Sementara itu, Aurora tengah berbahagia karena seharian dia bakalan berlibur dengan kakak sepupu yang diam-diam ia cintai.
Kakak sepupunya akan mengajarinya menyetir mobil. Mobil yang pamannya miliki hanyalah mobil bak tua dan belum memakai power steering.
"Agak berat kalau belum pakai power steering.Yakin, kau masih mau belajar menyetir mobil?" Tanya Kibar di balik kemudian setelah ia menghentikan mobil bak tua milik ayah angkatnya itu di sebuah lapangan terbuka.
"Yakin, dong. Ayo cepat turun, Kak!" Pekik Aurora dengan penuh semangat dan wajah semringah.
"Oke! Kakak turun! Dasar gadis keras kepala. Lagian ngapain kamu harus belajar setir mobil di sini? Naik kereta, kan lebih enak dan cepat" Sahut Kibar sambil naik ke jok penumpang.
"Kalau aku balik ke Indonesia, aku harus bisa setir mobil, kan aku bisa antar Kak Meda ke mana-mana. Kak Meda, kan, nggak bisa nyetir mobil" Sahut Aurora dengan wajah kesal karena Kibar menyebutnya gadis keras kepala. "Buruan ajarin jangan malah ceriwis kayak kakek-kakek"
Kibar terkekeh geli dan langsung berkata, "Iya, iya! Ini juga mau ajarin kamu! Dasar bawel! kamu,tuh, yang kayak nenek-nenek,kok, ngatain Kakak kayak kakek-kakek"
Aurora sontak tertawa lepas mendengar ocehan kakak sepupunya itu.
Sementara itu Andomeda bergegas masuk ke kamar karena ia tidak ingin mbak Bun memergokinya yang masuk ke dalam paviliun dengan wajah penuh air mata dan mata kaki sebelah kanan ada luka terkena goresan beling dari stoples yang dibanting di lantai.
Andromeda mengambil kotak P3K, kemudian duduk di tepi ranjang. Setelah mengusap air mata di kedua pipinya, ia mengobati luka di mata kaki lalu menutup luka itu dengan plester luka.
Kemudian ia mengambil dompetnya dan dengan tetesan air mata ia mengusap foto keluarganya yang selalu ia simpan di dalam dompetnya. Di dalam foto itu, dia masih tampak muda karena ia masih duduk di bangku SMA kala foto itu diambil dan Aurora masih duduk di bangku SMP. Selang satu Minggu setelah berfoto keluarga di sebuah studio foto yang ada di dekat rumah mereka, papa dan mamanya Andromeda mengalami kecelakaan di jalan tol dan meninggal seketika di sana.
"Aku akan kuat dan tidak mengeluh, Ma. Karena aku sangat mencintai Mas Gala dan begitu juga dengan Mas Gala. Mas Gala sangat mencintaiku, Ma. Demi cinta kami berdua, aku akan terus berusaha memenangkan hati mertuaku, Ma. Supaya rumah ini penuh kasih yang benar-benar tulus dan membuat Suamiku merasa benar-benar bahagia nantinya" Bisik Andromeda ke dirinya sendiri sambil terus mengusap foto yang ada di dalam dompetnya itu.
Lalu, ia berjalan pelan ke kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Setelah melihat di cermin bahwa ia nampak baik-baik saja dan tidak nampak habis menangis, Andromeda melangkah keluar dari dalam kamar dan langsung menuju ke dapur untuk memasak sup dan membuat perkedel kentang.
Mbak Bun muncul di dapur setelah ia menjemur pakaian di teras belakang. "Lho, Nyonya muda, kok, masak di sini? Nggak ikut sarapan di rumah utama?"
