"Ada apa ini ribut-ribut?" tanya Malvin yang baru saja pulang. Dan Gio saat ini tepat berdiri di belakang laki-laki yang sudah tidak muda itu lagi.
"Daddy, dia ...." Sera menunjuk Tara lagi. "Dia, jahat!"
Malvin yang sudah menyadari apa yang terjadi saat ini, dengan cepat membawa Sera pergi dari kamar itu. "Mommy kamu sudah membelikan apa yang kamu mau Sera, ayo sekarang ikut turun dengan daddy," ucap Malvin sambil mencolek lengan Gio meminta sang putra untuk menjelaskan apa yang telah terjadi kepada Tara. Karena Malvin tidak mau karena gara-gara Sera sang menantu akan takut tinggal di rumah itu. "Mommy juga membelikan Sera boneka yang waktu itu kamu minta," sambung Malvin yang merangkul gadis 17 tahun itu.
"Benarkah?" Dengan mata yang berbinar-binar Sera bertanya seperti itu kepada Malvin. Dan juga tentu saja suasana hati gadis itu sangat cepat berubah sehingga membuat Tara menjadi heran dan merasa bingung saat ini.
"Iya dong, sekarang ayo jalan kita ke lantai bawah. Disana mommy sedang menunggu Sera." Meski Sera anak angkatnya tapi Malvin sama sekali tidak pernah membeda-bedakannya dengan ketiga putranya. Apalagi ia dan sang istri sudah sejak lama menginginkan anak perempuan. Berkat Gio yang menemukan Sera jadi pasangan suami istri itu bisa merasakan bagaimana memiliki anak perempuan meskipun Sera bukan darah daging mereka. Tapi bagi Malvin dan Lydia, Sera adalah anak yang sengaja dikirimkan oleh Tuan untuk mereka jaga dan rawat meski Sera memiliki banyak kekurangan.
"Sore! Mommy menepati janjinya," ucap Sera kegirangan, yang kini sudah terlihat menjauh dari kamarnya sendiri.
*
"Bi Alexa, Gavin, bisa tinggalkan aku dan Tara berdua dulu," pinta Gio setelah lama terdiam dan sudah tidak terdengar suara percakapan antara Malvin dan Sera.
"Maaf Tuan muda, tapi kalau boleh saya tahu dimana Nona Sera akan tidur? Biar saya bisa menyuruh beberapa pelayan untuk membersihkan kamar itu." Alexa yang tahu kalau Gio tidak ingin tidur di kamar yang sama dengan Tara. Maka dari itu, ia bertanya terlebih dahulu kepada Gio. Sebab ia takut salah dalam memilih kamar untuk Tara.
"Biar Gavin, yang akan menjelaskannya, Bibi cuma perlu keluar dulu dari sini." Gio menjawab sambil memberikan Gavin isyarat.
"Baik Tuan muda, kalau begitu saya permisi dulu." Alexa dengan cepat keluar dari sana setelah mendengar jawaban Gio.
Sedangkan Gavin tanpa berpamitan kepada Gio langsung saja keluar mengikuti Alexa. Wanita yang selama ini membuat jantungnya berdetak tidak karuan setiap mereka berdekatan seperti saat ini.
Setelah Gavin dan Alexa pergi, kini tinggal Gio dan Tara yang ada di kamar Sera. Pada detik berikutnya Gio dengan cepat mengunci pintu kamar itu, karena ia takut jika Sera tiba-tiba saja akan datang lagi dan ingin membuat perhitungan dengan Tara.
"Tanyakan apa yang mau kamu tanyakan, sebelum aku yang bertanya," ucap Gio membuka percakapan setelah tadi sempat hening beberapa saat.
Tara dengan cepat turun dari atas ranjang dan mendekati Gio. "Apa maksud semua ini? Kenapa kau tega membohongi keluargaku. Dan tadi laki-laki yang sudah berumur yang kau panggil daddy itu. Bukan dia yang hadir ketika kau mengucapkan ijab qabul di rumahku." Tara menghela nafas karena saat ini gadis itu benar-benar dibuat pusing. Oleh apa yang ia lihat dan apa yang ia dengar. "Jawab aku pembohong!" Tara menarik kerah baju Gio. "Apa sebenarnya maksud dan tujuanmu melakukan semua ini, masuk ke dalam lingkungan keluargaku dengan cara seperti ini? Berpura-pura menjadi orang miskin, dan ternyata kau adalah putra dari seorang pengusaha kaya raya nomor dua di negara ini."
