Penurunan Pendapatan

Dalam bisnis, terkadang kita tahu bahwa roda bisa berputar. Kadang naik, dan kadang turun. Sekarang, rupanya perusahaan tempat Giselle bekerja sedang mengalami kondisi keuangan yang kurang stabil, sehingga harus melakukan pemutusan kerja kepada sejumlah karyawan. Sementara untuk Giselle sendiri dan sejumlah karyawan lain harus mengalami pengurangan penghasilan mereka.

Mendapatkan kabar itu, Giselle yang pikirkan terlebih dahulu adalah uang bulanan untuk ibu mertuanya. Sebab, ketika penghasilannya berkurang, tentu akan berimbas kepada jumlah uang yang dia berikan untuk ibu mertuanya.

Duduk di meja kerjanya, Giselle tampak menggerak-gerakkan pena miliknya dan kemudian ada rekan kerjanya yang mendatanginya.

"Giselle, serius amat sih?" tanya Ayu, salah seorang rekan kerja Giselle di perusahaan itu.

"Iya, baru kepikiran sesuatu," balas Giselle.

"Kenapa, loe kan aman. Setidaknya tidak di-PHK. Daripada sejumlah karyawan lain. Namun, keputusan Bos juga benar. Analisis saham dari loe selalu tepat, patut untuk dipertahankan di sini," ucap Ayu lagi.

Sebenarnya bukan karena PHK atau aman di perusahaan itu. Namun, yang membebani pikiran Giselle sekarang adalah pengurangan penghasilan yang akan dia dapatkan setiap bulannya. Akan tetapi, menceritakan semuanya itu juga tidak etis untuk Giselle. Kadang Giselle hanya berpikir apakah di perusahaan Papanya juga mengalami guncangan seperti ini.

"Sudah, gak usah dipikirin. Ngopi yuk," ajak Ayu.

Giselle pun menganggukkan kepalanya. Memilih menuju coffee shop dan membeli Americano dingin. Mungkin saat awal bulan nanti, Giselle bisa berbicara jujur dengan ibu mertuanya.

***

Awal bulannya ....

Mengambil lembaran uang seratus ribu Rupiah dari mesin ATM, Giselle menghela nafas panjang. Jika setiap awal bulan, Giselle bisa memberikan uang setiap bulannya lima juta Rupiah, sekarang Giselle hanya bisa memberikan uang sebesar tiga juta Rupiah. Memang sangat berkurang. Namun, ketika memberi bukankah harus disesuaikan dengan penghasilan juga?

"Jika pulang dan memberikan uang segini, Ibu marah-marah tidak yah?"

Seketika sudah ada rasa skeptis di dalam hati Giselle. Jika memberikan uang Lima Juta Rupiah saja, kasih sayang dari sang mertua berdasarkan kalender. Bagaimana jika hanya memberi uang tiga juta rupiah. Apakah Ibu mertuanya akan marah-marah. Lantaran untuk antisipasi, Giselle kembali masuk ke dalam dan mengambil lagi uang Lima Ratus Rupiah. Sehingga total uang di dalam amplop itu adalah Rp. 3.500.000,-. Sembari Giselle berharap supaya ibu mertuanya tidak marah kepadanya.

Menempuh perjalanan kurang lebih setengah jam, kini Giselle sudah tiba di rumah. Yang dia lakukan adalah menuju kamarnya dulu, mandi, setelahnya barulah Giselle turun lagi ke bawah untuk mencari Ibu mertuanya.

"Ibu, baru ngapain?" tanya Giselle yang mendatangi Ibu mertuanya sedang membaca sebuah buku di ruang tamu.

"Baru membaca buku saja, Sell. Ada apa?" tanya Bu Rosa.

Di tengah keengganan perasaannya kini, Giselle tetap memberanikan diri untuk berbicara kepada ibu mertuanya. "Ibu, begini ... kondisi di perusahaan Giselle belum stabil, usai dilakukan PHK besar-besaran di perusahaan. Sementara, untuk karyawan yang masih bekerja di sana penghasilannya dikurangi. Begitu juga dengan Giselle yang mengalami penurunan pendapatan. Jadi, mulai bulan ini, maaf jumlah uang yang Giselle berikan untuk Ibu jumlahnya juga berkurang. Sebab gaji Giselle sendiri juga berkurang banyak," jelasnya.

Giselle tidak berbicara bohong, melainkan dia berbicara dengan jujur. Bahkan, Giselle juga menjelaskan kondisi perusahaannya dengan detail kepada ibu mertuanya. Dengan harapan, tidak dimarahi saja oleh ibu mertuanya.

"Jadi, berapa sekarang yang kamu berikan ke Ibu?"

