#Sindiran kerasa

Bismillahirohmanirohim.

Malam hari di ruang makan keluarga Amran semua sudah berkumpul di sana termasuk kakek Amran sendiri.

Jihan sudah mengenali semua nama-nama orang yang tinggal di rumah mewah itu. Jihan juga tidak boleh memanggil mereka menggunakan sebutan 'tuan' maupun 'nyonya'

Jihan memanggil mereka sesuai sebutan yang diajarkan nenek Rifa. Untuk Rifa harus memanggil mama, sedangkan suaminya, ya, panggil papa. Ayah untuk Radit dan kakak untuk Ayu, adik Radit satu-satunya.

Masih di runag makan, biasanya Nafisa tidak mau makan bersama jika ada ayahnya, entah bocah kecil itu malas saja makan bersama ayahnya.

Kesal tentunya, tapi demi mbak Jihan dia mau makan bersama ayahnya, jika tidak ada Jihan mana mungkin Nafisa mau.

Kalau boleh ditukar sekarang lebih baik, dia memilih mbak Jihan atau ayahnya? tentu saja jawaban Nafisa, dia akan lebih memilih mbak Jihan.

"Mbak, Nafisa mau lauk udang." Pintanya.

Baru pertama kali keluarga Amran melihat Nafisa makan selahap sekarang ini, kakek Amran sampai terenyuh melihat cucunya jadi lebih banyak makan.

"Boleh, tapi nggak boleh kenyang-kenyang ok-" Jihan tak jadi melanjutkan perkataannya.

Jihan baru sadar kalau sekarang dia ada di ruang makan bersama keluarga besar Amran.

"Iya Mbak Jihan, Nafisa tau kok. Makanlah sebelum lapar dan berhentilah sebelum kenyang."

Jihan kaget, dia begitu tertegun atas kata-kata yang keluar dari mulut Nafisa.

"Lagipula Allah tidak suka dengan sesuatu yang berlebihan kan. Benar kan nenek, kakek?"

Kakek Amran maupun nenek Rifa menangguk tanda setuju apa yang dikatakan oleh cucu mereka.

"Tapi Nafisa heran sama orang-orang sekarang. Sukanya yang berlebihan, jangan kan hal yang berlebihan, pacaran saja tidak boleh dalam islam, tapi ada saja yang melanggar," ucap Nafisa lagi. Dia melirik sinis ayahnya sendiri.

"Kalau ini mbak bukan anak kecil yang melanggar, tapi orang-orang dewasa, heran deh padahal zaman dulu pancaran itu hal yang tabu, kok jama sekarang ya dianggap hal biasa." Nafisa ceplas-ceplos saja.

Jihan bungkam, karena dia pernah pacaran tentu saja dirinya merasa tersendir oleh kata-kata Nafisa.

Nyatanya bukan Jihan saja yang bungkam, tapi juga Radit, sedari awal anaknya mulai bicara Radit sudah diam seribu bahasa.

Malu? tentu saja malu, disindir anak sendiri. Apalagi dia sempat melihat Nafisa menatapnya sinis.

"Kita doakan saja orang-orang yang seperti itu segara toba sayang." Timpal nenek Rifa akhirnya.

"Aaminn nek."

"Aamiin." Jihan juga ikut mengaminkan doa nenek Rifa, karena dia merasa dirinya juga seperti itu.

Tapi siapa sangka Radit malah menatapnya tajam, Radit kira Jihan mengamini dirinya, padahal Aamiin yang Jihan panjatkan untuk dirinya sendiri.

Kakek Amran dan nenek Rifa tentu saja tahu siapa yang sedang dimaksud oleh Nafisa, tapi entahlah selalu disindir seperti itu oleh sang anak Radit tidak tobat juga.

"Kamu pintar sekali Nafisa menasihati yang lebih tua." Ayu buka suara juga.

Ayu sudah tidak heran lagi, dia memang tahu kalau keponakannya itu sangat pintar. Pintar disegala bidang bahkan, mulai dari menaklukan hewan buas Nafisa bocah 6 tahun itu ahlinya, bahkan sampai menasihati yang lebih dewasa pun bocah itu tidak tanggung-tanggung.

"Kak Ayu pernah dengar bukan. Kata-kata seperti ini. 'Jangan lihat siapa yang mengatakan, tapi lihat apa yang dia katakan.' Lagipula ilmu bukan hanya bisa didapat dari orang dewasa saja."

Ayu yang duduk disebelah Nafisa mencubit gemas hidung boca cilik itu. "Kamu memang pintar Nafisa, tambah sayang deh, I love you."

"Ais," Nafisa menepis kasar tangan Ayu.

"Sakit tau kak Ayu."

Jadilah mereka makan sambil mendengar nasihat-nasihat yang keluar dari bibir mungil Nafisa.

