Keesokan paginya ketika Tara sarapan bersama dengan kedua orang tuanya, tiba-tiba saja gadis itu membuka suara. "Ma, Pa, biarkan aku yang menggantikan Kak Tika untuk menikah." Tara menatap Yana dan Arzan secara bergantian. "Biarkan Kak Tika melanjutkan karirnya dulu, jangan rusak impian Kak Tika hanya gara-gara perjodohan ini," sambung Tara.
Mendengar itu kedua orang tua Tara menatap gadis yang saat ini tengah menatap mereka juga.
"Kamu harus kuliyah," kata Arzan, sang ayah dengan wajah datarnya. Karena laki-laki itu tidak terima kalau putri keduanya ingin menggantikan sang kakak. "Tika, akan tetap menikah dengan Gio, dan kamu lanjutkan kuliahmu di Universitas Gadjah Mada."
"Pa, aku masih bisa kuliah meskipun sudah menikah. Jadi, biarkan aku yang menggantikan Kak Tika, keputusanku ini sudah bulat," kata Tara masih bersikeras untuk meminta dirinya saja yang menikah dengan laki-laki yang akan di jodohkan dengan Tika.
Yana, sang ibu hanya bisa tersenyum karena wanita itu tahu bagaimana Tara sangat menyayangi Tika. "Pa, jika Tara ingin menggantikan kakaknya, Avantika tidak masalah daripada Tika terus-terusan menangis setiap malam membuat jam tidur anak itu terganggu. Bagaimana kalau kita setuju saja, kalau Tara ingin menggantikan Tika," ucap Yana membuka suara setelah lama terdiam.
"Ma, Tara masih harus kuliah, dia harus mengejar impia–"
"Kak Tika juga punya impian, apa Papa lupa?" tanya Tara dengan cara mendobrak meja. Gadis itu memang terkenal dengan si keras kepala. "Impianku akan tetap terwujud meskipun aku sudah menikah, tapi impian Kak Tika tidak akan pernah terwujud karena syarat menjadi model harus berstatus single." Beginilah Tara memang sangat menyayangi sang kakak, sehingga gadis itu rela menentang kehendak ayahnya. "Pokoknya, aku yang akan menggantikan Kak Tika."
Arzan memijat pelipisnya karena laki-laki itu bingung harus setuju dengan permintaan Tara atau tetap dengan pendiriannya. "Baiklah, jika ini benar-benar keinginanmu maka, kamu yang akan menggantikan kakak kamu." Pada akhirnya Arzan setuju.
Mendengar itu Tara begitu sanang. "Aku akan menyampaikan ini kepada Kak Tara," ujar Tara yang berdiri dari duduknya.
"Kakak kamu sudah pergi dari tadi sebelum kamu keluar sarapan, besok saja kamu memberitahunya, karena besok pagi dia akan pulang," sahut Yana menimpali Tara.
***
"Kenapa Kak Tika tak kunjung pulang?" Tara bertanya kepada dirinya sendiri ketika gadis itu berada di kamar sang kakak. "Padahal aku ingin memberitahunya tentang kabar baik ini." Tara mencoba menghubungi nomor ponsel Tika tapi tidak aktif. "Pergi kemana sebenarnya, Kak Tika? Padahal tinggal hitungan jam acara pernikahan ini akan dimulai." Tara berdiri tapi tiba-tiba saja ia mendengar suara langkah kaki dan bersamaan dengan itu suara Tika yang tertawa terbahak-bahak di depan pintu. "Kak Tika …." Wajah Tara langsung sumringah. Dan bergegas ingin membuka pintu kamar itu untuk sang kakak. Tapi ketika tinggal empat langkah lagi dia akan sampai dan meraih gagang pintu, ucapan Tika membuat gadis itu mematung.
"Kita akan menikah Sayang, setelah Tara menikah dengan laki-laki yang tidak jelas asal usulnya itu, pokoknya kamu tenang saja. Aku sudah menipu gadis lugu dan polos itu dengan air mata yang aku miliki."
Tubuh Tara menegang ketika mendengar itu semua. Gadis itu perlahan mundur beberapa langkah, dan ia segera berlari untuk bersembunyi di bawah ranjang. Karena ia melihat Tika akan masuk sebeb gagang pintu itu bergerak.
