Bismillahirohmanirohim.
Sore hari Radit baru ingat jika dia tak menjemput Nafisa sekolah, dia juga tak menyuruh orang rumah untuk menjemput mereka.
"Ya Allah."
Radit sampai mengguyur rambutnya sendiri ke belakang saking frustasinya. Bagaimana bisa dia melupakan Nafisa, saking sibuknya dengan pekerjaan di kantor..
Buru-buru Radit pulang. Dia ingin meminta maaf pada Nafisa, karena dia sudah lalai. Memikirkan Nafisa pulang sekolah naik apa Radit kembali merasa bersalah.
Disini lain Radit merasa lega, karena ada Jihan yang pasti menjaga Nafisa dengan baik. Apalagi meningat Jihan sangat perhatian pada Nafisa membuat Radit menghembuskan nafas lega.
"Ya Allah, maafkan ayah Nafisa, ayah tidak bermaksud membiarkan kalian pulang sendiri."
Radit yakin pasti Nafisa dan Jihan sudah berada di rumah.
Radit sudah sampai di loby perusahaan Amran Mining. Baru saja menginjak kaki di loby, Radit sudah menangkap sosok perempuan yang selama 6 bulan ini bersama dirinya.
"Elsa, untuk apa dia kemari?" gumun Radit.
"Ya Allah, bagaimana ini? Aku ingin pulang dan bertemu Nafisa, kenapa ada Elsa di sini." Keluh Radit.
Radit terus saja menyebut nama Allah, untuk menenangkan perasaanya.
Elsa yang berdiri di loby langsung melambaikan tanganya pada Radit, tak lupa Elsa mengembangkan senyumnya pada Radit.
"Radit." Panggil Elsa manja.
Elsa berjalan mendekati Radit, sementara Radit pura-pura tidak melihat Elsa, dia juga pura-pura tidak mendengar Elsa memanggil dirinya.
"Radit, aku dari tadi panggilin kamu loh, kok sibuk sama hp mulu." Ucap Elsa yang sudah memegang lengan Radit.
"Elsa, kenapa kamu bisa di sini?" tanya Radit,
dia pura-pura kaget.
"Kenapa kamu nggak suka aku dateng ke sini? Aku mau ngajak kamu jalan yuk ke Mall, aku lagi butuh sesuatu buat aku beli."
Elsa tidak ada malu-malunya, dia langsung to the point pada Radit, mengatakan apa yang dia inginkan.
"Tapi Elsa, ini sudah sore. Lagipula aku harus pulang, kapan-kapan saja oke." Bujuk Radit.
"Ayolah Radit, sebentar saja." Pinta Elsa lagi.
Radit menghembuskan Nafas panjang. "Oke, tapi setelah itu pulang ya, aku benar-benar terburu-buru Elsa."
"Iya, iya aku janji. Jika sudah mendapatkan apa yang aku inginkan kita pulang."
Radit rasayan terpaksa sekali mengantar Elsa ke Mall, dengan langkah malas Radit masuk ke dalam mobilnya diikuti Elsa..
Radit masih bingung kenapa tadi Elsa tidak bertanya kenapa dia buru-buru ingin pulang. Tapi setelah itu Radit masa bodo amat.
Sampai di Mall Radit hanya mengikuti Elsa saja, Radit membiarkan apa saja yang Elsa ambil. Sedangkan matanya menangkap sesuatu, Radit segera mengambil benda itu. "Pasti Nafisa suka." gumunya.
Tanpa Radit sadari sedari tadi ada seorang yang terus memantau dirinya dan Elsa dari cctv.
Setelah selesai Radit melakukan pembayaran, dia tak hanya membayarkan belanjaan dirinya saja, tapi milik Elsa yang sangat banyak juga Radit membayarnya.
"Totalnya 10 juta pak."
"Apa mbak serius? 10 juta." Mbak kasir mengangguk.
"Kenapa kamu kaget sih Dit? Bukanya kamu tahu ya kalau kebutuhan aku banyak."
"Iya."
Tanpa bertanya lagi Radit langsung membayar semua belanjaan itu yang mencapai 10 juta.
Selesai belanja Radit langsung mengantar Elsa pulang, Radit sudah kesal, hampir magrib dia baru sampai di rumah.
"Radit, Radit, tanpa keluar uang aku dapat yang aku mau, sering-sering seperti ini." Ucap Elsa pada diri sendiri dengan perasaan tenang.
Benar saja sampai di rumah hari sudah mulai gelap, bahkan semua orang sudah bersiap untuk shalat.
"Assalamualaikum." Salam Radit.
Pintu rumah sudah tertutup rapat. Karen hari hampir magrib. Maka dari itu Radit tak bisa langsung masuk ke dalam rumah.
