Jenazah Pak Ahmad sudah sampai di rumah duka, para tetangga mulai berdatangan untuk melayat. Rasya sebagai menantu, dan pria yang satu - satu nya sedang mengatur untuk proses pemakaman mertua nya.
Para Tetangga pun, memperhatikan sosok Rasya yang asing, yang masih mengenakan seragam loreng nya sedang mengobrol dengan Pak Ramlan.
"Itu siapa?" bisik salah satu ibu - ibu.
"Nggak tahu, tanya sama Anwar." ucap nya.
"Anwar, sini." panggil Ibu tersebut.
"Ada apa?"tanya Anwar.
" Siapa, yang pakai seragam Tentara?" tanya nya.
"Itu suami mba Intan." jawab Anwar.
"Kapan nikah?"
"Tadi malam, sebelum bapak nggak ada."
"Oh, makasih info nya."
Anwar pun pergi kembali, dan semua orang saling berbisik. Rasya lalu melewati mereka, sapaan senyuman pada Ibu - ibu, membuat mereka membalas senyuman Rasya.
"Bu, sudah siap. Bapak mau di shalat kan, langsung ke pemakaman." ucap Rasya.
"Iya, kita ke masjid, untuk mengantarkan Jenazah Bapak di shalat kan." ucap Ibu Diah.
Rasya tersenyum mengusap kedua pipi Intan, yang ada sedikit air mata. Terlihat sembab kedua mata nya, Rasya memeluk tubuh Intan di depan orang banyak.
"Sudah ya, Bapak sudah tidak sakit lagi.Kamu harus Ikhlas, jangan sedih lagi." ucap Rasya, memeluk tubuh Intan yang sedang duduk, sedang kan Rasya posisi berdiri.
****
Jenazah Almarhum Pak Ahmad, telah di kebumikan. Kini tubuh nya, telah menyatu dengan tanah. Intan, Anwar dan Ibu Diah menabur bunga di atas, pusara nya.
"Bapak, terima kasih untuk semua yang bapak berikan, untuk Intan dak Anwar. Maafkan Intan dan Anwar, kalau punya banyak salah sama Bapak, kami belum bisa membahagiakan Bapak." ucap Intan sambil mengusap nisannya.
"Sampai jumpa di surga Ya Pak, sekarang Bapak sudah tidak sakit lagi. Terima kasih, sudah menjadi suami, Imam, dan Bapak yang baik untuk anak - anak." ucap Ibu Diah.
*****
"Rasya, saya harus pulang. Nanti kalau ada apa - apa, kamu hubungi saya." ucap Jodi.
"Makasih Ya, maaf sudah merepotkan."ucap Rasya.
" Sama - sama, semoga kamu bahagia sama Intan."
"Amin, Amin ya Allah."
Jodi pun bersalaman dengan Intan dan Ibu Diah, untuk berpamitan pulang. Intan pun ikut mengantarkan Jodi, hingga sampai di ujung gang.
"Bang Jodi, makasih ya. Sudah datang, mau menghadiri pernikahan kami." ucap Intan.
"Sama - sama, semoga selalu bahagia menjadi keluarga sakinah, mawadah dan warohmah."
"Amin." ucap Rasya dan Intan.
****
"Abang istirahat dulu ya, dari kemarin belum tidur." ucap Intan yang kini mereka berdua, ada di dalam kamar Intan.
"Abang nggak bisa tidur, kalau sedang kondisi seperti ini. Bagaimana mau tidur nyenyak, pikiran kemana - mana."
"Mikirin apa sih Bang? sekarang istirahat ya. Atau mau makan? nanti Intan belikan nasi bungkus."
Rasya menarik tubuh Intan, yang posisi berdiri. Sedang kan Rasya posisi duduk di samping tempat tidur. Rasya menyembunyikan wajah nya, di perut Intan.
"Enak begini." ucap Rasya.
"Kalau begini, saya nggak bisa ngapa - ngapain Abang." ucap Intan langsung melepaskan pelukan Rasya.
"Yaudah, di luar masih banyak tamu. Abang mau berbaring disini."
"Intan tinggal dulu ya Bang."
"Iya, pintu nya di tutup ya."
"Iya Abang sayang."
*****
"Suami mana?" tanya Ibu Diah.
"Istirahat Bu, kasihan dari kemarin belum tidur."jawab Intan.
" Intan, orang tua Rasya gimana?" tanya Ibu Diah.
"Kemarin kan ada salah satu keluarga nya Bu, jadi pasti tahu lah." jawab Intan.