Radit rasanya sudah tidak tahan lagi berada di meja makan, dia dipermalukan oleh anaknya sendiri, mau ikut bicara, tapi dirinya yang sedang jadi topik pembahasan.

"Lajut makan! habis itu tidur biar besok nggak kesiangan, besok Nafisa akan lanjut daftar sekolah." Ucap Radit datar.

Jihan jadi merasa takut sendiri mendengar suara Radit, apalagi Jihan sadar betul sedari tadi ayah Nafisa menatapnya tajam.

'Ya Allah, aku salah apa sama pak Radit.' Bingung Jihan.

"Kamu serius Dit, mau mendaftarkan Nafisa sekolah?" tanya kakek Amran.

"Iya Pa."

Kakek Amran yang paham melanjutkan makannya. "Nanti kita bahas setelah makan malam berakhir." Nenek Rifa menengahi.

Tak lama Nafisa sudah menyelesaikan makan malamnya, dia hanya menunggu mbak Jihan saja. Tak enak juga jika dia meninggalkan mbak Jihan, sedangkan mbak Jihan telat makan, karena menyuapi dirinya.

Sambil menunggu mbak Jihan, Nafisa asik dengan kucing kesayangannya. Dia tetap duduk di tempatnya.

Saat melihat mbak Jihan sudah selesai makan buru-buru Nafisa bersuara. "Ayo mbak kita ke kamar." Ajak Nafisa.

"Eeh, iya Nafisa." Ucapnya tidak enak pada semua orang.

"Sudah tidak papa Jihan, nanti ada para pekerja yang membereskan semua ini." Ujar nenek Rifa yang paham akan tatapan Jihan.

"Makasih, Ma."

Nenek Rifa mengangguk. "Sana antar Nafisa ke kamar, ingat Nafisa harus belajar ya sayang."

"Siap, Nek."

"Nafisa ke kamar dulu ya Nek, Kakek, kak Ayu." ucapnya tanpa pamit pada Radit.

"Nafisa tidak boleh seperti itu tidak sopan, ayo pamitan juga sama ayah." Bisik Jihan.

Nafisa memutar bola matanya malas, tapi dia tetap melakukan apa yang Jihan katakan. "Ayah, Nafisa ke kamar dulu." Pamitnya pada Radit.

Kali ini semua orang dibuat tertegun, kala Nafisa mau berkata ramah pada Radit.

"Oke sayang, selamat malam."

Bahagia sekali rasanya Radit disapa ramah oleh putri sendiri.

Walaupun belum kembali mendaftar sekolah Nafisa sudah muali bejara dari umurnya genap 3 tahun, anak itu menemukan semua hobinya sendiri.

Mulai dari umur 3 tahun Nafisa sudah menyukai hewan buas, terutama harimau. Saat umur 3 tahun Nafisa dibawa ke kebun binatang oleh nenek Rifa dan kakek Amran, Nafisa saat bertemu harimau untuk pertama kalinya, tidak ada takut-takutnya sama sekali.

Sepulang dari kebuan binatang, bahkan Nafisa meminat untuk dibelikan harimau berwarna putih.

Nafisa yang terus menangis sampai berhari-hari membuat kakek Amran tidak tega dan akhirnya dia menuruti keinginan sang cucu.

Sampai sekarang harimau itu bersama dirinya. Benar, harimau yang diberi nama Caca, itu harimaunya.

Sampai di kamar Nafisa meminta Jihan untuk tidur disebelahnya. "Mbak Jihan tidur di sini ya."

"Tapi Nafisa." Jihan sangat ragu.

"Tak apa kalau mbak Jihan tidak mau, Nafisa sudah tau kalau mbak Jihan akan menolak permintaan Nafisa."

Jihan kembali terenyuh, rasanya jika seperti ini Jihan seakan melihat Nafisa itu ada 2 orang yang berbeda kepribadian.

Kadang dia jadi tegas, super jenius, tapi kenapa saat berada di kamarnya sendiri Nafisa seperti orang lain.

Tidak ada yang tahu dikeluarga Amran, jika Nafisa selalu menyembunyikan kesedihannya seorang diri.

Dia ingin memilik sosok ibu.

Senyum hanya sebuah topeng bagi Nafisa untuk menutupi rasa sepinya.

