Intan duduk melamun setelah menerima kabar, dari ibu nya kalau Ayah nya, masuk rumah sakit. Intan langsung memeriksa, saldo nya dari aplikasi, dan saat melihat saldo hanya cukup untuk pegangan makan.
"Hey.. kenapa?" tanya Nike menghampiri.
"Bapak masuk rumah sakit." jawab Intan.
"Inalilahi ya Allah, terus gimana?"
"Bapak kena komplikasi, tapi saya tidak bisa pulang. Saya tidak ada uang buat beli tiket pesawat nya, saldo sisa uang hanya buat makan sehari - hari. Ini juga menipis, tidak sampai 6 bulan. Saya memikirkan itu, Bapak tidak bisa mengirimkan uang lagi. Belum biaya rumah sakit, sekarang kan hanya ibu yang bekerja, sedang kan adik saya masih kecil, masih SD."
"Kalau saya ada uang, saya bantu pinjamkan.Tapi sayangnya, saya tidak punya."
"Nggak apa - apa, nanti setiap hari saya akan menghubungi ibunya, walau perjuangan sinyal harus mencari yang bagus."
*****
"Makan dulu, nggak enak loh nanti dingin." ucap Rasya memberikan sebungkus nasi goreng.
"Iya bang, makasih." ucap Intan membuka bungkus nasi goreng nya.
"Kamu kenapa sayang?" tanya Rasya.
"Lagi kepikiran bapak Bang, masuk rumah sakit." jawab Intan.
"Ya Allah, kapan?"
"Kemarin Bang, saya khawatir. Kalau dekat saya pulang Bang, ini kan saya jauh buat tiket pesawat nya saja nggak akan mungkin."
"Bapak sakit apa?"
"Komplikasi"
"Abang antar kamu pulang mau?"
"Abang, abang akan bantu pinjamkan saya uang?"
"Nggak pinjam, tapi abang antar kamu pulang, sekalian abang ingin bertemu saja kedua orang tua kamu. Biar abang yang akan, tanggung tiket pulang pergi kamu."
"Tapi kan mahal bang."
"Sudah nggak apa - apa, abang buat cuti dulu, setelah dapat kita langsung ke bandara."
"Makasih bang, terima kasih banyak."
"Sama - sama sayang." ucap Rasya sambil mengusap kepala Intan.
****
"Kamu jadi mau pulang kalau jadi sama bang Rasya?" ucap Nike.
"Iya, saya akan pulang sama dia. Itu juga, kalau abang sudah dapatkan ijin cuti nya."
"Pacar kamu itu, memang baik. Ternyata memang serius dia, kalau hanya main - main atau balas dendam karena kamu sakiti dia, nggak akan mungkin dia seperti itu."
"Semoga saja ya."
****
"Kamu kemana saja sih? di tunggu dari tadi disini, tapi kamu tidak datang - datang." ucap Miko dengan berbagai pertanyaan.
"Abang sayang, saya ini sedang menghibur Intan. Bapak nya sedang sakit parah, dia sedang sedih tidak bisa pulang."
"Terus kamu bantu dia?"
"Tidak sih bang, kalau materi saya tidak bisa. Ada uang juga, untuk sekedar pegangan saja."
Miko terdiam, dan hanya menatap lurus ke depan. Nike lalu, memperhatikan Miko yang diam.
"Kenapa bang?"
"Nggak apa - apa."
"Jujur sama saya, ada apa?"
"Abang, hanya kasihan saja sama Intan."
"Kasihan kenapa?" tanya Nike, yang mulai cemburu.
"Abang, juga banyak salah sama dia. Membenci dia, seharusnya yang sudah ya sudah, seperti Rasya itu. Rasa sakit hati, kalau ingat sakit nya, begitu sangat menusuk. Dia juga berpesan sama abang. Kalau abang, jangan mencintai kamu sebagai pelarian, karena kamu itu tulus membalas cinta abang."
"Intan bilang begitu?"
"Iya, Intan bilang begitu."
****
"Kamu jadi mau cuti?" tanya Ibra.
"Siap benar komandan." jawab Rasya.
"Cuti apa?"
"Ada keperluan keluarga." ucap Rasya.
"Berapa hari?"
"Satu minggu."
"Sangat penting sekali ya?"
