Bismillahirohmanirohim.
Janji tetaplah janji, sebuah janji tentunya harus dipenuhi, jika tidak ditepati maka orang tersebut dipastikan sudah mengingkari janjinya sendiri.
Nenek Rifa siang itu setelah mengobrol sejenak dengan Nafisa dan Jihan. Nenek Rifa langsung menghubungi putranya untuk pulang lebih awal.
Nenek Rifa juga mengatakan Nafisa meminta untuk berziarah ke makam bundanya. Radit sempat menyengerti bingung. Mereka akan berziarah ke makam mana? sedangkan kejadian dimasa lalu membuat mereka tak bisa berdziarah ke makan mantan istrinya.
Radit memang biasa saja, karena hubungan dirinya dan mantan istrinya dulu kurang baik, sejak sang mantan istri hamil Nafisa..
Nafisa ada karena perjuangan Radit, tapi tidak ada satupun keluarga yang tau tentang keadaan pernikahan Radit dan mantan istrinya dulu. Yang mereka tau hubungan Radit dan Nita baik-baik saja. Apalagi mengetahui Nita hamil, tentu saja mereka sangat bahagia.
Diantara mereka semua ada yang tidak bahagia tentang kabar Nita hamil. Orang yang tidak bahagia itu adalah Nita sendiri.
Yang tau semua fakta kebenaran itu hanyalah Radit yang tau, jika bukan Radit mungkin Nafisa tidak akan pernah ada. Beberapa kali Nita mencoba menggugurkan kandungan tapi selalu gagal.
Allah rupanya berkehendak lain, Radit selalu datang tepat waktu jika Nita akan mengugurkan kandungnya. Sehingga Radit dapat mencegah Nita atas niat buruknya itu.
Takdir Nafisa memang sudah dituliskan oleh Sang Pencipta, sekuat apapun Nita berusaha mengugurkan kandungnya, jika Allah menetapkan kandungan itu tetep sehat maka tidak akan pernah berhasil. Takdir ada di tangan sang Maha Kuasa.
Radit sudah berada di rumah setelah melaksanakan shalat dzuhur di kantor lebih dulu, barulah dia pulang.
"Assalamualaikum." Salam Radit.
Radit masuk ke dalam rumah, keadaan rumah ternyata sepi, hanya ada para pekerja di dapur.
"Bi Minah, mama mana ya?" tanya Radit sopan.
"Di kamar pak Radit, kata ibu suruh tunggu saja dulu, begitu pesan ibu kalau pak Radit pulang."
Radit mengangguk mengerti, setelah bertanya pada pekerja rumah, Radit memutuskan untuk duduk di ruang tamu, sambil mengerjakan beberapa berkas yang belum sempat Radit cek.
Radit benar-benar fokus pada kegiatannya, dia sudah tidak peduli dengan sekitar, jika sudah berperang bersama pekerjaannya Radit memang sangat fokus.
Nenek Rifa menghampiri kamar cucunya lebih dulu, sebelum turun ke lantai bawah, nenek Rifa belum tau jika Radit sudah datang sedari tadi.
"Nafisa sudah siapa?" nenek Rifa masuk lebih dalam ke kamar Nafisa.
"Sudah nek, Nafisa sudah siap dari 20 menit yang lalu, tapi nenek bilang jangan keluar dulu sebelum nenek sendiri yang datang ke kamar Nafisa."
"Iya, iya, sudah ayo kita semua berangkat." Ajak nenek Rifa.
Nenek Rifa jalan lebih dulu diikuti oleh Jihan dan Nafisa di belakangnya. Sampai di lantai bawah nenek Rifa melihat putranya sedang fokus pada hp, nenek Rifa tau jika Radit sedang mengerjakan pekerjaan kantor.
"Radit sudah dari tadi?"
Radit melihat mamanya dan yang lain sudah di depanya, segera menyimpan ponselnya kembali, barulah dia menjawab pertanyaan sang ibu.
"Lumayan ma, gimana kita mau berangkat sekarang?"
"Iya, ayo kalau diundur lagi keburu sore."
Mereka semua segera menuju mobil Radit, tak taunya Ayu, baru saja akan masuk ke dalam rumah saat mereka mau keluar.
"Loh, mau pada kemana ini?"
"Kota B, Ayu," jawab nenek Rifam
"Mau ngapain di sana? Ayu ikut pokoknya. Tungguin ayu titik!"
Buru-buru Ayu masuk, dia mengganti bajunya secepat kilat tidak butuh waktu lama Ayu sudah menggunakan baju rapi, buka lagi baju sekolah.
