Selang dua minggu usai duka yang dialami keluarga Winatha, dan juga dengan hari ini bertepatan dengan hari gajian. Itu juga karena Giselle akan menari gaji dari perusahaannya di tanggal 1 setiap bulannya. Oleh karena itu, Giselle pun sudah mengambil sejumlah uang cash dan hendak dia berikan kepada Ibu mertuanya.
Sebelumnya, Giselle pernah berunding terlebih dahulu kepada suaminya. Menanyai berapa nominal yang hendak diberikan kepada ibu mertuanya. Menurut Giselle, bagaimana pun dalam berumahtangga, keuangan adalah hal yang penting. Sering kali finansial menjadi ranah yang sensitif dan bisa memicu pertengkaran. Oleh karena itu, Giselle memang bertanya kepada suaminya terlebih dahulu.
"Mas, jadi nanti kita kasih berapa untuk Ibu?" tanya Giselle.
"Terserah kamu saja, Sayang. Maaf, aku tidak bisa banyak membantu. Kamu tahu sendiri kan, kalau penghasilanku jauh di bawah penghasilanmu setiap bulannya," balas Gibran.
Bukannya tidak ingin membantu. Namun, Gibran pun memberikan penjelasan bahwa memang realitanya penghasilannya hanya separuh dari penghasilan Giselle. Sering kali di lapangan ada kasus seperti Giselle dan Gibran, karena pada dasarnya memang ada wanita karir yang memiliki posisi karir yang lebih baik dan juga memiliki penghasilan lebih tinggi dari sang suami.
"Tidak apa-apa, Mas. Aku ikhlas untuk Ibu. Bagaimana pun, Ibu juga orang tuaku. Masak iya, aku akan membiarkan seluruh operasi di rumah ini tidak berjalan bahkan aku tega ketika dapur rumah ini tidak mengepul," balas Giselle.
Sungguh Giselle pun juga tidak akan setega itu. Terlebih dia tahu bahwa tulang punggung keluarga Winatha sudah tiada. Sehingga, jika harus memberikan uang bulanan untuk Ibu mertuanya, Giselle tidak keberatan.
***
Sekarang ....
Giselle pulang dengan membawa amplop coklat yang berisi uang sebesar lima juta Rupiah. Pikir Giselle, setidaknya lima juta cukup untuk memasak setiap hari. Toh, kemarin pembicaraan dengan Gibran, suaminya yang akan membayar tagihan listrik dan air setiap bulannya.
"Assalamualaikum, Ibu," sapa Giselle begitu dia memasuki rumah mertuanya ketika pulang kerja sore itu.
"Ya, Sell ... baru pulang? Nah, pulang tuh hari masih sore. Jangan pulang malam-malam," balas Bu Rosa.
Rupanya sang ibu mertua masih menyoroti hari di mana Giselle beberapa pulang malam. Namun, pulang malam pun bukan keinginan Giselle. Itu juga karena dia harus membuat analisis saham yang membutuhkan waktu lama.
"Maaf, Bu ... itu juga karena Giselle baru banyak kerjaan," balasnya.
"Ya, usahakan pulang itu sore. Masak gak ada yang ngurusin suami kamu," balas Bu Rosa dengan ketus.
Tidak ingin memperpanjang pembicaraan karena Giselle juga capek dan ingin mandi. Sehingga Giselle segera memberikan amplop coklat itu kepada ibu mertuanya.
"Ibu, ini Giselle berikan sedikit dari penghasilan Giselle. Untuk memasak di rumah," ucapnya.
Melihat amplop coklat dan sangat Bu Rosa percayai bahwa isinya adalah uang, raut wajah Bu Rosa seketika menjadi berubah. Wajah yang semula ketus, kini tidak lagi.
"Sell, makasih banyak yah," ucapnya dengan suara yang lebih lembut.
"Sama-sama, Ibu. Tolong diterima ya, Bu ... nanti setiap bulannya, Giselle akan berikan kepada Ibu. Baiklah, Giselle naik ke kamar dan mandi dulu ya, Bu."
Usai memberikan itu, Giselle memilih naik ke kamarnya di lantai atas. Setelahnya dia memilih mandi untuk menyegarkan dirinya. Lega, ketika bisa memberikan untuk mertuanya.
***
Keesokan harinya ....
Pagi ini, Giselle nyatanya sedikit kesiangan lagi. Itu juga karena semalam dia mengerjakan pekerjaan hampir tengah malam. Giselle sudah takut terlebih dahulu, takut jika ibu mertuanya marah ketika dia bangun kesiangan seperti yang sudah-sudah.
"Pagi, Bu ... maaf Giselle kesiangan karena semalam ada lemburan," ucapnya dengan menundukkan wajah.
"Oh, tidak apa-apa, Sell. Semua masakan sudah siap kok. Berkat uang dari kamu, Ibu bisa beli buah. Biar kita lebih sehat," balasnya.
Giselle mengernyitkan keningnya, dia merasa heran karena biasanya Ibu mertuanya akan marah dan berbicara ketus kepadanya ketika dia bangun sedikit terlambat. Sekarang, Ibu justru bersikap manis kepadanya, dan sama sekali tidak berbicara ketus. Jujur, di dalam hati Giselle senang dengan ibu mertuanya yang tidak terlalu ketus dan judes. Jika bisa, Giselle ingin ibu mertuanya akan terus sebaik ini.
***
Tiga Pekan kemudian ....
Sekarang sudah tiga pekan waktu berlalu, itu artinya kalender terus berjalan dan menuju ke tanggal tua. Kali ini, Giselle tidak bangun kesiangan. Namun, perlakuan ibu mertuanya terasa berbeda.
"Jangan langsung berangkat kerja dong, Sell. Peralatan makan milikmu dan suamimu itu dicuci dulu," perintah dari Bu Rosa dengan nada yang sedikit ketus.
Giselle akhirnya menganggukkan kepalanya, dan mencuci peralatan makan miliknya dan suaminya terlebih dahulu. Bu Rosa kini duduk di ruang tamu, kemudian dia menyindir Giselle.
"Maklum punya menantu anak orang kaya ... sehingga, cuci piring saja harus disuruh-suruh. Tangannya gak terbiasa kena sabun cuci piring."
Deg!
Seketika dada Giselle merasa sesak. Tidak mengira dia akan mendapatkan sindiran dari ibu mertuanya sendiri. Bahkan ketika urusan mencuci piring saja dikaitkan dengan latar belakang Giselle yang anak orang kaya dan tangan yang gak terbiasa memegang sabun.
Sungguh, sikap baik dari ibu mertuanya rupanya hanya berdasarkan kalender saja. Ketika tanggal muda dan Giselle usai memberikan uang bulanan, sikap sang ibu mertua akan menjadi baik dan penyayang. Sementara, ketika kalender memasuki tanggal muda, dan uang bulanan kian menepis, Giselle justru diperlakukan tidak baik. Disindir oleh mertuanya sendiri. Sindiran yang bisa Giselle dengar dengan sangat jelas. Begitu sakit dan terlukanya menjadi sosok Giselle bukan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
ArRaf
memang gtu , ada uang disayang gak ada uang bisa bisa hinaan yg keluar , Astaghfirullahal'adzim 12 thn aku menjalani hidup begini dan entah sampai kapan 😪
2023-05-29
0
manda_
mertuanya matre 😂😂🤭🤭
2023-03-11
1
Enisensi Klara
dih mulai deh datang judes nya Bu mertua 🙄🙄
2023-03-03
0