"Untuk masa depan." ucap Rasya.
"Baik, saya ijin kan kamu. Semoga masalah kamu, cepat selesai."
"Amin, terima kasih."
****
"Benar bang?" ucap Intan.
"Iya sayang, kita besok langsung ke Bandara."
"Terima kasih bang, makasih ya."
"Sama - sama, sekarang kamu siap - siap."
"Ok abang sayang, sekarang saya siap - siap ya."
Intan langsung masuk kedalam rumah, dan segera memasukan beberapa pakaian nya. Nike langsung menghampiri sahabat nya, yang sedang memasukan beberapa pakaian di dalam tas kecil.
"Kamu mau kemana?" tanya Nike.
"Besok, saya jadi pulang." jawab Intan.
"Pulang sama bang Rasya?"
"Iya, di antar sama dia."
"Bagus dong, bisa ketemu sama orang tua kamu, kalau bang Rasya itu adalah calon suami kamu."
"Iya, sekalian saya mau kenalkan bang Rasya itu adalah calon suami saya."
****
"Ibu Delima, saya mau ijin untuk pulang, karena bapak saya sakit." ucap Intan.
"Hati - hati ya di jalan, ehm.. di antar siapa kamu ke Bandara?" tanya Delima.
"Saya sama Bang Rasya, di antar pulang sama dia." jawab Intan.
"Kamu, di antar sampai Bandara atau sampai kota kamu?"
"Sampai rumah, sekalian mengenalkan Bang Rasya itu adalah calon suami saya."
"Salam saja buat orang tua kamu, semoga cepat sehat dan di angkat penyakit nya."
"Amin ya Allah."
*****
"Putra, nanti sementara perubahan jadwal untuk patroli." ucap Ibra.
"Tiba - tiba, kenapa komandan?"
"Rasya cuti, ada keperluan keluarga.Mungkin, ada masalah yang belum selesai, saya minta sama kamu,satu orang pengganti Rasya selama satu minggu."
"Siap Komandan."
"Nggak perlu tahu, dia cuti apa atur tim dan jangan lupa perintah saya."
"Siap komandan."
Putra langsung berjalan ke arah pos, untuk meminta para anggota berkumpul. Satu persatu datang, memberikan informasi untuk menggantikan posisi Rasya, yang sedang cuti.
*****
"Pesawat nya satu jam lagi, kita masih bisa santai." ucap Rasya.
"Untung nya, kita nggak dapat pesawat penerbangan malam hari ya Bang, kalau dapat malam, nyampe sana bisa malam banget."
"Iya, berarti sampai rumah sakit, perkiraan sore ya."
"Iya bang."
Intan mendapatkan telepon dari ibu nya, dan langsung mengangkat nya. Dan menjauh dari Rasya , yang duduk di dekat nya.
"Assalamu'alaikum Ibu, gimana bu?" tanya Intan.
"Walaikumsalam nak, kondisi bapak semakin memburuk nak."
"Ibu, tunggu ya, saya sedang di bandara mau pulang."
"Iya nak, hati - hati."
"Semoga bapak kuat ya bu, sampai saya datang."
"Iya nak, ya sudah, hati - hati ya, sampai ketemu di rumah sakit."
"Iya bu, Assalamu'alaikum."
"Walaikumsalam."
Intan berjalan ke arah Rasya, lalu memeluk tubuh Rasya dengan terisak. Rasya langsung membalas pelukan ke kasih nya.
"Hiks.. hiks.. bapak bang."
"Bapak gimana?" tanya Rasya.
"Bapak, semakin kritis." jawab Intan.
"Ya Allah, semoga saja sampai sana, bapak masih kuat ya."
"Amin bang, amin."
"Sudah jangan menangis, kita berdoa saja semoga bapak bisa melewati masa kritis nya." ucap Rasya sambil mengusap kedua air mata Intan.
****
Intan berlari ke arah kamar rawat orang tua nya, saat sampai terlihat Pak Ahmad, dengan kondisi yang sangat lemah.
"Bapak." Intan langsung memeluk tubuh Pak Ahmad.
Rasya langsung bersalaman dengan Ibu Diah, dan adik Intan yang masih kecil, sekitar usia 10 tahun. Mencium punggung tangan Rasya, dan Rasya membalas dengan mengusap kepala nya.