"Rp.3.500.000,- Bu ... maaf. Soalnya gaji Giselle sendiri juga berkurang begitu banyak."

Mendengar jumlah nominal yang bisa diberikan oleh Giselle, raut wajah Bu Rosa seketika berubah. Buku yang semula dia baca, dia taruh di atas meja. Setelahnya, dia bertanya kepada Giselle.

"Kamu beri sebulan lima juta saja, untuk hidup dan makan sudah pas-pasan. Apalagi cuma segitu, Sell."

Di saat Bu Rosa berbicara demikian, kebetulan Gibran juga baru saja datang dari kantor. Pria itu mendekat ke ruang tamu. Sebenarnya ingin tahu saja apa yang sedang dibicarakan Ibunya dan istrinya sekarang.

"Assalamu'alaikum, Bu ... kenapa terlihat tegang di sini?"

Gibran yang baru saja pulang menanyai, kenapa suasana di ruang tamu itu terasa tegang. Sementara Giselle juga masih memegang amplop cokelat yang di dalamnya berisi sejumlah uang.

"Ini, Giselle tidak bisa memberikan uang bulanan lagi Lima Juta Rupiah. Berkurang. Katanya perusahaan tempatnya kerja baru tidak baik," balas Bu Rosa.

Giselle pun menganggukkan kepalanya. "Benar Mas. Beberapa karyawan di PHK, sementara untuk yang masih bekerja harus menerima pengurangan penghasilan. Jadi, aku juga hanya bisa memberikan kepada Ibu segini, maaf."

"Hidup bertiga dengan uang lima juta rupiah tiap bulannya saja sudah mepet, Bran. Apalagi kalau dikurangi. Masak iya, kita gak makan di minggu terakhir," balas Bu Rosa dengan menatap tajam ke arah Giselle.

"Mas, ada enggak? Kalau ada genapin sisanya," pinta Giselle sekarang.

Gibran menghela nafas kasar. Capek bekerja, tidak disambut dengan senyuman dan ramah tamah orang yang di rumah. Namun, justru sekarang membahas perkara uang.

"Perusahaan tempatku bekerja juga dalam kondisi tidak baik. Maaf, Sell ... aku belum bisa membantu," ucap Gibran.

Dari awal memang penghasilan Giselle jauh lebih tinggi di atas Gibran. Sekarang, ketika penghasilan Giselle menurun, suaminya juga tidak bisa membantu. Padahal amukan amarah dari Ibu mertuanya pastilah kepada Giselle, bukan kepada orang lain.

"Maaf, Bu ... Gibran tidak bisa membantu. Untuk angsuran listrik dan air setiap bulannya saja sudah mahal untuk Gibran," balasnya.

Sekarang, Bu Rosa menjadi sangat kesal. Tidak bisa mendapatkan uang penghasilan dari Giselle, hanya bisa mencukupkan diri dengan nominal tersebut.

"Emang kamu gak punya tabungan pribadi? Kamu kan anaknya orang kaya, apakah orang tuamu tidak bisa membantu kalian?"

Dengan cepat Giselle menggelengkan kepalanya. "Tidak bisa, Bu. Selama ini, Giselle tidak pernah berbicara dengan Ayah dan Ibu" balasnya.

Memang susah menjadi Giselle. Tertekan fisik, mental, dan juga finansial. Kian terasa menyedihkan ketika Ibu mertuanya mulai mengoceh yang tidak-tidak. Jika sudah seperti ini, harus banyak bersabar dan banyak berdosa.

Terpopuler

Comments

Alana

Alana

mertua ga tau diri udah di kasih nyela, ngehina dan ga menghargai mantu duuhh udahmah kaya benalu di ksh hati minta jantung nih emak²

2023-10-24

0

manda_

manda_

kok malah gisel yg jd tulang punggung ya

2023-03-11

0

yenot

yenot

gibran sebagai kepala rumah tangga kok gitu ya,,,,seharus nya membantu lah heran deh😒😒