Tara masih saja menarik kerah baju Gio. "Apa maksudmu, Gio? Jangan diam saja seperti orang b*doh!" Tara lalu terlihat mendorong dada Gio, sehingga laki-laki itu menjadi mundur beberapa langkah. "Mama dan Papaku harus tahu akan hal ini, iya, Mama dan Papa harus tahu." Tara terlihat mengambil ponselnya di atas nakas. "Kau penipu, dan kau juga pembohong ulung Gio!" Tara yang tidak terima dengan kenyataan yang ia tahu bahwa ternyata ucapan Gio yang mengatakan kalau laki-laki itu orang miskin. Merasa kalau dirinya dan keluarganya telah ditipu mentah-mentah oleh sang suami.
"Akan aku bongkar rahasia ini Gio, dan kau akan di amuk oleh Papaku, Arzan yang terkenal sebagai salah satu orang tua terkejam di lingkungan tempat aku tinggal itu." Tara lalu membuka kunci ponselnya dengan cara di gesar. Tapi pada detik berikutnya gadis itu terlihat sangat marah. Sebab di ponselnya sudah tidak ada lagi nomor kedua orang tuanya. Apalagi nomor sahabat dan nomor telepon sang kakak. "Apa yang kau lakukan pada ponselku Gio? Kenapa, semua kontak yang ada di sini menghilang?"
"Cukup, pertanyaan yang kamu berikan sudah terlalu banyak. Jadi, mana yang aku harus jawab dulu?" Gio dengan santai menarik kursi tempat Sera sering duduk belajar. "Katakan Tara yang mana, harus aku jawab dulu? Karena pertanyaanmu itu sangat banyak."
"Kau benar-benar telah membod*hi keluargaku secara mentah-mentah Gio!" Tara melempar bantal ke arah Gio, dan laki-laki itu dengan cepat menangkap bantal itu.
"Jangan rusak apapun di kamar ini Tara, karena kamu sudah tahu sendiri bagaimana keadaan serta kondisi adikku, Sera." Gio mengingatkan perihal Sera kepada Tara.
"Aku tidak ingin membahas adikmu yang idiot itu, yang ingin aku bahas. Kenapa kau melakukan ini semua? Menipuku!" Tara melihat Gio seperti melihat musuhnya. Sehingga tatapan gadis itu selalu saja tajam setajam silet.
"Jaga mulutmu Tara, jangan sampai aku membuat perhitungan denganmu karena kamu telah lancang memanggil adikku dengan kata idiot," balas Al menimpali Tara. Yang kini masih terlihat duduk santai, sambil melempar pandangan dengan Tara.
Tara berdecak pinggang ketika ia mendengar itu semua terlontar dari mulut Gio. "Apa jangan-jangan, kau mau menikah dengan Kak Tika. Hanya untuk di jadikan budak di rumah ini?" tanya Tara dengan pikiran yang mulai suudzon dengan sang suami. "Tapi b*dohnya aku ... sekarang malah aku yang akan menjadi budak dan mungkin juga akan dijadikan tumbal, karena tidak mungkin kau kaya hasil kerja saja. Dilihat dari segi apapun, dan pasti ini karena pesugihan," kata Tara dengan suara yang berapi-api. Ia tidak peduli kalau saat ini Gio memelototinya.
"Kamu sepertinya perlu di ruqyah Tara, karena pikiranmu sangat kotor dan juga tidak nyambung dari apa yang kamu tanyakan. Yang sekarang malah beralih ke hal mistis yang tidak aku percaya," sahut Gio.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Susi Susiyati
seru cerita nya.bikin sllu penasaran.tpkok kurang sreg dngan tara terlalu bar bar bgt,emosian,mnta penjelasan sm gio tp nadanya nyolot.
2023-06-12
2
dini harum
seruuuu Thor ceritanya🤣🤣
2023-03-28
1