Selang satu bulan berlalu, sekarang kediaman Winatha digunakan untuk arisan PKK. Sebenarnya, arisan di tempat Bu Rosa sudah harus dilakukan satu bulan yang lalu. Akan tetapi, terpaksa digelar di rumah yang lain karena waktu itu keluarga Winatha usai berduka. Sekarang, Bu Rosa pun berjibaku menyiapkan aneka camilan yang akan disajikan saat arisan ibu-ibu PKK nanti.
Sebagai menantu, Giselle pun juga membantu Ibu mertuanya untuk membuat sendiri aneka camilan. Bahkan Giselle dengan merogoh koceknya sendiri membelikan aneka kue untuk arisan PKK hari ini.
"Apa lagi yang perlu Giselle bantu, Bu?"
"Sudah, Sell. Nanti kalau sudah waktu mengeluarkan makanan, tolongin Ibu untuk mengeluarkan semua makanan dan minumannya yah," balas Bu Rosa.
"Iya, Bu ... nanti biar Giselle yang mengeluarkan semua makanannya."
Terlihat bahwa Giselle pun adalah sosok yang baik dan ringan untuk membantu. Semua itu juga karena Giselle merasa bahwa ibu mertuanya, walau kadang judes dan ketus, Giselle tetap menganggapnya ibu, dan suatu hari nanti, siapa tahu ibu mertuanya bisa menyayanginya dengan tulus.
"Sudah ada yang bantuin belum Bu Rosa?"
Beberapa ibu-ibu dari arisan PKK bertanya kepada Bu Rosa. Sebab, beberapa tetangga juga tahu bahwa Bu Rosa sekarang menjanda. Sehingga, pasti tidak ada yang membantu di rumah.
"Sudah ada kok, Bu ... itu dibantuin oleh menantu, istrinya Gibran," balasnya.
Rupanya beberapa tetangga, terutama untuk tetangga satu RT yang rumahnya agak jauh dari kediaman Winatha sangat kaget melihat istrinya Gibran. Di mata mereka, Gibran yang tampan dan memiliki postur tubuh yang tegap, tidak layak bersanding dengan istrinya yang bertubuh besar.
"Maaf nih Bu Rosa, istrinya Mas Gibran yang gendut itu?" tanya seorang ibu yang lain.
"Hmm, iya, Bu. Itu istrinya Gibran," balas Bu Rosa.
"Mas Gibran milih istrinya gimana sih ... Mas Gibran kan cakep gitu, tegap, masak istrinya enggak good looking banget," balas Bu Bandi yang datang ke sana.
Bahkan secara terang-terangan Bu Bandi mengatakan bahwa Giselle tidak good looking. Sebenarnya Giselle memiliki wajah yang cukup cantik. Kulitnya pun putih dan bersih. Hanya saja, masalah utama yang dimiliki Giselle adalah berat badannya yang mencapai 90 kilogram. Sehingga Giselle memang memiliki tubuh yang besar.
Giselle samar-samar mendengar pembicaraan para ibu mengenai dirinya yang tidak good looking. Di dapur, Giselle menundukkan wajahnya. Memang bisa dia amati, bagian lengannya yang besar, lipatan lemak di perut, paha, dan pantat. Namun, bagaimana lagi sejak dia kecil memang Giselle memiliki tubuh yang gemuk.
Menjadi korban bully karena berat badannya, bukan hanya satu atau dua kali dialami Giselle. Sejak kecil, orang-orang mengejeknya gendut. Namun, ketika dia dibully di rumah mertuanya sendiri rasanya itu lebih menyakitkan. Bahkan sekarang Ibu mertua ikut tersenyum, tidak ada yang mencoba membelanya.
Giselle menguatkan hatinya. Dia memilih menunggu di dapur. Hingga ketika acara memasuk istirahat, dia mulai menyajikan makanan dan minuman untuk para ibu PKK yang jumlahnya lebih dari 50 orang.
"Menantu atau pembantu, Bu Rosa?" tanya Bu Bandi lagi.
"Mantu, Bu ... istrinya Gibran," balas Bu Rosa dengan tertawa.
"Oh, maaf ... istrinya Mas Gibran yah. Saya pikir pembantu di rumah ini," jawab Bu Bandi.
Giselle akhirnya tersenyum dan menatap Bu Bandi. "Terima kasih untuk perkataannya," balasnya.
Walau terkesan lembut, tapi Bu Bandi seolah mendapat perlawanan dari Giselle. Usai menyelesaikan semua arisan dan membantu mencuci piring dan gelas, Giselle memilih menenangkan dirinya ke kamar.
Menyadari kedatangan Giselle, Gibran yang baru saja pulang karena mengurus kerjaan pun menanyai istrinya yang kelihatan bad mood itu.
"Kenapa, Sayang?" tanyanya dengan mengambil duduk di samping Giselle.
"Enggak apa-apa kok, Mas," balasnya.
"Sama Ibu lagi?" tanya Gibran. Seketika Gibran menerka mungkin Giselle menjadi bad mood seperti ini karena ibunya. Memang beberapa kali, ibunya seolah tidak menunjukkan sikap yang baik kepada Giselle.
"Aku enggak good looking ya Mas?" tanya Giselle sekarang.
"Siapa yang bilang?" balas Gibran.
"Ibu-ibu di PKK tadi. Katanya, aku bukan seperti menantu, tapi pembantu. Kamu cakep gitu, sementara aku begitu gendut. Tidak menarik," jawabnya dengan jujur.
Gibran kemudian menggelengkan kepalanya dan menggenggam kedua tangan Giselle. "Jangan dimasukkan hati. Selalu aku bilang, aku cinta kamu apa adanya. Aku suka kamu yang seperti ini," balas Gibran.
Giselle menitikkan air matanya. Benar, suaminya tulus dengannya. Namun, juga orang-orang justru selalu menggunjingkannya. Melain hanya wanita cantik yang cocok bersanding dengan pria tampan. Begitu juga dengan Giselle yang dihakimi dan dinilai tidak cocok sama sekali dengan Gibran, hanya karena dirinya yang tidak good looking.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
ArRaf
ih sama Selle 😭😭😭 selalu dikatain mulu terlebih tetangga di rumah mertuaku masih sodaraan , ada 10 KK semua masih sodara , selalu ngatain gemuk lah , nyuruh diet lah , padahal suamiku ya seperti gibran gtu malah melarang buat diet , katanya dr pd nyari penyakit , mending gini aja yg penting sehat 🥺
2023-05-29
0
manda_
lanjut thor semangat buat up lagi semangat gisel kamu pasti bisa buat kamu lebih cantik dan seksi
2023-03-11
1
Enisensi Klara
Mulutmu Bu mau di gadaikan jahat banget 🙄🙄🙄
2023-03-06
0