Jihan yang tak sengaja lewat membuak pintu itu sambil menjawab salam. "Wa'alaikumsalam."
Hal yang pertama Jihan lihat saat membuka pintu wajah tampan Radit yang nampak kelelahan dan sangat kusut.
"Pa-k Ra-dit." Ucap Jihan putus-putus.
Radit sempat terpana sejenak melihat Jihan mengenakan mukena, untuk pertama kalinya Radit melihat muka Jihan secara jelas.
Bisanya dia hanya melihat seklias, karena Jihan lebih sering menunduk saat bertemu dengan dirinya.
'Ya Allah, ternyata dia cantik, wajahnya adem sekali.' Batin Radit tanpa sadar.
Hmmm
Dehem Radit yang langsung pergi dari hadapan Jihan.
Setelah sadar Jihan langsung pergi juga, dia sangat malu sekali pada Radit.
Saat makan malam tiba Radit meminta maaf pada Nafisa. Sayangnya Nafisa seakan tidak peduli dengan permintaan maaf ayahnya.
"Nafisa maafkan ayah tadi siang tidak menjemput kamu sekolah."
Nafisa benar-benar tidak menghiraukan Radit.
"Mbak Jihan, aku sudah kenyang." Ucap Nafisa dingin.
"Ayo ke kamar belajar." Ajak Jihan.
Tanpa berkata sepatah katapun Nafisa meninggalkan ruang makan, sehingga membuat heran orang-orang yang ada di ruang makan.
"Apa yang kamu lakukan pada Nafisa, Radit?"
"Aku lupa menjemputnya sekolah ma."
"Sepertinya bukan itu saja yang membuat Nafisa marah mas." Sahut Ayu.
Radit hanya mampu menghembuskan nafas kasar.
Kakek Amran yang berada di ruang makan juga merasa bersalah pada Radit.
"Maafkan papa, apakah karena pekerjaan yang papa berikan padamu di kantor tadi membuat kamu lupa menjemput Nafisa."
"Tidak pa, aku saja yang terlalu ceroboh."
Nenek Rifa merasa senang, karena anaknya sudah mulia kembali peduli pada sang cucu.
Di kamar Nafisa.
Bocah cilik itu sudah nampak lebih baik dari sebelumnya. Selesai belajar Nafisa sudah bersiap untuk menjemput alam mimpi.
Jihan menemani Nafisa untuk tidur.
Kadang Jihan tak sengaja tidur di kamar Nafisa, jika dia sudah sangat mengantuk sekali.
"Nafisa ayo tidur besok kamu sekolah." Bujuk Jihan.
"Nafisa belum ngantuk mbak Jihan." Jawabnya.
Jihan terdiam sejenak, sejak kemarin ada yang ingin Jihan tanyakan pada Nafisa.
"Nafisa boleh mbak Jihan bertanya sesuatu?" Nafisa mengangguk.
"Ya mbak Jihan mau tanya apa?" ucapnya menatap Jihan.
Walaupun ada perasaan ragu Jihan tetap memberanikan diri untuk bertanya.
"Nafisa kenapa tidak sudah pada mbak Elsa? Bukakah dia baik pada Nafisa, mbak Jihan rasa mbak Elsa cocok jadi mama Na-" ucap Jihan tertahan.
"Mbak Jihan pergi!" usirnya.
"Eh, apakah mbak Jihan salah?" bingung Jihah, karena tiba-tiba saja Nafisa marah pada dirinya.
"Aku bilang pergi! Ya pergi! kenapa masih banyak tanya! pergi!" bentak Nafisa.
Deg!
Nyes!
Sakit sekali hati Jihan dibentak seperti ini oleh Nafisa, tapi Jihan sadar dia salah.
"Pergi!"
"Eh, iya mbak Jihan pergi." Ucap Jihan.
Walaupun sudah keluar dari kamar Nafisa, tapi dia tidak benar-benar pergi dari sana.
"Ya Allah, sabar Jihan kamu yang salah." Ucapnya pada diri sendiri.
"Mbak Jihan kenapa?" melihat Ayu, Jihan menggeleng, tapi Jihan tetap menatap pintu kamar Nafisa.
Nafisa di dalam menangis tanpa suara, saat Jihan sudah pergi.
Dia kira mbak Jihan sudah seperti Bundanya sendiri, nyatanya dia salah. Jihan malah mendukung orang lain untuk menjadi bundanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Yani
Nafisa kamu salah paham sayang
2024-01-24
0
Sandisalbiah
harusnya Nafisha ini bicara secara langsung tentang apa yg dia rasakan.. jgn semua di pendam sendiri..
2023-12-01
0
Bro Koli
Nafisa kak
2023-03-05
2