"Pak, ini Intan." ucap Intan.
"I - Intan, ka- kamu pulang." ucap Pak Ahmad.
"Iya Pak, saya pulang. Saya ingin ketemu sama bapak, maafkan Intan ya pak." ucap Intan.
"Itu siapa?" tanya Pak Ahmad dengan suara lemah.
"Bapak, Ibu kenalkan dia bang Rasya, pacar nya Intan." jawab Intan mengenalkan Rasya pada kedua orang tua nya.
"Kemari nak." panggil Pak Ahmad.
"Nak, Intan orang tidak punya, bapak nya hanya tukang sapu, sedangkan ibu nya hanya pencari limbah plastik.Apa kamu benar - benar serius?" ucap Pak Ahmad.
"Saya serius Pak, saya sangat mencintai Intan." ucap Rasya.
"Jaga dia ya nak, kalau bapak sudah tidak ada. Tolong jaga, Intan, ibu dan adik nya."
"Bapak pasti sembuh, saya akan menjaga Intan Pak." ucap Rasya.
"Bapak jangan banyak bicara ya, istirahat. Intan kan sudah pulang, sekarang Intan akan jaga bapak di rumah sakit." ucap Ibu Diah.
"Kamu jangan dulu pulang ya nak." ucap Pak Ahmad.
"Iya Pak, Intan akan disini. Ada waktu satu minggu disini sama Bang Rasya." ucap Intan.
****
"Nak, ibu tidak bisa memberikan kamu uang bulanan, kondisi Bapak kamu kan kritis. Hanya bisa untuk biaya adik kamu saja, dan makan sehari - hari." ucap Ibu Diah.
"Saya akan cari kerja sampingan bu, untuk biaya hidup saya sendiri. Kalau saya berhenti kan sayang, terus kuliah saya kan gratis hanya untuk sehari - hari saja."
"Ibu mau tanya, kamu yakin dia mau jadi suami kamu?"
"Yakin bu, dia kan kesini sambil ingin ketemu sama bapak dan ibu."
"Syukur lah kalau kamu memang benar, serius sama dia. Ibu setuju saja, apalagi kan pacar kamu Tentara, masa depan nya sudah ada."
"Bapak sakit apa saja bu?"
"Bapak kamu, kena jantung, paru - paru, gula darah dan penyakit nya, semakin parah.Terus bapak kamu itu, tidak pernah cerita atau periksa kondisi nya. Tahu - tahu, saat pagi sudah merasakan sakit."
****
"Nak Rasya." ucap Pak Ahmad.
"Gimana Pak." ucap Rasya.
"Nak, boleh bapak minta sesuatu sama kamu."
"Boleh, kalau saya bisa memenuhi keinginan bapak."
"Bapak ingin, melihat kamu menikah dengan Intan. Biar bapak tenang nanti, bapak ingin melihat anak bapak bahagia."
"Saya juga berniat ingin menikahi Intan nanti, setelah lulus kuliah. Dan saya kemari , ingin meminta restu dari bapak sama ibu."
"Bapak restui kalian, dan hanya pesan bapak. Tolong jangan sakiti Intan, bahagia kan dia."
"Saya janji akan bahagia kan Intan, saya akan menjaga nya hingga maut memisahkan kami."
"Terima kasih nak, bapak tenang sekarang."
****
"Bapak minta kita menikah!! "
"Iya, gimana kalau kita nikah secara agama saja sekarang, nanti baru kita menikah secara negara?"
"Keluarga Abang gimana?"
"Itu masalah mudah, nanti Abang akan menghubungi seseorang disini."
"Tapi Bang, apa ini tidak terlalu cepat?"
"Apa salah nya, kita memenuhi permintaan bapak kamu, yang kondisi nya sedang kritis. Kamu tidak mau, menikah sama Abang?"
"Mau Bang, saya mau."
"Kalau begitu, kita bicara sama ibu. Apa yang di minta sama bapak tadi."
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 63 Episodes
Comments
Linda Anggel
nek thor
2023-03-14
1
Nurmila Karyadi
syukurlah intan menikah dgn rasya.
2023-03-14
1
Murni Zain
semoga saja Rasya benar tulus mencintai intan ☺️
2023-03-14
1