"Aku berhasil menjebaknya, hanya bermodal air mata palsu. Intinya Tara telah menggantikan aku hari ini untuk menjadi pengantin. Laki-laki yang tidak mungkin mampu memberikanku nafkah," kata Tika setelah membuka pintu kamarnya. "Aku memanfaatkan keluguan Adikku sendiri, tapi tidak masalah. Toh, tugas Adik harus berkorban untuk Kakaknya," sambung Tika yang kini membaringkan tubuhnya di atas kasur tanpa tahu kalau di bawah ranjang itu ada Tara yang sudah bercucuran air mata. "Aku bebas dari pernikahan ini, hore! Aku sangat … sangat, senang …." Tika tertawa kegirangan
Sedangkan Tara di bawah sana mengepalkan tangannya dengan begitu kuat. "Jadi, ini semua hanya jebakan Kak Tika. Betapa b*dohnya aku!" geram Tara membatin, gadis itu kini merasa menyesal karena telah mau menggantikan Tika.
🍃🍃🍃🍃
Semburan air yang tiba-tiba mengenai wajah Tara membuat gadis itu terlonjak dari lamunannya.
"Waktu kita tidak banyak, jadi bagaimana?" tanya Gio setelah tadi menyiram wajah Tara dengan sebotol air.
Tara mengusap wajahnya. "Kau … berani-beraninya menyiram wajahku!" geram Tara yang kini mengambil botol air mineral yang masih tersisa tinggal setengah dari tangan Gio. "Rasakan ini!" kata Tara dan pada detik itu juga wajah Gio juga basah.
"Hei, apa-apaan kamu!" Intonasi suara Gio meninggi. Karena laki-laki itu tidak terima Tara menyiram wajah tampannya.
"Kau yang mulai duluan. Jadi, jangan salahkan aku!" ketus Tara.
"Kamu …!" geram Gio yang ingin membuat pelajaran pada Tara tapi tiba-tiba saja ketukan di kaca mobil itu membuat Gio dan Tika menoleh secara bersamaan di mana Arzan dan Yana sudah berdiri di depan sana.
"Papa, m*mpus aku," gumam Tara pelan ketika melihat sorot tatapan tajam Arzan.
"Keluar Tara, jangan membuat Papa malu, karena acaranya sebentar lagi akan segera dimulai," ucap Arzan, yang kini terlihat ikut mengetuk kaca mobil itu.
Tara menggeleng dengan kuat. "Tidak! Aku tidak jadi mau menikah dengannya." Tara menunjuk Gio. "Aku tidak mau, Pa!"
Gio yang merasa kesal dengan Tara karena telah menyiram mukanya, laki-laki itu langsung membuka pintu mobil. "Om, maaf saya terlambat gara-gara putri Om Arzan ini." Gio menunjuk Tara, sambil keluar dari mobil setelah mengatakan itu membiarkan Tara yang masih saja betah di dalam. Akan tetapi sebelum benar-benar pergi Gio berkata, "Terima perjanjianku yang tadi, atau papamu akan murka."
Tara yang mendengar itu menatap Gio sinis. "Kau tampan tapi sangat menyebalkan! Dasar tampan-tampan penipu!" desis Tara.
"Siapa yang penipu, Adikku, sayang?" tanya Tika yang tiba-tiba sudah duduk saja di sebelah Tara.
"Kak Tika," panggil Tara pelan.
"Ayo turun, ini hari bahagia kamu Adikku sayang," kata Tika dengan wajah yang berhias senyum. "Jangan menyesal menikah dengannya, meskipun dia laki-laki miskin," lanjut Tika yang berbisik di telinga Tara.
"Kakak benar-benar memanfaatkan kebaikanku." Tara menatap Tika dengan sudut mata yang sudah mulai berair.
"Kakak akan membantu perekonomian kaluargamu, jadi jangan terlalu khawatir. Dan kamu tidak usah berkata seperti itu," balas Tika menimpali.
"Kakak sangat keterlaluan, kalau aku tahu begini aku tidak akan mau." Air mata Tara jatuh berderai karena ia tidak pernah menyangka sang kakak akan setega ini dengannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Susi Susiyati
bner2 licik si tika. nnti jg tika nyesel
2023-06-12
0
red_rubby
jahat bener si tika
2023-03-04
2
Sri Ayudesrisya46
kok ada ya kaksk jahat gitu
2023-03-03
2