Tara meremas gaunnya ketika gadis itu mengingat kata-kata sang kakak di dalam mobil tadi. "Kak Tika yang aku anggap sebagai seorang Kakak yang baik, rupanya aku sudah salah besar dalam menilainya. Ternyata dia adalah seorang Kakak yang tega menjebak Adiknya sendiri," kata Tara di dalam benaknya. Ketika ia melihat Tika yang berdiri di ambang pintu dengan raut wajah yang di buat sesedih mungkin.
"Sudah siap, sekarang ayo kita keluar calon suamimu pasti sudah menunggumu," ucap Yana yang sama sekali tidak memarahi Tara, meski gadis itu tadi sempat kabur. Sehingga membuat para tamu undangan gempar dan heboh.
"Ma, batalkan saja ya," pinta Tara sambil memegang tangan sang ibu.
"Jangan aneh-aneh Tara, Pak penghulu sudah menunggu dari tadi. Dan jangan sampai mambuat Papa kamu murka." Yana mengelus pundak Tara berharap gadis itu mendapat sedikit ketenangan. Supaya tidak terus-terusan meminta acara pernikahan ini di batalkan. "Ayo Sayang, Papa kamu pasti sudah tidak sabar lagi untuk menilahkan putrinya dengan laki-laki yang begitu tam–"
"Tampan tidak menjamin perut kenyang," potong Tara dengan cepat. "Pantesan saja Kak Tika menolaknya karena laki-laki itu tidak sesuai dengan kriterianya yang mapan," sambung Tara.
"Jadi, Tara juga mau menolak Gio hanya karena dia miskin?" tanya Yana.
Tara mengeleng kuat. "Bukan itu," jawab gadis itu singkat.
"Lantas, dengan alasan apa?"
"Tidak ada alasan apapun Ma, karena aku benar-benar ingin membatalkan pernikahan ini."
"Gio anaknya sopan, baik, dan penyanyang, pokoknya Gio memiliki paket lengkap. Jadi, apalagi yang kamu cari. Harta bisa di cari tapi laki-laki yang mampu membibingmu ke jalan yang benar begitu langka Tara." Ketika Yana terus saja berbicara kepada Tara tiba-tiba terdengar suara orang-orang di luar berteriak mengucapkan kata sah.
Tara yang mendengar itu menatap ibunya langsung. "Apa? Siapa yang di sana? Siapa yang telah menggantikan aku? Kenapa orang-orang sudah mengucapkan kata sah?" tanya Tara dengan raut wajah yang ceria. Gadis itu pikir Tika telah menggantikannya karena sang kakak sudah tidak ada di ambang pintu.
"Tidak ada yang menggantikanmu, sekarang ayo kita keluar saja. Itu mungkin Nak Gio sedang mencoba memperaktikkan cara melakukan ijab kabul yang baik dan benar. Makanya semua orang serempak berteriak mengatakan kalimat sah," jawab Yana yang membuat raut wajah ceria Tara langsung berubah seketika menjadi sendu.
"Inilah akhir dari hidupku, dimana aku akan bergelar menjadi seorang istri karena telah mengantikan Kakakku yang tidak memiliki akhlak itu!" gerutu Tara membatin.
***
"Saya terima nikah dan kawinnya, Tara Khanza Adira dengan maswakin tersebut, di bayar tunai," ucap Gio dengan satu kali tarikan nafas.
Membuat para saksi dan kedua orang tua pembelai mengucap kata sah secara serempak.
"SAH …!"
"Sahh …!"
"Sudah sah, terima kasih Adikku sayang," kata Tika berbisik di telinga Tara membuat air mata gadis itu menetes. "Jangan menangis, sekarang kamu sudah menjadi Nyonya Gio," lanjutnya lagi.
Tara yang mendengar itu langsung berdiri dan segera pergi dari sana, meski gadis itu belum mencium tangan sang suami.
"Tara, mau kemana kamu? Cium dulu tangan suamiku!" seru Arzan ketika melihat Tara sudah berlari menaiki anak tangga.
"Om, tidak apa-apa." Gio yang mengerti arti tatapan kedua orang tuanya dengan cepat berkata seperti itu kepada Arzan. Laki-laki yang kini sudah menjadi ayah mertuanya itu. "Biar aku yang menyusul Tara."