Andromeda menoleh ke mbak Bun dan dengan senyum manisnya ia berkata, "Mama meminta saya makan dan memasak di sini, Mbak. Maksud Mama baik, beliau ingin saya mandiri dengan memasak sendiri di sini"
"Oh! Kalau begitu saya akan membantu Anda memasak"
"Nggak usah Mbak. Baju Mbak basah, tuh, mandi saja sana. Dan tolong jangan memanggil saya Nyonya muda. Panggil nama saya saja, Mbak"
"Wah! Mana berani saya. Oke. Saya akan mandi dengan cepat dan membantu Anda" Sahut Mbak Bun sembari berlari kecil menuju ke kamarnya untuk mandi.
Andromeda menghela napas panjang dan berkata, "Semoga Mama hanya kelelahan dan tanpa sengaja membanting stoples tadi"
Namun, harapan Andromeda pupus sudah saat ia mendengar teriakan mama mertuanya yang terdengar datangnya dari arah ruang tengah.
Andromeda sontak mematikan kompor dan berlari menuju ke ruang tengah. Akting kagetnya dia bahkan melupakan rasa perih di mata kakinya yang terkena pecahan beling di beberapa menit yang lalu.
"Ada apa, Ma?" Andromeda berdiri di depan mama mertuanya dengan sikap sopan.
"Lepas kalung kamu itu! Berikan padaku! Kamu gadis dari keluarga rendahan dan miskin. Kamu tidak pantas pakai kalung berlian"
Mbak Bun yang sudah keluar dari dalam kamar mandi memilih untuk bersembunyi di balik tembok saat ia mendengar ucapan buruk yang keluar dari mulut nyonya besar keluarga Zayyan.
"Bukannya saya tidak mau melepaskan Kalung, ini, Ma. Kalung ini pemberian Mas Gala dan Mas Gala meminta saya untuk terus memakai kalung ini dan menjaganya dengan baik"
"Lepas! Kalau aku bilang lepas maka kau harus melepasnya!"
Andromeda terlonjak kaget saat mertuanya membentak dirinya dan dengan segera ia melepas kalung berlian dari lehernya.
"Berikan padaku!"
Andromeda langsung meletakkan kalung itu di atas telapak tangan mertuanya yang tengah menengadah di depannya.
Mawar kemudian menggenggam kalung itu dan berkata, "Selama Galaksi tidak ada di rumah ini, kamu tidak boleh melawan perintahku dan tidak boleh nongol di rumah utama untuk sarapan, makan siang, ataupun makan malam di sana! Mengerti?!"
Andromeda menyahut pelan, "Mengerti, Ma"
"Bagus! Selama Galaksi tidak ada, kamu juga tidak boleh menyalakan AC dan memakai rice cooker atau alat masak lainnya yang memerlukan listrik. Karena, kita harus berhemat. Ngerti?!"
"Iya, Ma. Baik" Sahut Andromeda dengan sikap dan nada bicara yang sangat sopan.
"Bagus! Kau kira aku benar-benar menerima kamu jadi menantuku, cih! Jangan harap! Aku hanya berpura-pura baik dan menerima kamu menjadi menantuku karena aku nggak ingin Galaksi pergi jauh dariku. Tapi, selama Galaksi bepergian ke Laura negri, aku tidak perlu lagi berpura-pura. Aku membenci kamu, cih!" Mawar kemudian berbalik badan dan pergi meninggalkan Andromeda begitu saja.
Andromeda menghela napas panjang dan sambil terus mengelus-elus dadanya yang terasa sakit, wanita cantik istri tercintanya Galaksi Zayyan itu melangkah kembali ke dapur dan dia hampir saja menabrak mbak Bun.
"Mbak? Sejak kapan Mbak ada di sini?"
"Sejak Nyonya besar mengucapkan kata-kata kasar ke Anda" Sahut Mbak Bun.
"Tolong jangan bilang ke Mas Gala soal ini, ya, Mbak"
"Tapi, saya tidak bisa diam saja dan........"