"Lagian kak Ayu kenap pulang cepat? Tumben sekali." Ujar Nafisa merasa heran.
"Iya Nafisa, gurunya lagi pada rapat, jadi semua siswa-siswinya di pulangkan lebih awal."
"Ooh begitu."
Mereka semua sudah berada di dalam mobil, nenek Rifa duduk di depan sebelah putrnya sedangkan Nafisa, Jihan dan Ayu duduk di kursi belakang. Radit sedari tadi melihat ke arah mamanya dengan gusar. nenek Rifa tau apa yang menyebapakan Radit gusar.
"Tenanglah Radit, mama sudah mengatur semuanya." Ucap nenek Rifa pelan sekali.
Saking pelannya nenek Rifa berucap sampai Radit saja hanya mendengar samar-samar apa yang dikatakan nenek Rifa. Radit yang paham apa kata mamanya mengangguk mengerti.
Ada perasaan lega di hati Radit mengetahui mamanya sudah mengatur semua ini. "Iya mama, papa tau kalau kita ke kota B?" tanya Radit basa-basi.
"Tau mama sudah menghubungi papamu lebih dulu."
"Apa kata papa?"
"Tidak ada, papa hanya berpesan jangan pulang terlalu sore."
Dikursi belakang Nafisa, Jihan dan Ayu sibuk dengan kegiatan mereka sendiri.
"Kak Ayu coba baca ini, sampai selesai tapi ya." Suruh Nafisa.
Nafisa menyodorkan hpnya pada Ayu yang berisi sebuah konten, "Oke." Balas Ayu patuh.
Kak Ayu mulai membuka mulutnya. "Astagfirullah hal-Adzim, Astagfirullah hal-adzim, Astagfirullah hal-adzim."
"Terus kak Ayu." Suruh Nafisa lagi.
Jihan juga ternyata membaca isi konten itu juga, tapi hanya di dalam hatinya saja.
Kala Nafisa menyuruh Ayu terus membaca konte itu Ayu pun menurut saja. "Subhanallah, subhanallah, subhanallah."
"Alhamdulillah, Allhamadulilah, Allhamadulilah."
"Allahu akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar."
"Allahuma sholi 'ala sayidina muhammad wa 'ala ali sayyidina muhammad, Allahuma sholi 'ala sayidina muhammad wa 'ala ali sayyidina muhammad,
Allahuma sholi 'ala sayidina muhammad wa 'ala ali sayyidina muhammad."
"Lailahaillallah."
"Allhamadulilah hari ini kak Ayu sudah berdzikir." Nafisa menahan tawanya.
Biasanya Ayu akan marah jika diledek Nafisa, kali ini dia tidak marah sama sekali, mungkin saja efek dari membaca dzikir dan sholawat.
"Terima kasih Nafisa sudah mengingatkan kak Ayu."
"Sama-sama kak Ayu." Jawab Nafisa nyengir.
Yang paling merasa aneh Jihan, baru pertama kali dia melihat Nafisa dan Ayu akur seperti ini, percayalah nanti 2 atau 3 jam lagi mereka berdua akan kembali menjadi tom and jerry.
'Allhamadulilah.' Batin Jihan, dia kira Nafisa dan Ayu tidak akan bertengkar lagi.
3 jam berlalu akhirnya mereka sampai di pemakaman kota B, semuanya segera turun dari mobil.
"Yeee!" entah apa yang membuat Nafisa senang, mungkin karena pergi ke makam bundanya.
Radit menatap putrinya iba, hanya Radit yang mengetahui jika kenyataan pahit manta istrinya tidak menginginkan Nafisa. Radit memendam semuanya sendiri karena sudah berlalu dan Nita juga sudah tiada.
"Nafisa jangan lari-lari." Tegur Jihan.
Jihan segera menyusul Nafisa yang terus saja berlari dia tidak ingin terjadi apa-apa pada Nafisa. Kalau Nafisa jatuh juga pasti dia akan kena marah, dia juga pasti bakal kena getahnya.
"Nafisa tunggu mbak Jihan, jangan lari." Teriak Jihan mulai khawatir.
Nenek Rifa dan Ayu segera menyusul Jihan dan Nafisa, berbeda dengan Radit yang masih diam di tempatnya.
"Nafisa jangan lari-lari." Peringati Jihan sekali lagi. Dia masih berusaha menghentikan Nafisa.
Tapi Nafisa tidak mendengarkan apa yang dikatakan Jihan.
Bruk!
"Nafisa!" teriak Jihan melihat anak itu terjatuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Yani
Tu kan Nafisa jadi jatuh
2024-01-24
0
Ahmad Syarif
lnjut up thor
2023-03-09
3