Bismillahirohmanirohim.
Waktu 4 bulan sudah berlalu bagi Jihan tak terasa dia sudah berada di kota dalam jangka waktu 4 bulan.
4 bulan ini pula Jihan berada diantara keluarga Amran, sudah 4 bulan hubungan Jihan dan Nafisa semaikan membaik saja, sejak insiden dimana Nafisa menurunkan Jihan dari mobil.
Walaupun Jihan sudah 4 bulan berada di kediaman keluarga Amran, bagi Radit tidak merubah apa pun untuk dirinya.
Radit masih belum dekat dengan putrinya, semakin kesini Radit semakin dingin saja, tapi ada satu hal yang tidak Radit ketahui tentang rasa yang ada di dalam hatinya.
Radit juga masih berstatus kekasih Elsa, Radit belum juga melepaskan Elsa. Dia masih tetap dengan pendirinya sendiri.
Tidak peduli mama dan papa, juga sang anak tak menerima Elsa sama sekali, Radit benar-benar mengesampingkan hal tersebut.
"Mbak Jihan." Panggil Nafisa.
"Iya ada apa, Nafisa?"
Jihan sedang bersama Nafisa di kamar Nafisa tentunya. Kebetulan sekali hari ini, hari libur.
"Mbak main yuk sekali-kali keluar, ajak kak Ayu juga." Ajak Nafisa.
"Boleh tapi bilang dulu sama nenek ya."
Nafisa mengangguk, dia sekarang sudah menurut pada Jihan, ya, tetap saja kejahilannya tidak hilang sama sekali.
Sifat dinginnya pada sang ayah masih tetap ada, karena semakin kesini ayahnya seperti tidak mempedulikan dirinya. Itulah yang Nafisa rasakan, tanpa sepengtahuan Radit, Nafisa tau banyak tentang dirinya dan Elsa.
Nafisa bahkan tau siapa Elsa, maka dari itu ada alasan tersendiri kenapa Nafisa tidak ingin Elsa menjadi bundanya. Ada alasan tersendiri kenapa Nafisa tidak menyukai Elsa. Dia tau tentang kebenaran siapa Elsa.
Hanya Nafisa yang tau apa alasannya dan mungkin jawabannya akan Radit dapatkan seiringnya waktu berjalan.
Kembali bersama Jihan dan Nafisa.Kini keduanya sudah berada di lantai bawah.
"Kak Ayu." Panggil Nafisa sedikit berteriak.
Ayu masih asyik berada di dalam kamarnya, anak SMA itu jarang sekali keluar kamar, dia salah satu gadis yang suka rebahan.
Kalau kata Nafisa, 'Gadis-gadis tapi pemalas, ya, siapa lagi kalau bukan kak Ayu.'
Ayu yang merasa dirinya terpanggil dengan langkah malas dia bangun dari kasuru kesayangannya, tentu saja Ayu tau suara siapa yang baru saja manggil namanya ini.
Tak lama Ayu sudah ada di hadapan Jihan dan Nafisa, sebentar kedua orang itu saling melempar pandangan saat melihat penampilan Ayu yang tidak teratur.
"Kak Ayu ganti baju sana! Ayo kita main ke taman di Balai." Suruh Nafisa. Dia menyuruh Ayu mengganti bajunya lebih dulu.
"Nggak! Kalian aja sana tidak usah ajak kak Ayu, kak Ayu sibuk."
"Ayolah kak Ayu, kalau tidak mau Nafisa nangis nih ya." Ancamnya.
"Yasudah nangis saja sana."
"Ish kak Ayu! Cepat salin tidak! Kalau tidak aku bilang nenek loh ya."
Jihan yang ada diantara 2 orang itu tak bisa berkata-kata, dia hanya mampu diam dan memijat pelipisnya.
Jika sudah seperti ini Jihan hanya bisa jadi patung saja. Nafisa dan Ayu sama-sama tidak ada yang mau mengalah. Besar sama kecil sama saja, sama-sama keras kepala kalau kata nenek Rifa.
Percumah jika Jihan melerai perdebatan mereka berdua, ya seperti ini lah, Jihan hanya mampu menjadi penonton saja.
"Kak Ayu cepat salin!"
Nafisa langsung mendorong Ayu kembali masuk ke dalam kamarnya.
"Ya Allah, ada apa ini ribut-ribut?" nenek Rifa baru saja masuk ke dalam rumah, dia baru saja pergi ada urusan tadi katanya..
Tak taunya sampai rumah malah mendengar kegaduhan cucu dan anaknya sendiri.