"Wanita diharapkan untuk selalu mendukung suaminya. Kalau suami saya sangat menyayangi mamanya, maka saya sebagai Istrinya harus mendukungnya. Dan saya juga harus nurut di rumah ini. Baik sebagai Istri maupun sebagai menantu. Saya tidak boleh mengeluh apapun yang dilakukan mertuaku ke saya dan harus selalu nurut sama beliau. Benar, kan, Mbak?"
Mbak Bun hanya menatap wajah cantiknya Andromeda dalam diam.
"Itu yang selalu Mama ajarkan sama saya dan Rora adik perempuan saya, Mbak" Ucap Andromeda.
"Sejak kecil, orangtua saya mengajarkan ke saya dan adik saya untuk selalu menjadi wanita yang bisa membuat orang lain bahagia. Harus menjadi wanita yang baik hati, tenang, dan penuh kasih. Bukan hanya cantik. Jadi, Mbak, tolong jangan katakan apapun yang terjadi ke Mas Gala"
Mbak Bun menatap Andromeda dengan sorot mata sendu dan dengan terpaksa akhirnya ia menganggukkan kepalanya.
Andromeda menggenggam tangan Mbak Bun dan kembali berkata dengan wajah serius, "Terima kasih Mbak aku mengerti kondisi saya saat ini. Saya tidak ingin hubungan Mas Gala dan mamanya retak karena saya. Saya juga tidak ingin mertua saya semakin membenci saya kalau saya membuat keretakan itu. Karena saya, ingin membuat mertua saya menerima saya dan menyayangi saya suatu saat nanti. Cadas sekeras apapun akan berlubang kalau terus ditetesi, air, kan, Mbak. Saya akan terus memberikan kasih sayang yang tulus ke mertua saya, Mbak. Karena saya memang tulus menyayangi beliau. Saya tidak pernah masukkan ke hati dan tidak pernah mendendam untuk semua perlakuan buruk yang sudah beliau berikan ke saya, Mbak. Dan saya yakin suatu saat nanti beliau bisa melihat ketulusan saya dan bisa menyayangi saya dengan tulus"
"Kalau Nyonya besar masih belum bersedia menyayangi Anda dan itu untuk selamanya bagaimana?"
"Maka untuk selamanya saya akan terus menyayangi beliau dengan tulus"
"Anda tidak akan membalas kejahatan beliau dengan kejahatan juga?"
"Tidak akan. Karena kita harus mengenakan kasih yang tulus pada setiap perkataan dan tingkah laku kita agar kita bisa menyelamatkan jiwa yang tersesat, Mbak"
Mbak Bun menatap Andromeda dengan sorot mata penuh kekaguman, lalu Mbak Bun berkata, "Maafkan saya. Tapi, saya ingin mengatakan ini, Nyonya muda. Apakah saya boleh memeluk Anda? Anda wanita yang bukan hanya sangat cantik, tapi juga sangat baik dan tangguh. Saya mengagumi Anda, Nyonya muda"
Andromeda menitikkan air mata dan langsung memeluk Mbak Bun sambil berkata, "Jangan panggil saya Nyonya muda"
"Saya nggak berani nyonya muda. Tapi, kalau Anda tidak suka saya panggil Nyonya muda maka mulai sekarang saya akan memanggil Anda, Mbak Meda, boleh?" Mbak Bun ikutan menangis saat ia merasakan tubuh Andromeda bergetar dengan disertai isak tangis.
Andromeda menyahut di sela Isak tangisnya, "Boleh, Mbak dan terima kasih banyak sudah menemani saya dan mau menjadi teman curhat saya selama ini"
"Sama-sama Mbak Meda" Sahut Mbak Bun.
"Ayo kita masak. Saya akan menanak nasi memakai dandang. Kita, kan, tidak boleh memakai rice cooker" Sahut Mbak Bun dan Andromeda langsung tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
mom mimu
mampir lagi kak, semangat 💪🏻
2023-04-01
0
Rahma AR
keren
2023-03-26
0
Mom La - La
cinta 3 serangkai hadir lagi tuk selalu mendukungmu kk...
2023-03-16
0