2023-03-09

0

lihat semua
Episodes
1 Awal Mula
2 Satu Atap dengan Mertua
3 Menantu Pulang Malam
4 Duka dan Dalih
5 Kasih Sayang Berdasarkan Kalender
6 Istri Mas Gibran Tidak Menarik
7 Pilihan yang Sama Beratnya
8 Wanita Hanya Bisa Bekerja
9 Lelah Bertubi
10 Tak Ada Tempat Mengadu
11 Penurunan Pendapatan
12 Meminta Cucu
13 Polycystic Ovarian Syndrome
14 Salah Paham Mertua dan Menantu
15 Dikira Mandul
16 Tidak Ada Rasa Aman
17 Anjuran Poligami
18 Kedatangan Sang Mantan
19 Lebih Baik Menikahi Lagi
20 Poligami Bukan Cara Menyelesaikan Masalah
21 Teringat Pesta Pernikahan Kala Itu
22 Berusaha Mengambil Hati
23 Membanding-bandingkan
24 Komitmen Satu Istri
25 Kedatangan Orang Tua Giselle ke Bandung
26 Curhatan
27 Waktu Berdua Saja
28 Ketika Tergesa-gesa
29 Doa dan Harapan yang Baik dari Keluarga
30 Kembali ke Rumah
31 Memicu Masalah
32 Pergi dari Rumah
33 Mengejar Giselle
34 Mencoba Meluluhkan Giselle
35 Kembali ke Pondok Mertua
36 Pagi dalam Keheningan
37 Istri dan Ibu Sama-Sama Mulianya
38 Perang Dingin
39 Bara dalam Rumah Tangga
40 Pisah Rumah
41 Dipaksa Menikah Lagi
42 Kenangan di Jalan Braga
43 Kembali Dipertemukan
44 Semalam Bersama
45 Saling Memaafkan
46 Pagi Penuh Amarah
47 Pamit
48 Rumah Kita!
49 Orang Tua Giselle ke Bandung
50 Mendengarkan Kejujuran Anak dan Menantu
51 Sekadar Menikmati Akhir Pekan
52 Tidak Abai Kepada Ibu
53 Ditenangkan Istri
54 Recharge Terbaik
55 After Care
56 Keanehan Seorang Giselle
57 Positif atau Negatif?
58 Kebahagiaan dan Takut Menyusahkan
59 Kebahagiaan Orang Tua Giselle
60 Memeriksakan Kehamilan
61 Memberitahu Mertua
62 Diragukan Lagi
63 Hati yang Penuh Luka
64 Tidak Pernah Meragukan
65 Ingin Bayi Laki-laki atau Perempuan?
66 Hyperemesis Gravidarum
67 Merasa Tidak Diberitahu
68 Doa di Sepertiga Malam
69 Sudah Membaik
70 Welcome Home
71 Bisa Kembali Bekerja
72 Dijenguk Mertua
73 Tidak Perlu Dimasukkan Telinga
74 Ngidam Belimbing
75 Indah Saat Berjuang Bersama
76 Niat Baik Tak Tersambut
77 Patah Tangan
78 Menantu Berhati Malaikat
79 Kebaikan yang Tulus
80 Pendamping yang Sepadan
81 Gantian Berjaga
82 Walau Tak Dihiraukan
83 Sudah Boleh Pulang
84 Kehamilan Selalu Punya Cerita
85 Memupuk Kerinduan
86 Bangun Lebih Siang
87 Anak dan Menantu Tante Rani
88 Membersihkan Rumah Mertua
89 Kontradiktif Seorang Menantu
90 Baby Boy atau Baby Girls
91 Baby Girl yang Cantik
92 Kemelut di Rumah Tante Rani
93 Tidak Semua Memiliki Menantu Rasa Anak
94 Pedih Hati
95 Ingin Kembali Pulang
96 Rekonsiliasi
97 Rencana Acara Empat Bulanan
98 Kedatangan Tante Rani Tiba-Tiba
99 Saling Mensupport
100 Tasyukuran Empat Bulanan
101 Memulihkan Hubungan Antar Besan
102 Baby Moon Tipis-Tipis
103 Malam di Kota Lombok
104 Prahara Rumah Tangga yang Lain
105 Terkoyaknya Komitmen Pernikahan
106 Tidak Pulang Semalam
107 Hari-Hari Baby Moon
108 Berusaha untuk Mengelak
109 Kembali ke Bandung
110 Firasat Tidak Enak
111 Mencari Tahu
112 32 Weeks
113 Teman Giselle dari Singapura
114 Tabir yang Tersingkap
115 Dua Perahu Karam
116 Memilih Jalan Masing-Masing
117 Tanda-Tanda Hendak Bersalin
118 Welcome Our Baby Girl!
119 Baby G!
120 Kebahagiaan Penuh
121 Semua Akan Indah Pada Waktunya
122 Promosi Novel Terbaru: Gadis Tanpa Nasab & Putra Ningrat
123 Promosi Novel: Staycation With Boss
124 Promosi Novel Terbaru: Duda Terpaksa Turun Ranjang
Episodes

