Sudah enam bulan berlalu sejak Giselle mengunjungi Dokter Kandungan dan juga menerapkan diet sehat. Walau banyak tudingan dari ibu mertuanya, tapi dalam enam bulan terakhir Giselle benar-benar mengubah pola hidupnya. Mengurangi makanan junk food, mengurangi makanan yang manis-manis, banyak mengonsumsi buah dan sayur, serta banyak olahraga.
Walau untuk olahraga harus Giselle lakukan ketika jam istirahat di kantor karena ada fasilitas gym di kantor, sehingga dimanfaatkan Giselle untuk membakar lemaknya. Dalam kurang waktu enam bulan berat badan Giselle sudah kurang dari 90 kilogram menjadi 75 kilogram. Namun, Giselle masih harus menurunkan beratnya di angka 60 kilogram agar ideal dengan berat badannya. Namun kehilangan belasan kilogram saja wajah Giselle sudah lebih tirus, lengan dan paha juga tidak terlalu besar. Sayangnya, dia justru kembali mendapat tudingan dari ibu mertuanya sendiri.
"Istri kalau sudah diet, tampil cantik pasti ada pria idaman lain di luar sana," ucap Bu Rosa dengan memandang tajam kepada Giselle.
Biasanya ketika wanita berhasil diet dan size pakaiannya berubah, memang wajah bisa berubah, terkesan lebih cantik. Akan tetapi, Bu Rosa justru menuding Giselle memiliki pria idaman lain di luar sana.
"Tidak pernah ada yang lain, Bu ... Giselle selamanya akan setia dengan Mas Gibran. Itu pun, jika Mas Gibran tetap setia dengan Giselle," balasnya.
Dalam berumahtangga, Giselle tidak menuntut apa pun. Dia tidak mempersoalkan gaji pendapatan suaminya yang lebih kecil darinya. Yang Giselle minta adalah kesetiaan. Hati yang setia.
"Gibran sih gak bakalan nyeleweng di luar sana. Yang ada justru kamu yang main-main di luar. Lihat tuh, dulu memakai celana panjang, sekarang memakai rok panjang. Apa yang kamu pamerkan?"
Giselle mengamati dirinya. Sekarang, saja dirinya masih mengenakan kemeja panjang dan rok panjang. Bukan rok pendek. Itu juga karena celana panjang miliknya banyak yang kebesaran sekarang.
"Bisanya kerja, kerjaan rumah gak cakap, punya anak juga tidak. Ibu yakin, di sini yang mandul adalah kamu," ucap Bu Rosa dengan melirik Giselle.
Telinga Giselle rasanya memerah. Lagi, dia dituding oleh ibu mertuanya sendiri sebagai wanita mandul dan tidak bisa memberikan anak untuk Gibran. Itu adalah ucapan yang begitu pedas dan menyayat hati.
"Giselle tidak mandul, Bu," ucapnya sekarang dengan berlinang air mata.
Hatinya terlampau sakit untuk mendengar dan menerima semua perkataan pedas ibunya. Dulu, masih ada hari baik di mana ibu mertuanya akan menyayanginya di tanggal-tanggal tertentu. Sekarang, sudah tidak ada. Terlebih dengan begitu lamanya mereka menunggu dan masih belum dipercaya untuk mendapatkan anak. Atmosfer di dalam rumah itu terasa kian panas saja rasanya.
"Gak bisa punya anak itu namanya mandul. Gak ada PCOS-PCOS kayak gitu. Pengalaman Ibu jauh lebih banyak dari kamu. Hanya alasan saja. Atau mungkin kamu mau kayak selebgram sekarang, hidup bahagia tanpa anak. Child free. Iya?"
Sekarang Bu Rosa meninggikan nada suaranya dan matanya melotot, begitu sebal dengan Giselle. Bahkan Bu Rosa mengaitkan Giselle dengan postingan selebgram yang mengatakan hidup bahagia dan awet muda dengan tidak memiliki anak. Bu Rosa sangat yakin dengan pekerjaannya, sudah pasti Giselle tak ingin memiliki anak.
"Kamu itu nyalahin kodrat, Sell. Kodrat wanita itu harus hamil dan melahirkan. Bukan cari duit!"
Giselle menundukkan wajahnya. Lagipula, siapa yang menyalahi kodrat. Dia sudah dan sedang berusaha. Namun, memang belum dianugerahi Tuhan dengan keturunan. Dia sudah meminta dalam sujudnya, tapi memang jawaban doa pun Allah meminta hambanya untuk sabar dan menunggu.
"Kalau Giselle tidak mencari uang, apa dapur di rumah ini bisa mengepul Bu?" tanya Giselle sekarang dengan berlinang air mata.
Bukan merendahkan, tapi Giselle lah yang memberikan sebagian gajinya untuk ibu mertuanya. Uang yang dia dapatkan untuk dirinya bukan untuk bersenang-senang, tapi untuk mengutamakan keluarga.
"Sok ya kamu. Mentang-mentang bisa ngasih 3,5 juta sebulan. Operasional rumah ini lebih dari itu? Lagipula, kamu anak orang kaya, tinggal minta. Gak usah capek-'capek kerja!"
"Yang kaya Mama dan Papa, Bu. Bukan Giselle. Semua itu adalah penghasilan dan pendapatan Mama dan Papa, bukan Giselle. Lagipula, Giselle tidak pernah mengharap mendapatkan kekayaan atau warisan dari Mama dan Papa," ucap Giselle.
Ya, itulah Giselle. Dia tidak pernah silau dengan kekayaan orang tuanya. Bagi Giselle, justru dia akan merasa bangga ketika bisa naik dengan usahanya sendiri, dengan kerja keras.
"Sudahlah, Sell ... pergi sana. Untuk apa juga, kamu di sini kalau bikin Ibu tambah pusing. Menantu mandul banyak gaya!"
Merasa kehadirannya sudah tak diinginkan ibu mertuanya, Giselle segera angkat kaki, dengan membawa hand bag miliknya. Dia pergi bekerja dengan berlinang air mata. Mengemudikan mobilnya saja, air mata Giselle terus berlinang. Sesekali, dia memegangi dadanya yang terasa sesak.
"Ya Allah, kapan ibu bisa menerimaku dan menyayangiku apa adanya. Tidak memandang rendah aku. Tidak menudingku sebagai perempuan mandul. Engkau yang bisa membolak-balikan hati manusia, kiranya Engkau juga membalikkan hati ibu. Taruhlah sedikit rasa sayang di hati Ibu untuk hamba. Penuhi kebaikan dan kebahagiaan untuk Ibu."
Tidak membenci, tapi Giselle mendoakan supaya Allah yang menyentuh hati ibu mertuanya. Membalikkan hatinya kepada kebenaran. Doa dalam hatinya dan air matanya benar-benar mengharapkan yang baik untuk ibu mertuanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Alana
mertua lucknut ... emosi bcanya Thor aku
2023-10-25
0
manda_
serba salah ya ibu mertua macam itu
2023-03-14
0
Enisensi Klara
Bu Rosa kapan meninggoy nya sih kesal aku 😤😤😤😠😠😠🙄🙄
2023-03-14
0