiasaan lamanya. "Oh iya, di mana Jenderal muda?"

"Kamu bertanya padaku, tentu aku tahu. Dia sedang mengobrol bersama Paman, namun sayangnya tuan Duu Goval tidak datang. Aku calon istrinya, sebentar lagi kami menikah." Sudah pamer duluan, padahal orang yang dimaksud belum tentu bersedia.

Jenderal muda dan presiden Zicko sangat lama berbincang. Kapan lagi kalau tidak di pesta, biasanya hanya masalah politik. Mereka jarang membahas mengenai hal pribadi, selain urusan negara yang sangat rumit.

"Jenderal muda, sebenarnya ada hal penting yang ingin aku bicarakan." ucap presiden Zicko.

"Tuan besar jangan sungkan, katakan saja." Duu Arven menjawab lembut.

"Hal seperti ini, harus menunggu Ayah kamu."

Duu Arven tersenyum. "Baiklah, kalau tidak bisa sekarang, aku berpamitan untuk pulang. Ada hal penting, yang harus aku urus di kantor militer."

Sebelumnya wakil presiden Duu Goval mengirim telegram pada negara barat, janji memberikan pulau pasir jika memasok dana pasukan pada kediamannya. Tidak sesuai yang diucapkan di depan putra kandungnya, dia bilang mengirim telegram ke negara Utara untuk minta bantuan.

Duckin membawakan makanan, ke dalam ruangan sandera. Dia meletakkannya di meja, lalu menoleh ke arah Ayesa. "Silakan dimakan nona."

"Aku tidak mau makan, lepaskan aku dari sini." Ayesa berteriak.

"Ini bukan kewajiban ku." Pergi begitu saja.

Ayesa mengumpat dalam hati. ”Dasar pengikut setia sialan, main pergi begitu saja.”

Ayesa bergerak perlahan, mendekat ke arah meja. Ayesa terus menggesekkan tali, dan lama-lama putus. Ayesa membuka tali, yang mengikat kedua kakinya. Dia membuka jendela, lalu melarikan diri diam-diam.

"Ada prajurit lagi di gerbangnya, aku harus alihkan perhatian." monolog Ayesa.

Melempar batu besar ke arah kanan dan kiri, lalu prajurit segera pergi untuk memeriksa. Ayesa berhasil melarikan diri, dengan menyinggahi taksi yang kebetulan lewat. Duckin segera melaporkan ke komandan Qairen, tentang Ayesa yang kabur begitu saja.

"Cepat cari dia, jangan sampai membocorkan rahasia penyerangan." titah Qairen.

"Siap laksanakan titah komandan Qairen." jawab Duckin.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!