Updated 124 Episodes

1
Awal Mula
2
Satu Atap dengan Mertua
3
Menantu Pulang Malam
4
Duka dan Dalih
5
Kasih Sayang Berdasarkan Kalender
6
Istri Mas Gibran Tidak Menarik
7
Pilihan yang Sama Beratnya
8
Wanita Hanya Bisa Bekerja
9
Lelah Bertubi
10
Tak Ada Tempat Mengadu
11
Penurunan Pendapatan
12
Meminta Cucu
13
Polycystic Ovarian Syndrome
14
Salah Paham Mertua dan Menantu
15
Dikira Mandul
16
Tidak Ada Rasa Aman
17
Anjuran Poligami
18
Kedatangan Sang Mantan
19
Lebih Baik Menikahi Lagi
20
Poligami Bukan Cara Menyelesaikan Masalah
21
Teringat Pesta Pernikahan Kala Itu
22
Berusaha Mengambil Hati
23
Membanding-bandingkan
24
Komitmen Satu Istri
25
Kedatangan Orang Tua Giselle ke Bandung
26
Curhatan
27
Waktu Berdua Saja
28
Ketika Tergesa-gesa
29
Doa dan Harapan yang Baik dari Keluarga
30
Kembali ke Rumah
31
Memicu Masalah
32
Pergi dari Rumah
33
Mengejar Giselle
34
Mencoba Meluluhkan Giselle
35
Kembali ke Pondok Mertua
36
Pagi dalam Keheningan
37
Istri dan Ibu Sama-Sama Mulianya
38
Perang Dingin
39
Bara dalam Rumah Tangga
40
Pisah Rumah
41
Dipaksa Menikah Lagi
42
Kenangan di Jalan Braga
43
Kembali Dipertemukan
44
Semalam Bersama
45
Saling Memaafkan
46
Pagi Penuh Amarah
47
Pamit
48
Rumah Kita!
49
Orang Tua Giselle ke Bandung
50
Mendengarkan Kejujuran Anak dan Menantu
51
Sekadar Menikmati Akhir Pekan
52
Tidak Abai Kepada Ibu
53
Ditenangkan Istri
54
Recharge Terbaik
55
After Care
56
Keanehan Seorang Giselle
57
Positif atau Negatif?
58
Kebahagiaan dan Takut Menyusahkan
59
Kebahagiaan Orang Tua Giselle
60
Memeriksakan Kehamilan
61
Memberitahu Mertua
62
Diragukan Lagi
63
Hati yang Penuh Luka
64
Tidak Pernah Meragukan
65
Ingin Bayi Laki-laki atau Perempuan?
66
Hyperemesis Gravidarum
67
Merasa Tidak Diberitahu
68
Doa di Sepertiga Malam
69
Sudah Membaik
70
Welcome Home
71
Bisa Kembali Bekerja
72
Dijenguk Mertua
73
Tidak Perlu Dimasukkan Telinga
74
Ngidam Belimbing
75
Indah Saat Berjuang Bersama
76
Niat Baik Tak Tersambut
77
Patah Tangan
78
Menantu Berhati Malaikat
79
Kebaikan yang Tulus
80
Pendamping yang Sepadan
81
Gantian Berjaga
82
Walau Tak Dihiraukan
83
Sudah Boleh Pulang
84
Kehamilan Selalu Punya Cerita
85
Memupuk Kerinduan
86
Bangun Lebih Siang
87
Anak dan Menantu Tante Rani
88
Membersihkan Rumah Mertua
89
Kontradiktif Seorang Menantu
90
Baby Boy atau Baby Girls
91
Baby Girl yang Cantik
92
Kemelut di Rumah Tante Rani
93
Tidak Semua Memiliki Menantu Rasa Anak
94
Pedih Hati
95
Ingin Kembali Pulang
96
Rekonsiliasi
97
Rencana Acara Empat Bulanan
98
Kedatangan Tante Rani Tiba-Tiba
99
Saling Mensupport
100
Tasyukuran Empat Bulanan
101
Memulihkan Hubungan Antar Besan
102
Baby Moon Tipis-Tipis
103
Malam di Kota Lombok
104
Prahara Rumah Tangga yang Lain
105
Terkoyaknya Komitmen Pernikahan
106
Tidak Pulang Semalam
107
Hari-Hari Baby Moon
108
Berusaha untuk Mengelak
109
Kembali ke Bandung
110
Firasat Tidak Enak
111
Mencari Tahu
112
32 Weeks
113
Teman Giselle dari Singapura
114
Tabir yang Tersingkap
115
Dua Perahu Karam
116
Memilih Jalan Masing-Masing
117
Tanda-Tanda Hendak Bersalin
118
Welcome Our Baby Girl!
119
Baby G!
120
Kebahagiaan Penuh
121
Semua Akan Indah Pada Waktunya
122
Promosi Novel Terbaru: Gadis Tanpa Nasab & Putra Ningrat
123
Promosi Novel: Staycation With Boss
124
Promosi Novel Terbaru: Duda Terpaksa Turun Ranjang

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!