Kembali di jam pelajaran bidang studi bahasa sastra Indonesia. Di mana saat ini guru yang mengajar dan masuk ke kelas bukan lah bu Titik melainkan guru praktek atau magang yaitu pak Kenzo. Pak Kenzo kini sudah masuk ke dalam kelas. Siswa-siswi kelas X di mana di kelas itu ada Monika, Kety, Paula dan juga Adam. Empat orang ini satu kelas. Demikian juga dengan Palupi, Ita dan Dina dikelas yang sama dengan mereka berempat.
Pak Kenzo kini sudah menjelaskan tentang karya sastra berbentuk puisi. Setelah menerangkan bentuk-bentuk puisi, pak Kenzo mulai memberikan tugas pada murid-murid nya untuk membuat puisi dengan waktu setengah jam. Setelah nya pak Kenzo mulai memanggil nama muridnya untuk tampil ke depan untuk membacakan puisi karyanya.
"Paula Candra Kinasih dan Adam Jordi Anggara. Silahkan dua nama yang saya panggil maju ke depan untuk membacakan puisi ciptaan nya," kata pak Kenzo.
Tanpa membantah Paula dan juga Adam segera maju ke depan kelas. Keduanya belum mulai membaca puisi buah karyanya. Hingga pak Kenzo mulai menjelaskan nya kepada kedua nya.
"Silahkan kamu membaca puisi buah karya kalian secara bergantian. Masing-masing satu baris kalimat lalu disambut dengan baris kalimat secara bergiliran. Misalkan setelah Paula membacakan satu baris puisi lalu Adam langsung menyahut nya. Paham?" jelas Pak Kenzo. Paula dan Adam mengangguk paham.
"Kamu duluan saja!" kata Adam.
"Oke, siap!?" sahut Paula.
Adam dan Paula mulai membacakan puisi nya itu di depan kelas secara bergiliran dan bersambung. Semua teman-teman nya menyimak dengan serius saat Adam dan Paula membacakan puisi nya. Entah kenapa puisi yang mereka baca seperti ada kesinambungan artinya. Pak Kenzo tersenyum saat mendengar hasil penggabungan puisi diantara milik Adam dan Paula.
"Wah keren!! Beri tepukan tangan pada teman kalian ini, Adam dan Paula," ucap pak Kenzo. Siswa-siswi di kelas itu memberikan tepukan tangan dengan riuh. Demikian juga dengan kelompok Palupi.
"Bagaimana menurut kalian? Apakah puisi yang dibawakan oleh dua teman kamu itu bagus?" tanya pak Kenzo.
"Maaf, pak! Menurut saya kurang penjiwaan dan penghayatan nya pak!?" sahut Palupi.
"Benar pak! Lagipula bahasa mereka kurang bagus. Pemilihan katanya kurang mengena," kata Dina.
"Menurut saya, puisi mereka seperti anak SD pak!" sahut Ita.
Sorak sorai siswa-siswi dikelas itu semakin menambah kegaduhan di kelas itu. Setelah tiga cewek seperti Palupi, Dina dan Ita memberikan penilaian.
"Baiklah, bagaimana kalau kalian bertiga maju ke depan untuk membacakan puisi hasil karya kalian," ucap pak Kenzo.
"Eh??" Palupi mulai berpikir untuk beralasan.
"Em, tiba-tiba saja saya mau ke toilet karena kebelet pipis pak!!" kata Dina.
"Eh, saya tiba-tiba juga mules perut saya pak," alasan Ita. Kembali suara sorak sorak teman-teman nya satu kelas itu mencemooh Dina, Ita dan juga Palupi.
"Makanya kalau kalian tidak berani menunjukkan bagaimana cara membacakan puisi yang bagus dan keren itu, jangan suka menjelekkan teman kalian. Giliran di suruh maju untuk membacakan puisi gemetaran dan mulai beralasan. Huuuu," kata salah satu teman di kelas itu yang diam-diam mengidolakan Adam juga.
"Sudah, sudah jangan ribut. Sekarang kembali membahas soal puisi yah anak-anak. Puisi buah karya Adam dan juga Paula sungguh mewakili perasaan nya yang paling dalam. Mungkin Adam dan Paula ini pasangan sejoli atau sedang berpacaran yah!? Jadi keduanya kemistri nya sangat kuat," ucap Pak Kenzo.
"Eh?? Saya tidak berpacaran dengan Adam kok, pak!?" sahut Paula.
"Sudah jangan malu kalau kalian berpacaran. Yang penting kalian berpacaran tidak boleh aneh-aneh dan terlalu jauh. Oke?" ucap pak Kenzo. Adam tersenyum puas saat semua menganggap dirinya sudah jadian dengan Paula.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments