Setiba di hotel Tara dengan mata yang sudah sangat ngantuk mengajak Gio untuk masuk ke dalam kamar hotel yang tersisa hanya tinggal satu itu.
"Hotel macam apa ini? Kenapa kamarnya hanya tinggal satu?" tanya Gio yang tidak mau sekamar dengan Tara, sebab laki-laki itu takut diusir lagi seperti dua jam yang lalu ketika ia berada di rumah gadis itu.
"Masuk saja Gio, karena aku sudah tahu kamu itu 3G," kata Tara tiba-tiba.
Gio menyerngitkan dahi. "3G apa itu?" Gio dengan polosnya bertanya seperti itu kepada gadis yang sudah sah menjadi istrinya itu.
"Ganteng-ganteng g*y," jawab Tara dengan senyum yang terukir indah di bibir ranum gadis itu. "Rupanya aku menikah dengan g*y, tapi tidak masalah. Itu berarti aku tidak perlu merasa takut lagi denganmu." Dengan mata yang terlihat semakin menyipit gadis itu menarik lagi baju Gio untuk ikut masuk ke dalam kamar hotel itu, setelah tadi ia sempat membuka pintu. "Gio si g*y, cocok sekali," sambung Tara yang merasa lucu ketika ia menyebut Gio dengan si g*y.
"Omong kosong macam apa yang kamu katakan, Tara?" tanya Gio yang tidak terima kalau Tara mengatakan kalau dirinya g*y.
"Besok aku harus kuliah g*y, jadi jangan memintaku untuk menjawab pertanyaan yang kamu sendiri sudah tahu jawabannya." Tara lalu dengan cepat menutup pintu itu, dan segera berlari menuju kasur yang berukuran king size, berseprai berwarna putih dan terlihat tidak ada bantal guling. "Tidurlah, besok pagi kamu harus mulai bekerja untuk mencari nafkah, jangan hanya modal menikahi anak orang tapi nafkah tidak kamu berikan," ucap Tara yang terlihat sudah membaringkan tubuhnya di atas kasur.
Gio membuka pintu lagi. "Aku harus pulang, karena sepertinya aku tidak cocok berada di sini." Dari pada Gio akan menyakiti Tara karena kata-kata gadis itu sangatlah menyakitkan, Gio memilih untuk pergi saja. Karena jika ia sudah marah maka dia akan kehilangan kendali. "Kamu tetaplah di sini, karena besok pagi-pagi aku akan datang kesini lagi untuk menjemputmu dan kita akan pulang bersama ke rumahku," sambung Gio.
"Terserah kamu saja," sahut Tara tapi gadis itu malah bangun lagi dan segera mendekati Gio. "Uang, buat ongkos taksi supaya kamu tidak jalan kaki. Pasti rumah kamu jauh dari sini." Tara memberikan Gio lima lembar uang yang berwarna merah. "Ingat, besok pagi-pagi kamu harus kembali lagi kesini untuk menemui aku."
Gio menatap Tara dari atas sampai bawah. "Kamu rupanya sama saja seperti kakakmu, Avantika yang mengira semua bisa diselesaikan dengan uang." Gio lalu terlihat mengembalikan lima lembar uang itu. "Aku punya uang, meski tidak sebanyak yang kamu punya. Jadi, simpan saja kembali uangmu itu."
Tara menarik leher baju Gio. "Ambil, dan cepat pergi sebelum aku mengikatmu di atas ranjang itu,dan menjadikanmu pajangan di kamar ini."
Gio merasa baru kali ini bertemu dengan gadis aneh yang telah berstatus menjadi istrinya. "Aku bukan laki-laki yang mudah tunduk kepada wanita, apalagi wanitanya seperti dirimu, Tara. Jadi, kamu jangan berharap lebih padaku."
"Kamu hanya akan tunduk pada laki-laki Gio karena kamu itu g*y!"
Gio yang sudah merasa sangat kesal mendorong Tara sehingga gadis itu jatuh ke lantai. "Apa kamu ingin aku membuktikan bahwa aku ini laki-laki normal bukan g*y?" Gio terlihat mulai melepaskan dasi dan juga ia melepaskan kancing kemejanya. "Baiklah, malam ini akan aku buktikan." Sudut bibir laki-laki itu sedikit terangkat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments