Malam pun menjelang Tara masih terus saja menghalangi Gio untuk tidur bersama dengannya. "Sana kau tidur di kamar tamu saja!" Tara mengusir Gio sudah berulang kali tapi laki-laki itu tetap saja santai duduk di sofa yang ada di kamar Tara. "Aku bilang kau tidur di kamar tamu dan cepat keluar dari dalam kamarku!" Tara memekik karena gadis itu merasa Gio sama sekali tidak menghiraukannya.
"Tara, apa kata orang jika aku tidur di kamar tamu? Tidakkah kamu memikirkan hal itu." Gio yang merasa sudah cukup diam dari tadi akhirnya membuka suara. "Jika kamu terus-terusan mengusirku seperti ini maka aku pulang saja, percuma aku disini kalau kelakuan kamu seperti ini. Masih kekanak-kanakan," gerutu Gio yang lama-lama menjadi kesal di buat Tara.
"Ya, lebih baik kau pulang saja, karena aku cuma menganggap pernikahan ini hanya permainan saja, dan tidak sungguhan." Tara berkacak pinggang sambil menatap Gio sinis. "Tunggu apalagi? Sana kau pergilah!"
Gio rasanya ingin sekali menc*kik leher gadis yang saat ini berani mengusirnya. "Aku akan pergi, dan jangan cari aku." Ketika Gio akan berdiri dari duduknya. Pintu kamar Tara kembali diketuk dari luar.
"Sambil keluar, buka saja pintu itu!" Tanpa menghiraukan ekspresi datar Gio Tara berkata seperti itu. "Bukalah, jangan buat orang yang di depan pintu itu lama menunggu," lanjut Tara.
Tanpa menyahut Gio segera melangkahkan kakinya untuk membuka pintu itu sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Tara. Namun, ketika laki-laki itu akan memegang gagang pintu itu tiba-tiba saja Tara menyuruhnya untuk tidak membuka pintu itu.
"Jangan di buka!" teriak Tara sebab gadis itu baru sadar kalau yang mengetuk pintu itu Arzan, sang ayah bukan Yana maupun Tika.
"Tadi kamu menyuruhku untuk membukanya, lalu sekarang kamu malah melarangku. Sebenarnya mau kamu apa, Tara?!" geram Gio karena sudah cukup laki-laki itu dari tadi sabar menghadapi sikap Tara.
Tara dengan cepat mendekati Gio, gadis itu lalu memeluk tubuh laki-laki itu sambil membuka pintu. "Semoga Papa, tidak curiga," batin Tara, yang mengira kalau yang mengetuk pintu itu Arzan.
Sedangkan Gio yang melihat Tara memeluk dirinya dengan cepat mendorong tubuh gadis itu sehingga Tika yang berdiri di depan pintu saat ini dapat melihat pemandangan itu.
"Hei, kenapa kamu mendorong Adikku?" tanya Tika.
Tara yang mendengar itu langsung menoleh ke arah pintu. "Kak Tika, Papa mana?"
"Gio! Kenapa kamu mendorong Adikku?" tanya Tika sekali lagi dan memilih mengabaikan pertanyaan sang adik.
Gio yang ditanya tidak menjawab laki-laki itu memilih langsung keluar saja, karena ia merasa berada di dekat Tara maupun Tika sama saja tidak ada bedanya. Dimana laki-laki itu merasa sangat tidak nyaman.
"Si miskin, yang belagu!" desis Tika sambil berdekap tangan. Ketika ia melihat Gio mengabaikannya. "Padahal niatku baik ingin memanggil kalian makan malam, tapi melihat kelakuan suamimu itu, aku menjadi sedikit kesal."
"Mana Papa?"
"Tidak ada Papa disini Tara, karena saat ini Papa dan Mama sedang menunggumu dan laki-laki itu di ruang makan," jawab Tika sambil berbalik badan ingin pergi meninggalkan Tata. "Ganti gaunmu Tara, karena orang-orang juga sudah tahu kalau kamu itu pengantin baru," seloroh Tika.
"Sebenarnya gaun ini akan di pakai oleh Kakak, tapi karena keb*dohanku. Gaun ini menjadi melekat di tubuhku!" seru Tara ketika melihat sang kakak semakin menjauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments