Pengantin Pengganti Untuk Tuan Muda
Tara dengan suka rela menggantikan sang kakak untuk menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak ia kenal. Hanya karena sang kakak menolak untuk dijodohkan dengan laki-laki yang bernama Giorgio Revandra laki-laki yang sama sekali tidak parah ingin diketahui identitasnya itu.
"Sayang apa kamu sudah siap?" tanya ibunya yang bernama Yana.
Tara Khanza Adira atau yang lebih sering dipanggil dengan nama Tara gadis yang baru berumur 19 tahun itu menggeleng kuat. "Aku tidak mau Ma, menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak aku kenal," kata gadis itu dengan air mata yang sudah mulai bercucuran.
"Kenapa, bukankah Tara sendiri yang meminta untuk menggantikan kakak kamu Tika?" Wanita yang terlihat tatapan matanya begitu teduh membelai lembut rambut putrinya.
"Itu karena aku kasihan dengan Kak Tika, tapi setelah aku tahu kalau ternyata ini salah satu jebakan Kak Tika untuk diriku, aku menjadi mau mengurungkan niatku ini, Ma." Tara menatap ibunya dari pantulan cermin yang ada di depannya. Yana wanita paruh baya itu terlihat tenang meski gadis itu berkata demikian. "Lakukan sesuatu Ma, aku tidak mau menikah dengannya, tolong gagalkan rencana pernikahan ini sebelum semuanya terlambat, Ma, aku mohon ...," kata Tara yang terus saja merengek meminta ibunya untuk menggagalkan acara pernikahannya hari ini.
"Tara, putri yang sangat Mama sayangi, coba pikirkan lagi Sayang, kalau sampai acara pernikahan kamu hari ini dibatalkan maka, kedua belah pihak akan menanggung malu, apa Tara mau kalau itu sampai terjadi? Keluarga kita akan di cap sebagai keluarga yang tidak memiliki tata krama karena di anggap main membatalkan acara pernikahan saja tanpa sebab, di saat acaranya akan dimulai tinggal beberapa menit lagi." Yana mengatakan itu karena ia tahu pemikiran Tara masih belum bisa mengarah ke sana. "Sekarang Tara lebih baik hapus air mata, dan Mama akan menyuruh tukang riasnya untuk memperbaiki riaskan pada wajahmu lagi yang luntur bekas air matamu tadi," ucap Yana lembut.
"Ma, aku benar-benar tidak mau menikah dengan laki-laki itu." Rupaya Tara benar-benar menolak menikah dengan Giorgio atau lebih akrab dipanggil Gio. Hanya karena ia tidak mengenal asal-usul laki-laki itu. "Ma, tolong bilangin sama Papa kalau aku berubah pikiran."
"Tara, kamu tahu Sayang, laki-laki yang akan menikahi kamu ini adalah laki-laki baik, Mama mengatakan ini karena Mama kenal dengannya," kata Yana yang berusaha meyakinkan putrinya itu. "Mama keluar sebentar, mau memanggil tukang rias itu dulu." Setelah mengatakan itu Yana melangkahkan kakinya untuk keluar dari kamar Tara, gadis yang terlihat masih saja meneteskan air mata.
Setelah melihat ibunya pergi Tara dengan cepat mengusap air matanya sambil berkata, "Pokoknya, aku harus bisa kabur dari sini, aku juga tidak peduli Mama maupun Papa akan marah kepadaku yang terpenting saat ini aku harus bisa pergi sejauh mungkin dari sini untuk sementara waktu supaya aku tidak jadi menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak pernah aku lihat batang hidungnya itu." Tara kini terlihat mulai berdiri dan menggulung gaunnya supaya ia bisa leluasa untuk berjalan. "Bagaimanapun caranya, aku tetap harus bisa kabur," gumamnya pelan. Sambil mengintip dari balik jendela kamarnya, hanya untuk memastikan bahwa tidak ada orang yang di halaman rumahnya.
Beberapa detik berlalu ketika Tara sudah memastikan bahwa tidak ada orang. Gadis itu mulai membuka jendela kamarnya. "Inilah keuntungannya aku memilih kamar tidur di lantai bawah ketimbang di atas," ucap Tara sambil mulai memanjat ke jendela kamarnya. "Sampai bertemu di hari berikutnya Ma, Pa." Sesaat setelah mengatakan itu Tara langsung saja melompat.
***
Di tempat lain, laki-laki yang berparas tampan nan rupawan sedang bersiap-siap karena hari ini ia akan melangsungkan pernikahan dengan wanita yang selama ini telah ia incar sejak tiga tahun belakangan ini.
"Apa aku sudah terlihat tampan?" tanya laki-laki berhidung mancung, pipi tirus, yang bermata hazel, dan berkulit putih bersih itu kepada salah satu tukang rias yang ada di dalam kamarnya saat ini.
"Kenapa Anda harus bertanya seperti itu Tuan? Jelas-jelas Anda terlihat seperti pangeran di negeri dongeng. Yang akan siap menikahi salah satu putri di negeri dongeng juga. Dan andai saja saya wanita tulen saya mau kok dengan Anda," seloroh Davin yang lebih suka dipanggil Delisa.
"Omong kosong apa yang kau katakan Davin? Sungguh aku merasa mual mendengarnya," balas Gio menimpali Davin.
"Aish, Tuan Gio, panggil saya Delisa, karena saya malu di panggil Davin," bisik Davin, wanita jadi-jadian itu kepada laki-laki yang berahang tegas yang saat ini sedang berdiri di depan cermin. "Pokoknya Anda harus ingat, panggil saya Delisa, Tuan."
"Terserah kamu saja Davin, dan sekarang pakaikan aku jasku! Karena Mommy dan Daddyku pasti sudah menungguku di luar," kata Gio yang menyuruh Davin memakaikannya jas yang berwarna putih, supaya sama dengan warna gaun pengantin pembelai wanitanya. "Setelah ini kau boleh pergi, karena aku sudah mentransfer sejumlah uang ke rekeningmu."
"Anda memang paling bisa membuat saya senang Tuan," ucap Davin yang terlihat mencolek dagu Gio. Akan tetapi, laki-laki itu dengan cepat menepis tangan Davin.
"Jangan sampai jari-jarimu itu menghilang, Davin! Karena telah lancang macolek wajahku," desis Gio yang merasa tidak suka.
***
"Gadis yang ingin kamu nikahi bukanlah gadis yang ada di foto itu." Tiba-tiba saja Malvin ayahnya Gio berkata seperti itu kepada putranya ketika ia baru melihat Gio menuruni anak tangga.
"Apa yang Daddy katakan? Bukankah aku telah melamar gadis yang ada di dalam foto itu. Lalu kenapa sekarang Daddy mengatakan itu?" Gio menghentikan langkah kakinya untuk menuruni anak tangga sesaat setelah ia mendengar kalimat yang terlontar dari mulut sang ayah. "Bukankah Daddy juga sudah menjodohkan Gio dengannya? Dan kedua orang tuanya menerima perjodohan ini dengan tangan terbuka. Tapi kenapa sekarang malah jadi begini?" Gio bertanya sambil mengusap wajahnya dengan kasar.
"Avantika Menolakmu secara terang-terangan Gio, karena dia pikir kamu laki-laki miskin yang tidak bisa memberikannya nafkah lahir," jawab Malvin yang terlihat jelas saat ini pria paruh baya itu merasa kecewa, karena gadis yang ingin di nikahi oleh putranya malah mengatakan itu secara terang-terangan kepadanya beberapa jam yang lalu.
"Tidak mungkin, Avantika tidak mungkin mengatakan itu," balas Gio menimpali Malvin dimana ia tidak terima ketika sang ayah berkata seperti itu.
"Tidak apa-apa Avantika menolakmu, yang jelas kamu akan tetap menikah dengan adiknya Avantika yang bernama Tara. Dialah gadis yang dengan suka rela menggantikan Avantika untuk menjadi pengantin pengganti untukmu, Gio."
Gio yang mendengar itu mengeraskan rahangnya. "Jika aku tidak menikah dengan gadis yang aku cintai, maka batalkan saja acara pernikahan ini!" ucap Gio merasa geram karena ia tidak terima pengantinnya akan di ganti.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments