Sekarang Bu Rosa seakan mendapat celah untuk bisa mendesak Gibran untuk menikah lagi, melakukan poligami. Toh, di dalam iman mereka seorang pria boleh mengambil istri lagi dengan syarat istri pertama mau memberikan izin, selain itu juga semua niat yang dimiliki hanya untuk ibadah kepada Allah semata. Menurut Bu Rosa, Giselle sudah menjadi wanita mandul yang tidak akan bisa memberikan Gibran keturunan. Oleh karena itu, Bu Rosa seakan mendesak Gibran untuk melakukan poligami.
"Apa yang kamu pertahankan dari istri seperti dia, Bran? Ibu tidak menyuruh kalian bercerai, hanya menikah lagi saja," balas Bu Rosa.
Di dalam hatinya, Bu Rosa tentu tidak akan menyuruh Gibran untuk sampai bercerai. Sebab, bagaimana pun yang membuat dapur di rumah itu tetap mengepul adalah Giselle. Salah satu kebaikan Giselle adalah, walau Ibu mertuanya sudah marah kepadanya. Di tanggal satu, ketika gajian, Giselle tetap memberikan uang bulanan untuk Ibunya. Selain itu, Giselle juga bukan seseorang yang pendendam. Jika Giselle adalah menantu yang pendendam, dengan ucapan pedas mertuanya yang pasti dia tidak akan memberikan jatah bulanan saja untuk Ibu mertuanya. Justru, di dalam hatinya Giselle selalu berharap bahwa ibu mertuanya bisa dilembutkan hatinya dan mulai menyayanginya.
"Aku ... mau kalau aku dijadikan yang kedua oleh Aa Gibran," ucap Annisa kemudian.
Tidak menyangka juga Annisa pada akhirnya membuka suara. Wanita itu bersedia menjadi istri yang kedua untuk Gibran. Semua itu karena cinta, atau ada tendensi tersendiri?
"Sayangnya, aku tidak berniat sama sekali untuk menikah lagi," balas Gibran.
Jika selama ini Gibran terkesan diam dan juga membiarkan saja ketika Ibunya mengatai Giselle. Paling Gibran hanya meminta ibunya untuk menyudahi semuanya. Namun, sekarang, Gibran menolak. Dia tidak ingin menikah lagi.
"Kamu terlalu naif atau bodoh sih, Bran? Sudah jelas bukan kalau Giselle itu tidak bisa memiliki anak. Apa lagi yang kamu tunggu?"
Bu Rosa mempertanyaan keputusan Gibran. Di matanya itu, putranya terkesan bodoh. Semua orang yang menikah, membangun keluarga, akan membutuhkan namanya anak. Namun, beda dengan Gibran. Sekalipun poligami bisa dilakukan dengan mendapatkan keturunan, tapi Gibran justru menolak.
"Poligami dibenarkan jika untuk mendapatkan keturunan, Gibran," ucap Bu Rosa lagi.
"Tidak, Bu ... poligami bukan satu-satunya jalan untuk menyelesaikan semua masalah. Gibran saja belum stabil secara ekonomi. Untuk membantu kebutuhan rumah ini saja, Gibran merasa sesak napas. Sekarang, untuk menafkahi istri lagi, Gibran tidak bisa."
Dengan tegas, Gibran menyampaikan alasannya. Sebenarnya, poligami diperbolehkan jika memang suami bisa memberikan nafkah lahir dan batin. Sementara Gibran sendiri merasakan dirinya tidak stabil secara ekonomi. Untung saja, Giselle tidak pernah mempermasalahkan gaji bulanan darinya. Bahkan sejak menikah sampai sekarang Giselle tak pernah meminta gaji bulanan dari suaminya. Namun, sebagai pria yang bertanggung jawab, Gibran tetap memberikan kepada Giselle, berapa pun jumlahnya.
"Aku tidak mempermasalahkan nafkah lahir, karena aku adalah wanita karir yang bisa mencari uang sendiri," balas Annisa.
Sekarang, Annisa juga menunjukkan dirinya yang adalah wanita karir. Bahkan dia tidak mempermasalahkan perihal nafkah lahir. Sebab, dia sendiri adalah wanita karir yang bisa menghasilkan jutaan rupiah setiap bulannya.