"Masalah nya begini, yang datang itu kan sepupu nya, sama waktu di telepon juga sepupu nya. Orang tua nya gimana? kamu sudah kenal dekat sama orang tua nya?" tanya Ibu Diah, dan Intan menggelengkan kepala nya.
Ya Allah Intan, terus gimana pernikahan kamu? Ibu takut nya, kamu di tolak."
"Bu, bukti nya ada sepupu nya datang, dan Bang Rasya mau memenuhi permintaan Bapak jadi udah jelas kan, pasti setuju."
"Kalau memang begitu, Ibu tenang. Masalah nya, kamu lihat. Sepupu nya semua berpangkat, sedang kan kita orang tidak punya. Ibu hanya pencari limbah plastik."
"Bu, kalau karena melihat status, Bang Rasya, mungkin tidak akan mau menikah dengan saya, bukti nya Bang Rasya mau."
"Ibu lega, kamu sudah memiliki suami. Ringan beban Ibu, maaf nak kalau Ibu bicara seperti ini."
"Kalau tidak menikah juga, saya akan kerja bu."
*****
"Rahasiakan pernikahan kamu, Abang tidak mau orang tahu tentang pernikahan ini." ucap Ibra dari seberang.
"Kenapa Bang? saya akan resmikan kok."
"Selesaikan urusan kamu, baru resmi. Abang juga sudah bilang sama kamu, jangan dulu dekat dengan perempuan, malah kamu sudah dekat. Pakai acara nikah segala, mendadak lagi."
"Saya juga, berniat kan nikah nya nanti. Tapi mendengar permintaan Bapak mertua saya, mau gimana lagi, dan memang saya udah ada niat Bang, sama Intan."
"Kamu aman sama Abang, kamu masih ingat kan? kenapa kamu bisa, di mutasi jauh di pelosok, masih untung kamu tidak di pecat, kalau di pecat, berakhir sudah."
"Tolong Bang, jangan sampai rumah tangga saya, dengan yang ini rusak."
"Tergantung, karena itu kamu yang menjalaninya."
Ceklek
"Abang."panggil Intan.
"Bang, sudah dulu, nanti di sambung lagi." ucap Rasya langsung mematikan ponsel nya.
"Makan yuk." ajak Intan.
"Boleh, tapi Abang mandi dulu ya."
"Saya siapkan dulu Bang, handuk nya." ucap Intan berdiri lalu berjalan ke arah lemari pakaian nya.
Rasya memeluk tubuh Intan dari belakang, ciuman nya di daratkan ke pundak Intan, yang sedikit terbuka.
"Abang, katanya mau mandi?" ucap Intan, saat Rasya terus menciumi pundak hingga tengkuk leher nya.
"Biarkan Abang begini, kamu diam saja."
"Bang, nanti lah. Masih banyak saudara di luar, masa kita di kamar lama sekali."
"Biarkan saja, kita kan pengantin baru."
Rasya membalikkan tubuh Intan, ditarik nya pinggang ramping istri nya, Intan mengalungkan kedua tangan nya di leher Rasya.
"Kamu senang nggak? nikah sama Abang?"
"Senang lah Bang, apalagi Abang yang paling serius sama saya, dan mau memberikan kesempatan kedua, malah kesempatan kedua nya kita hidup bersama."
"Sayang, apapun yang terjadi. Jangan tinggal kan Abang ya, tanpa kamu hidup Abang tidak ada arti nya. Bagi Abang, kamu itu adalah pilihan untuk menjadi bagian separuh nafas ini hingga akhir waktu."
"Intan akan selalu ada disisi Abang, mau hidup bersama baik susah senang, intinya kita harus saling percaya."
Rasya mendekat kan wajahnya , mencium bibir Intan hingga ciuman nya berubah menjadi, ciuman yang menuntut. Intan membalas, ciuman Rasya, hingga aktifitas mereka terhenti saat mendengar suara ketukan pintu.
"Mba... !! mba.. !! panggil Anwar.
"Bang, Anwar manggil." ucap Intan.
"Kita masih punya hutang." ucap Rasya sambil mencubit hidung Intan.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Lili Suryani Yahya
Penasaran deeehhh akuh jngn2 Rasya Dude lagiiiii
2023-03-15
1
Nurmila Karyadi
nah kan ada lagi nh rahasia rasya,lieeeuur dh klo dh rahasia"an.
2023-03-15
1
NauraHaikal
lanjut mb' say... makin penasaran sm kelanjutan'y... 🥰🥰
2023-03-15
1