Jihan yang kaget dengan kedatangan nenek Rifa, Akhirnya menjelaskan apa yang terjadi, dia tidak berani berbohong dan memang tidak pintar berbohong juga.
"Itu Ma, Nafisa ngajak aku pergi tapi Ayu tidak mau."
"Memang mau main kemana Jihan, Nafisanya?"
"Katanya mau main ke taman di balai, Ma." Nenek Rifa mengangguk mengerti.
Setelah mendengar apa yang Jihan katakan, buru-buru nenek Rifa mendekati kamar putrinya.
"Ayu, cepat ganti baju, sana ikut main bersama mbak Jihan dan Nafisa, temani mereka ke Balai taman." Suruh nenek Rifa.
Ayu semakin mengerut tidak jelas setelah mendengarkan apa yang dikatakan oleh mamanya.
"Hahahahah, tuh denger apa kata nenek, kak Ayu harus ikut aku dan mbak Jihan."
Nafisa malah tertawa mengejek Ayu, setelah mendengarkan apa yang dikatan oleh nenek Rifa.
"Dasar keponakan nyusahin." Dumel Ayu.
"Tidak usah ngedumel kak Ayu."
"Serah!"
15 menit berlalu barulah Ayu sudah rapi, tidak seperti tadi yang sangat acak-acakan dan selama 15 menit itu pula Jihan dengan sabar menunggu keduanya.
"Mbak Jihan maaf ya udah buat mbak nunggu lama."
"Tidak apa kak Ayu."
Mereka segera menuju taman, Ayu dibuat semakin kesal saja oleh Nafisa, karena Nafisa menyuruh mereka ke balai taman jalan kaki.
Sudah tau malas ditambah jalan kaki lagi, walaupun Ayu terus menyalahkan Nafisa dan Nafisa sama sekali tidak peduli, akhirnya mereka sampai juga di balai taman.
"Mbak Jihan, kak Ayu, Nafisa main sama mereka ya." Jihan dan Ayu sama-sama mengangguk.
"Yee!" Nafisa berlari dengan senang.
Ayu langsung mendaratkan bokongnya di bangku taman, diikuti oleh Jihan.
"Mbak Jihan tidak capek apa, jalan jauh?"
"Tidak kak Ayu, aku di desa sudah biasa."
Di sebuah restoran mewah, Radit sedang bersama Elsa. Semakin hari Radit tidak tahu kenapa perasaannya pada Elsa seperti semakin berkurang.
Tapi Radit pintar sekali menutupi perasaannya dari orang lain.
"Radit kapan kamu mau nikahin aku?"
Radit tersenyum manis, dibalik senyum manis itu ada senyum kecut yang Radit tujukan, tapi tidak Elsa tau.
"Kamu tau kan El, kamu harus bisa dekat dengan Nafisa dulu, baru kita bisa menikah."
Elsa menghembuskan nafas kasar.
"Kamu juga tau kan Radit kalau Nafisa tidak menyukaiku? setidaknya setelah aku menikah dengan kamu, aku yakin Nafisa bisa menerimaku, jadi jagan seperti ini." Marah Elsa
Elsa sudah sering sekali mengajak Radit menikah, tapi Radit selalu menolak dengan alasan sama, masalah Nafisa, Nafisa dan Nafisa.
Sampai Elsa malas mendengar nama anak kecil itu.
"Nanti aku bawa kamu ke rumah dulu, baru setelah itu aku bicarakan sama orang rumah."
Elsa tersenyum bahagia, memang sedari dulu itu yang dia inginkan, menjadi istri dari orang terpandang di perusahaan Amran Mining.
'Yes.' Batin Elsa.
Keduanya sibuk dengan hp masing-masing setelah itu, Radit tak sengaja membuka status wa sang adik.
'Aku ingin kesana juga bersama Nafisa dan Ji, Astagfirullah apa yang kamu pikirkan Radit.'
Radit menatap Elsa, perempuan itu fokus sekali pada hpnya, setelah membahas pernikahan Elsa tidak lagi memperhatikan Radit, hanya hp lah fokus Elsa saat ini.
"Elsa, aku duluan ya, ada kerajaan."
Elsa hanya mengangguk untuk merespon Radit dan respons Elsa semakin membuat Radit bingung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 83 Episodes
Comments
Fadhil
bongkar tooor bahwa elsa cewek yang ggak bener
2024-05-08
0
Yani
Layanya Elsa cewrk ga bener
2024-01-24
0
Bro Koli
mbak Jihan. kok jadi mbak Nafisa
2023-03-08
2