Penyerangan Pulau Pasir

Duu Goval bereaksi di pulau pasir, pasukan negara barat mengambil kekayaaan negara dengan bebas. Duu Goval tersenyum jahat, merasa cukup cerdik menghilangkan jejak. Kali ini orang yang akan menjadi kambing hitam, adalah orang yang ingin menyerangnya.

Dor!

Dor!

Dipang bereaksi dengan gila, tidak ada angin tidak ada hujan. Badannya berputar, menembak ke segala penjuru. Hanya pamer kehebatan, merasa paling berguna. Dia memang termasuk disegani, oleh warga negara Glowing.

"Hei kalian semua, silakan ambil dengan bebas pasirnya." ujar Duu Goval.

"Terima kasih wakil presiden Duu Goval." jawab Darkwin.

"Jangan sungkan, tuan Lungdon sudah aku anggap saudara. Aku setuju untuk kerjasama dengannya." Duu Goval teringat sertifikat, yang berhasil dicuri olehnya.

"Wakil presiden tenang saja, nanti hasil pembagian ini langsung ditransfer." jawab Darkwin.

Duu Goval tersenyum, sambil mengacungkan dua jempolnya. "Dipang, kita harus cepat kembali ke istana keluarga Duu."

"Baik wakil presiden Duu Goval." jawab Darkwin.

Setelah kepergian mereka, pasukan komandan Qairen menyerang pulau pasir. Orang-orang barat itu melakukan penyerangan balik, dengan Dakwin yang memimpin pasukannya.

"Kalian terus serbu mereka dari pojok, sampai ke tengah. Bagian yang depan terlebih dulu, baru fokus ke bagian tengah, dan belakang." titah Duckin.

"Baik ketua Duckin." jawab semuanya.

Dor!

Dor!

Dor!

Dor!

Perang pistol terjadi dalam waktu yang lumayan lama, banyak memakan korban pasukan negara Belangan. Darkwin mengajak beberapa pasukannya melarikan diri, karena pasukan komandan Qairen ada yang berada di bukit. Enam prajurit komandan Qairen tewas, karena terkena serangan peluru.

"Kalian hebat, telah berjuang sejauh ini." ujar Duckin.

Salah satu prajurit menutup mata temannya yang terbuka. "Kalian tidak mati sia-sia, selamat telah bersinar dan berjuang. Kalian adalah teman terbaik kami, yang tidak terlupakan oleh negara." Meneteskan air mata, diikuti dengan tangisan yang lain.

Duu Goval baru saja bersantai, namun mendapatkan laporan dari prajurit. "Wakil presiden, pasukan kita banyak yang tewas." ujarnya.

"Siapa yang menyerang pasukan negara Belangan? Mereka hampir berhasil mencuri di pulau, lalu seenaknya ditembak dari jarak jauh." Duu Goval marah-marah.

"Maaf wakil presiden, kami kalah berperang. Ini perbuatan pasukan prajurit dari komandan Qairen." ujarnya.

"Komandan Qairen ini, diam-diam mengibarkan bendera perang. Jangan biarkan dia menggagalkan rencanaku. Dipang, cepat catat dalam daftar musuh." Duu Goval menyipitkan mata, membenci orang yang menggagalkan rencananya.

Dipang mencatat namanya dalam buku berwarna merah, yang artinya musuh yang ingin dilenyapkan. Setelah itu Dipang mengirim telegram pada Lungdon. Sekarang telah sampai di tangan Darkwin, lalu diberikan pada tuannya. Lungdon hendak membuka kertasnya, masih dengan dipenuhi amarah.

"Aku minta maaf sebesar-besarnya, ini semua di luar dugaan. Ada komandan Qairen dari negara Glowing, yang sudah ikut campur dalam hal ini. Padahal mengenai tugas negara, presiden Zicko mewakilkan padaku. Bagaimana bila tuan bereaksi, setelah aku lumpuhkan dia."

Lungdon meremas kertas, lalu melemparkan ke sembarang arah. "Komandan Qairen ini, harus kamu ingat namanya. Sewaktu-waktu kalau bertemu, langsung penggal kepalanya." Merasa benci.

"Siap laksanakan tuan Lungdon." jawab Darkwin.

Malam harinya Duckin menemani Qairen, yang sedang menemani seseorang berbelanja. Dilihat dari wajahnya, usia perempuan ini terpaut jauh. Dia terlihat lebih dewasa, meskipun masih terlihat cantik.

"Komandan Qairen, andaikan anda mau lebih dari ini, pasti aku bayar lebih banyak." ujar si tante.

"Maaf, untuk urusan tubuhku siapapun tidak boleh menyentuhnya. Ini hanya milik istriku suatu hari nanti." jawab Qairen.

"Tidak apa-apa, ditemani belanja saja sudah bahagia." ujar si tante.

"Aku ikut senang, jika ada orang yang bisa bahagia karena tindakanku." jawab Qairen.

Saat dalam perjalanan, Qairen melihat Monic dan Childith. Mereka berdua memborong banyak perhiasan, sambil tertawa dengan mata berbinar-binar.

"Aduh Ma, mengapa tidak dari dulu kita manfaatkan tambang emas." ujar Childith.

"Belum saatnya sayang, karena Paman kamu masih segar bugar. Sekarang, bisa dengan mudahnya mengambil kesempatan." jawab Monic.

"Hahah... ATM berjalan yang bisa dimanfaatkan." Childith tersenyum ceria, tidak menyadari sedang diawasi.

"Iya dong sayang, cepat pilih baju kesukaan kamu. Cari yang paling keren, untuk bertemu dengan jenderal muda Duu Arven."

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!