Setelah makan malam selesai Tara membiarkan Gio pergi begitu saja tanpa melarang laki-laki itu.
"Lho, kenapa kamu tidak melarang suamimu pergi, Tara?" Yana terlihat begitu heran dengan tingkah laku putrinya.
"Tidak apa-apa Tante, aku tadi di dalam kamar sudah berpamitan dengan Tara," sahut Gio sambil berlalu pergi, setelah tadi sempat berpamitan dengan Arzan dan Yana. Dan entah kemana arah tujuan laki-laki itu saat ini.
"Tuh, Mama dengar sendiri apa yang dia katakan. Jadi, biarkan saja dia pergi." Tara menatap sang ibu ketika ia mengatakan itu. "Sudahlah, aku juga sudah sangat ngantuk Ma." Tara lalu berniat ingin segera naik ke lantai dua. Tapi suara Arzan membuat gadis itu terdiam.
"Ikut dengan suamimu, karena mungkin dia malu berada disini, di saat malam ini adalah malam pertama kalian." Arzan sebagai lagi-lagi yang berpengalaman malah mengatakan itu kepada putrinya. "Segera susul dia, karena sepertinya suamimu jalan kaki," lanjut Arzan.
"Iya, Tara, mungkin saja memang benar saat ini suamimu malu. Cepetan gih, susul dia," ujar Yana menimpali ucapan sang suami yang meminta Tara untuk menyusul Gio, laki-laki yang baru tadi siang menjadi menantunya itu.
Tara yang merasa dipojokkan oleh kedua orang tuanya menggelang kuat. "Tidak, aku tidak mau ikut dengannya," tolak Tara secara langsung. "Aku ini masih putri Mama dan Papa, tapi kenapa Mama maupun Papa seolah-olah mengusirku dari rumah ini secara halus, hanya karena laki-laki itu." Tara berpikir Yana dan Arzan telah mengusir dirinya.
Arzan menggeleng. "Kamu sudah bukan tanggung jawab Papa lagi, oleh sebab itu Papa memintamu untuk mengikuti suamimu. Karena yang berhak sekarang atas dirimu hanya dia bukan Mama ataupun Papa." Arzan menjelaskan kepada Tara. "Sebab ketika ijab qabul diucapkan oleh Gio, sejak saat dan detik itu juga Papa sudah melepas kewajiban Papa terhadapmu, Tara. Sehingga Papa tidak berhak lagi memintamu untuk tetap tinggal disini kalau bukan atas persetujuan suamimu."
Tara menunduk. "Seharusnya Papa katakan ini kepada Kak Tika, karena dia pengantin yang sesungguhnya. Sedangkan aku hanya pengantin pengganti yang terpaksa menjadi istri laki-laki itu," ucap Tara.
"Kamu sekarang istrinya Gio, ini juga atas permintaan kamu sendiri. Jadi, untuk apa kamu mengatakan itu semua sekarang?!"
"Pa, jangan kencang-kencang nanti tetangga mengira kita sedang bertengkar malam-malam begini," kata Yana saat ini brusaha menahan Arzan supaya laki-aki itu tidak berbicara terlalu lantang dengan putri mereka. "Mama yakin, Gio juga pasti akan kembali tanpa perlu Tara susul," sambung wanita yang paling tidak bisa melihat Tara bersedih dalam keadaan begini.
"Papa sedang menjelaskan kepada Tara, Ma. Agar dia tidak menganggap pernikahan ini hanya permainan saja." Pandangan Arzan tidak berpaling sedikitpun dari Tara. "Ingat Gio adalah suamimu yang sah secara agama maupun negara. Jadi, Papa minta tolong dengan sangat, kamu patuhi apa saja yang dikatakan oleh suamimu itu."
Tara tidak berani mengangkat wajahnya karena jika Arzan sudah berbicara serius seperti saat ini maka tidak ada satupun orang di rumah itu yang berani membantah laki-laki itu.
"Sekarang susul lah suamimu, karena Papa tahu kamu tadi sudah mengusirnya."
Tara merasa tenggorokannya tercekat ketika Arzan ternyata sudah tahu kalau dirinya telah mengusir Gio, sang suami.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 142 Episodes
Comments
Novi Wulandari
lanjut thour
2023-03-06
2