Sekarang, Gibran menggelengkan kepalanya. "Maaf Nisa ... sebaiknya kamu pergi dari sini. Selamanya aku tidak akan melakukan poligami. Istriku hanya satu dan selamanya juga hanya akan satu saja dan dia adalah Giselle."
Usai mengatakan semua itu, Gibran menegakkan punggungnya dan berdiri. Kemudian menggenggam tangan Giselle dan berbicara kepada istrinya itu. "Ayo, Sayang ... kita masuk ke dalam," ajaknya.
Giselle mengangguk. Tanpa berbicara, dia berdiri dan kemudian mengikuti Gibran untuk naik ke lantai dua. Sekilas Giselle melihat wajah ibu mertuanya yang sangat masam. Begitu juga dengan Annisa yang tidak mengira bahwa Gibran akan meninggalkannya pergi begitu saja.
Begitu sudah sampai di dalam kamar, Gibran mengunci pintu dan kemudian memeluk Giselle dengan begitu eratnya. Seakan ada isyarat khusus yang Gibran ingin utarakan dari pelukan itu.
"Maafkan aku dan Ibu, Sayang," ucap Gibran kemudian.
"Maaf untuk apa?" tanya Giselle.
Sebenarnya, Giselle sangat tahu perasaan suaminya. Namun, sebagai istri Giselle juga ingin mendengar suara suaminya. Mendengarkan bagaimana perasaan Gibran yang sesungguhnya.
"Walau sebagai anak, aku tidak bisa membantah Ibu dan kemauan Ibu. Namun, aku tidak akan pernah melakukan poligami. Aku sangat mencintaimu, Sayang," ucap Gibran.
Sekarang pun Gibran mengutarakan semuanya dengan berlinangan air mata. Bukannya cengeng, tapi ada rasa sakit di hati Gibran. Bukannya tutup mata. Namun, Gibran sangat tahu bahwa Giselle adalah menantu yang baik. Sangat baik malahan. Untuk semua itu, tidak akan Gibran membagi sendiri dan mengoyak rumah tangganya.
"Walau aku disebut Ibu sebagai wanita mandul?" tanya Giselle kemudian.
Gibran menganggukkan kepalanya. "Ya, tidak apa-apa. Kamu bukan mandul. Usaha kita saja yang belum membuahkan hasil," balas Gibran.
"Walau nanti tidak tahu berapa tahun usia pernikahan kita dan belum ada anak?" tanya Giselle lagi.
"Iya, tidak masalah," balas Gibran.
Dengan sendirinya air mata pun berderai dengan sendirinya. Semoga hati dan kesetiaan suaminya tetap tulus untuknya. Tidak akan mengoyak rumah tangga karena Giselle yang belum bisa memberikan keturunan. Sebagai istri, dia hanya bisa mempercayai dan memegang ucapan suaminya itu saja.
"Poligami bukan jalan pintas untuk menyelesaikan masalah, Sayang. Masalah kita berdua saja sudah begitu saja. Rumah tangga tidak ada dinginnya. Apa iya, aku akan menambah masalah dan membuat kekacauan yang lain," ucap Gibran kemudian.
"Pria bisa dan memiliki hak untuk menikah lagi kok, Mas ..., tapi jika suatu hari nanti Mas Gibran ingin berpoligami, tolong pulangkan aku ke rumah Mama dan Papaku. Walau, aku banyak kekurangan, tapi aku tidak mau dimadu. Tolong ingat ucapanku ini, sebelum dorongan untuk menikah lagi ada, pulangkan saja aku ke rumah orang tuaku."
Giselle mengatakan semuanya dengan berlinangan air mata. Tidak masalah jika memang Gibran hendak menikah lagi. Namun, sebelum itu terjadi, lebih baik jika Gibran memulangkannya saja ke rumah orang tuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Enisensi Klara
Betul.kata Giselle kalo memang Gibran mo nikah lagi lebih baik pulangkan saja Giselle ke rumah ortunya
2023-03-17
1
Enisensi Klara
dih 🙄🙄🙄 ulet bulu gatelan 🙄🙄
2023-03-17
0
Enisensi Klara
Bu Rosa masih aja memanfaatkan Giselle 😥😥
2023-03-17
0