*
Setelah acara pernikahan Gio dan Tara tanpa resepsi selesai semua tamu undangan satu persatu mulai pergi. Dan kini Gio terlihat menaiki anak tangga karena ia ingin menyusul Tara ke dalam kamar sebab ia ingin mengajak sang istri untuk pergi ke rumahnya.
Akan tetapi di tengah-tengah anak tangga ia malah berpapasan dengan Avantika, gadis yang sangat ia cintai sedang menatap dirinya dengan tatapan seolah-olah mengejeknya.
"Pastikan Adikku makan tiga kali sehari, jangan sampai kau membuatnya kelaparan." Tika lalu memasukkan selembar cek ke dalam kantong kemeja Gio. "Sebagai tanda terima kasihku kepada Adikku, karena telah menggantikan aku. Cukuplah untuk biaya hidup kalian berdua satu bulan. Tolong simpan baik-baik dan jangan boros." Setelah mengatakan itu Tika melanjutkan langkah kakinya untuk menuruni anak tangga. Entah mengapa gadis itu merasa sangat puas karena telah mengatakan itu semua kepada Gio.
Sedangkan Gio berusaha menahan rasa sesak di dadanya karena mendengar gadis yang ia cintai malah mengatakan itu kepada dirinya. "Dia benar-benar menolakku, hanya karena dia mengira aku miskin, dasar wanita gila harta," gumam Gio di dalam benaknya. "Andai aku tahu begini sifat aslimu, maka aku tidak akan pernah jatuh cinta kepadamu," sambungnya membatin.
***
Mendengar pintunya di ketuk Tara dengan cepat mengusap air matanya karena ia pikir itu adalah Arzan, sang ayah. Gadis itu lalu berkata, "Masuklah, pintunya tidak di kunci."
Gio yang mendengar itu langsung saja memegang gagang pitu dan dengan segera membuka pintu kamar itu. "Ayo kita pulang," kata Gio dengan suara khasnya.
Tara langsung menoleh dan segera menutupi tubuhnya dengan selimut padahal saat ini gadis itu masih menggenakan gaun pengantin. "Mau apa kau?!" tanya Tara ketika melihat Gio semakin mendekat.
"Aku hanya ingin mengajakmu pulang, karena sekarang kamu sudah sah menjadi istriku," jawab Gio dengan tenang.
"Tidak! Aku ingin tetap tinggal di rumahku ini. Kalau kau mau pulang, pulang saja sendiri!" ketus Tara yang terlihat semakin erat memegang selimut. "Sana kau pergilah!" Tara mengusir Gio.
"Nak Gio, untuk malam ini kalian menginap saja. Besok pagi baru pergi. Bagaimana?" Yana yang baru datang mengatakan itu karena ia tahu bagaimana sifat dan karakternya Tara.
"Hm, Mommy, sudah menyurihku untuk membawa Tara pulang Tante. Jadi, aku harus menjawab apa?"
"Lho, kok panggil Tante, panggil mama dong Gio. Karena kamu sudah menjadi bagian dari keluarga kami." Yana menepuk punggung Gio. "Dan mommy kamu tadi sudah setuju, kalau kamu dan Tara akan menginap malam ini di sini."
"Biarkan dia pergi Ma, aku tidak ma–"
"Dia suami kamu Tara! Jadi, jaga sifat ke kanak-kanakan kamu!" seru Arzan memotong kalimat Tara yang tiba-tiba sudah berdiri di dekat Yana.
"Pa, jangan ke bawa emosi, maklumi saja namanya juga pengantin baru nanti juga lama-lama bakal akur, dan justru Tara nanti tidak mau jauh-jauh dari Gio." Yana tahu jika suaminya sudah marah maka laki-laki itu akan hilang kendali. "Kita keluar saja, biarkan Nak Gio yang menenangkan istrinya."
Gio hanya bisa memaksakan bibirnya untuk tersenyum, di saat Arzan dan Yana menatapnya secara bersamaan.
...----------------...
Bonus Visual
Tara Khanza Adira
Giorgio Ravarendra
(Note: Kalau Visualnya kurang cocok, minta Author ganti ya, di kolom komentar😊).
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Amah As Siddiq
ijab kabulnya kurang bin nya
2023-03-29
1
Nawa Illa
Thor visual nya q mau oppa Korea ja
2023-03-26
1