Terpopuler

Comments

Yani

Yani

Pinter banget kamu Nafisa

2024-01-22

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

masih meraba sifat dan pribadi Radit.. sosok ayah tunggal yg di jauhi anknya sendiri..! pasti ada alasan yg membuat Nafisha menjaga jarak dgn ayahnya.. dan sifat cuek Radit yg terkesan mementingkan kesenangan diri sendiri dan mengabaikan perasaan Nafisha.. jd penasaran kan.. ? 🤔🤔🤔

2023-12-01

0

Nurani Realme

Nurani Realme

terbolak balik tulisannya

2023-04-01

0

lihat semua
Episodes
1 #Undangan pernikahan
2 #Nafisa Az-zahra
3 #Radit
4 #Ayu
5 #Sindiran kerasa
6 #Daftar sekolah
7 #Bunda
8 #Senang
9 #Doa
10 #Marah
11 #Gugup
12 #Masih Marah?
13 #Menyesal
14 #Saling meminta maaf
15 #4 Bulan sudah
16 #Mie ayam
17 #Membahas Mie ayam
18 #Permintaan Nafisa
19 #Kenyataan
20 #Nafisa jatuh
21 #Gara-gara boba
22 #Pulang
23 #Frustrasi
24 #Zoo
25 #Bahagiannya Nafisa
26 #Bekerja
27 #Seperti keluarga sendiri
28 #Kembali dingin
29 #Bunda
30 #Caca vs Elsa
31 #Baju pengantin
32 #Salah lihat mungkin
33 #Dilema
34 #Terbongkar
35 #Niat yang sama
36 #Salah sangka
37 #Usaha Radit dan Nafisa
38 #Masalah datang
39 #Memberitahu nenek Rifa
40 #Senang sekali!
41 #Persiapan H-1
42 #Tamu dari kota
43 #Lamaran
44 #Membuat cake
45 # Tinggal menghitung jam
46 #Pengantin pengganti yang diinginkan
47 #Kebahagiaan pernikahan
48 #Para polisi
49 #Kamar Radit
50 #Makan malam
51 #Ke kantor
52 #Memiliki hati lembut
53 #Menjemput Nafisa
54 Ke kantor polisi
55 #Bersyukur
56 #Opa Vs Radit
57 #Mengunjungi mertua
58 # Sampai
59 #Ke sungai
60 #Syukuran
61 #Sawah
62 #Dikerjain
63 #Sampai
64 #Resepsi
65 #Sadar
66 #Takdir Allah
67 #Permintaan maaf dan penyesalan
68 #Kecelakaan
69 #Janin luar biasa
70 #Firasat
71 #Semua bukti
72 #Membaik
73 #Sudah boleh pulang
74 #Perpisahan sekolah Nafisa
75 #3 bulan
76 #Acara 7 bulan
77 #2 baby boy
78 #Baby A
79 #Keseharian
80 #4 tahun
81 Pengumuman, promo novel baru berita duka.
82 Anak genius. Novel baru
83 Kepoin yuk
Episodes

Updated 83 Episodes

1
#Undangan pernikahan
2
#Nafisa Az-zahra
3
#Radit
4
#Ayu
5
#Sindiran kerasa
6
#Daftar sekolah
7
#Bunda
8
#Senang
9
#Doa
10
#Marah
11
#Gugup
12
#Masih Marah?
13
#Menyesal
14
#Saling meminta maaf
15
#4 Bulan sudah
16
#Mie ayam
17
#Membahas Mie ayam
18
#Permintaan Nafisa
19
#Kenyataan
20
#Nafisa jatuh
21
#Gara-gara boba
22
#Pulang
23
#Frustrasi
24
#Zoo
25
#Bahagiannya Nafisa
26
#Bekerja
27
#Seperti keluarga sendiri
28
#Kembali dingin
29
#Bunda
30
#Caca vs Elsa
31
#Baju pengantin
32
#Salah lihat mungkin
33
#Dilema
34
#Terbongkar
35
#Niat yang sama
36
#Salah sangka
37
#Usaha Radit dan Nafisa
38
#Masalah datang
39
#Memberitahu nenek Rifa
40
#Senang sekali!
41
#Persiapan H-1
42
#Tamu dari kota
43
#Lamaran
44
#Membuat cake
45
# Tinggal menghitung jam
46
#Pengantin pengganti yang diinginkan
47
#Kebahagiaan pernikahan
48
#Para polisi
49
#Kamar Radit
50
#Makan malam
51
#Ke kantor
52
#Memiliki hati lembut
53
#Menjemput Nafisa
54
Ke kantor polisi
55
#Bersyukur
56
#Opa Vs Radit
57
#Mengunjungi mertua
58
# Sampai
59
#Ke sungai
60
#Syukuran
61
#Sawah
62
#Dikerjain
63
#Sampai
64
#Resepsi
65
#Sadar
66
#Takdir Allah
67
#Permintaan maaf dan penyesalan
68
#Kecelakaan
69
#Janin luar biasa
70
#Firasat
71
#Semua bukti
72
#Membaik
73
#Sudah boleh pulang
74
#Perpisahan sekolah Nafisa
75
#3 bulan
76
#Acara 7 bulan
77
#2 baby boy
78
#Baby A
79
#Keseharian
80
#4 tahun
81
Pengumuman, promo novel baru berita duka.
82
Anak genius. Novel baru
83
Kepoin yuk

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!