🌹JANGAN LUPA LIKE DAN KOMEN SETELAH DI BACA, SUPAYA AUTHOR RAJIN BUAT UP🌹
"Selamat siang Tuan muda," ucap semua pelayan yang ada di depan pintu utama sambil membungkuk sebagai tanda hormat mereka, dan ternyata saat ini mereka sedang menyambut kedatangan Gio.
Sedangkan Gio yang disambut hanya cuek tidak merespon ataupun sekedar memberikan pelayan itu senyuman. "Sera! Sera … Sera," panggil Gio ketika ia baru saja menginjakkan kaki di keramik rumah yang bagaikan istana itu. Entah siapa yang dipanggil oleh laki-laki itu. "Sera …!" Sekarang suara panggilan Gio terdengar sangat melengking. "Pergi kemana gadis itu?"
"Maaf Tuan muda mungkin Nona Sera saat ini sedang ada di taman," kata kepala penjaga yang paling tua di sana. "Karena tadi pagi, saya melihatnya menanam bunga di taman itu. Bisa jadi, Nona Sera masih ada di taman, mengingat Nona Sera sangat suka berlama-lama di sana," lanjutnya lagi.
Gio tanpa mengucapkan sepatah kata, ia langsung saja berjalan ke arah taman dimana Sera berada, seperti yang di katakan oleh kepala penjaga itu tadi. "Sudah berapa kali aku katakan kalau dia tidak boleh berteman dengan tanah, dasar bocah tengil," gerutu Gio membatin sambil terus saja melangkahkan kakinya. Tanpa tahu saat ini Tara masih saja mengagumi rumah yang bagaikan istana itu.
"Ini benar-benar istana, salah satu tempat yang sering aku impi-impikan untuk masuk ke dalamnya, dan ternyata keinginanku itu sudah terwujud sekarang. Ini benar-benar luar biasa Mama dan Papa harus tahu akan hal ini." Tara bergumam di dalam benaknya sambil terus menatap sekelilingnya tanpa memperdulikan Gio yang saat ini sudah pergi ke taman. "Kak Tika juga harus tahu tentang ini, bahwa aku berhasil masuk ke dalam istana yang semewah ini," lanjutnya membatin. Akan tetapi ketika gadis itu masih saja merasa kagum dan tidak percaya dengan apa yang ia lihat ini tiba-tiba suara Gavin mengagetkannya.
"Nona, Anda bisa naik ke atas karena di lantai tiga di sana letak kamar Anda," ujar Gavin sambil menepuk pundak Tara. "Mari Nona, saya akan mengantarkan Anda."
Pada detik itu juga, lamunan Tara menjadi buyar. "Siapa sebenarnya Gio?" tanya Tara tiba-tiba membuat para pelayan di sana kaget karena baru kali ini ada gadis yang memanggil Gio hanya dengan nama saja. Tanpa ada tuan mudanya. "Kau laki-laki yang memakai masker, katakan apa Gio di sini hanya sebagai dayang atau bodyghuard saja?"
"Semoga foto itu bisa menjelaskannya kepada Anda, Nona." Gavin lalu menunjuk deretan foto di tembok yang ukurannya sangat besar. "Disana Anda bisa melihat Tuan muda Gio, dan ketiga saudaranya."
Ketika Tara melihat deretan foto itu, detik itu juga tungkai kaki gadis itu terasa sangat lemas. Karena ia tidak pernah menyangka ternyata Gio adalah salah satu putra dari orang terkaya nomor dua di Negara ini. "Aku septinya sedang bermimpi saat ini," kata Tara yang lalu mengucek matanya beberapa kali. "Seseorang bisa cubit aku sekarang juga, supaya aku bisa yakin kalau saat ini aku sedang tidak bermimpi," sambung Tara.
"Nona, Ayo Anda harus membersihkan diri Anda dulu, karena sebentar lagi Tuan besar dan Nyonya besar pasti pulang." Gavin tahu pasti Tara akan merasa seperti sedang bermimpi. "Nona, Ayolah. Jangan diam saja."
"Aku sedang bermimpi," gumam Tara pelan sebelum pandangan gadis itu menjadi buram dan gelap gulita.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments